Tugu Titik Nol Peradaban Islam Di Nusantara
Libur lebaran tahun ini berbeda seperti dua tahun belakangan. Setelah dunia dihantam pandemi Covid-19 akhirnya tahun 2022 ini seiring menurunnya angka penularan, pemerintah memperkenankan rakyat Indonesia untuk mudik atau bepergian.
Tentu saja momen ini tidak disia-siakan begitu saja oleh sebagian besar masyarakat, tak terkecuali keluarga kami. Meski sebelum pandemi sudah punya rencana Tour de Sumbar, namun kali ini Pandan, Tapanuli Tengah, Sumatra Utara, masih menarik untuk dikunjungi sekali lagi sebagaimana tahun 2019 lalu.
Tiga tahun lalu saat berlibur ke sana, sekalian ke kampung asalnya adik ipar, kami menikmati indahnya pantai di Lubuk Tukko. Pantai yang masih perawan, belum ada sentuhan komersialisasi industri di sana. Tampak perahu-perahu nelayan bersandar di pantainya yang berpasir putih, bersih.
Pantai Lubuk Tukko dekat dengan muara sehingga tidak direkomendasikan juga untuk pemandian anak-anak tanpa pengawasan orang tua, sehingga kami hanya bermain air dan foto-foto di sana. Keesokan harinya mertuanya adik membawa kami ke Pantai Kalangan yang memang objek wisata populer di hari libur. Kami pun bakar-bakar ikan di sana, Alhamdulillah seru sekali waktu itu.
Rasanya 2-3 hari di sana belum puas menjajaki keindahan salah satu pesisir pantai barat Pulau Sumatra ini. Pantainya indah sekali, airnya jernih dan kebiruan. Kami pun kembali Tour de Tapteng di libur idulfitri kali ini. Tujuannya ke Tugu Nol Barus atau Tugu Titik Nol Peradaban Islam di Nusantara.
Kami berfoto di Tugu Titik Nol Peradaban Islam di Nusantara |
Tugu Titik Nol Peradaban Islam di Nusantara
Tugu Titik Nol Peradaban Islam di Nusantara atau juga dikenal dengan Tugu Titik Nol Barus ini diresmikan oleh Presiden Jokowi didampingi Mendikbud pada tahun 2017 saat kunjungan kerja ke Sumatra Utara. Sebelumnya Jokowi ke Makam Mahligai, setelah itu ke tugu yang terletak di tepi Pantai Barus.
Barus, kurang lebih 3 jam mengendarai mobil dari kota Sibolga, adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah. Sejak ribuan tahun yang lalu dikenal dunia sebagai tempat asal tumbuhnya Pohon Canfora Fansuri atau Camphora, pohon kayu kamper atau biasa disebut kamper, ada juga yang menyebutnya menyan Barus, kapur terbaik di dunia, kapur Barus.
Kesultanan Barus didirikan oleh Sultan Ibrahimsyah. Barus memiliki tokoh penulis sufi tersohor di Asia, namanya Hamzah Al Fansuri dan Abdul Ro'uf Fansuri. Cendekiawan muslim yang disegani buah pemikirannya lewat berbagai karya tasawuf dan agama.
Kapur Barus memiliki segudang khasiat yang bemanfaat untuk kesehatan dan kecantikan seperti mengatas ruam kulit, gatal dan iritasi kulit, jerawat, dan masih banyak lagi. Kota Barus meski terbilang kota kecil namun termasuk kota kuno yang sangat populer dan mengandung barang tambang emas.
Berdasarkan penelusuran di internet diketahui bahwa jauh sebelum membawa Islam ke gerbang nusantara pada abad VI Masehi, menjejakkan kaki di Pantai Barus ini, para pedagang Arab memang sudah rutin melakukan aktivitas perdagangan.
Penyebaran ajaran agama Islam tidak menjadi tujuan utama kedatangan mereka di bumi nusantara. Kemasyhuran kualitas kapur dari Barus telah lebih dahulu menjadi magnet bagi para pedagang ini.
Pantai Barus
Bermain-main di Pantai Barus
Kami sekeluarga di Pantai Barus |
Gelar alas duduk piknik di tepi Pantai Barus
Adik saya dan istrinya |
Sayang sekali tulisan TITIK NOL BARUS-nya sudah tidak lengkap seperti dulu |
Tips Jalan-Jalan Ke Tugu Titik Nol Barus dan ke Pantai Barus
- Siapkan tikar atau alas duduk jika ingin makan bersama, karena di Pantai Barus tidak ada yang menyewakan tikar atau pondokan. Ada beberapa pondokan tetapi dipakai tidur warga setempat, dan sepertinya memang tidak untuk ditawarkan kepada pengunjung.
- Jika membawa anak-anak sebaiknya diawasi terus sebab ombak di Pantai Barus terutama saat air laut pasang sangat kuat untuk menghindari risiko terseret ombak.
- Turut menjaga kebersihan pantai dengan membuang sampah pada tempatnya, berhubung dicari-cari tempat sampahnya tidak kelihatan, sebaiknya membawa plastik sampah sendiri.
- Sabar saat antre foto di Tugu Titik Nol, terutama di hari libur banyak sekali wisatawan domestik yang singgah untuk berfoto bersama di spot foto ini. Bawalah tongsis jika merasa segan meminta tolong pada orang yang mengantre di depan kita.
- Tidak ada pungutan biaya apapun, kecuali parkir mobil sebesar Rp. 10.000,-. Tak jauh dari lokasi tugu, pengunjung dapat membeli berbagai macam souvernir sebagai kenang-kenangan telah menginjakkan kaki di area Pantai Barus ini.
- Jangan lupa mampir salat di Masjid Raya Barus, yang terletak beberapa meter sebelum Tugu Titik Nol Peradaban Islam. Masjid berarsitektur sederhana namun pastinya kental dengan sejarah masuknya Islam melalui gerbang nusantara ini.
Kesimpulan
Taqabbalallahu minna wa minkum
Minal 'aaidin wal faidzin
Mohon maaf lahir & batin
Masyaallah. Jadi pengen liburan ke sini, Kak. Dulu pernah ikut webinar tentang Barus dan kampernya. Setelah baca ulasan Kak Mia jadi makin pengen. Apalagi udah ada tip, jadi bisa buat persiapan sebelum ke sini.
BalasHapusIyaa,, di garis pantai Sibolga-Pandan pantai2nya juaraa, termasuk Pantai Barus ini
HapusMudah2an bisa ke daerah sibolga, mumpung masih ada ponakan yg kerja disana, terlihat bagus pantai nya
BalasHapusTiga tahun sekolah di Pandan tapi belum pernah ke Barus kak karena banyak yang melarang karena adanya mistis yang masih kuat. Duh, jadi pengen kesana juga. Kalo Pantai Kalangan memang udah rame dari dulu. Kami sempat merasakan Pantai Pandan sebelum didirikan hotel di atasnya, tiap pagi dan sore bisa jalan-jalan di sepanjang bibir pantainya. Sekarang masuk aja harus bayar dulu, hehe...
BalasHapusJadi pengen ke sana kak. Dulu alm.bapak juga cerita dulu di sana adalah pelabuhan terkenal masuknya pedagang ke Sumatera ini. Ada juga dengar agama parmalim kak.
BalasHapusKayak Islam gitu.
Jujurly, saya belom pernah mengeksplor wisata alam di daerah Tapanuli lho mba Mia.
BalasHapusPadahal kedua orang tua saya dari Tapanuli Selatan lho aslinya.
Walopun ibu saya gede-gede di Medan.
Dulu tu kami sering mudik, hampir tiap tahon, pas nenek masih ada.
Tapi ndak pernah wisata alam. Palingan mengunjungi rumah-rumah sodara aja yang lumayan banyak di sana tu