Sajadah Merah Kesayangan
"Bawalah sajadah ini, Kak... " pesan Mama ketika saya pamit pindah rumah setelah menikah, ikut suami tinggal sementara di rumah mertua.
"Sudah banyak doamu yang dikabulkan Allah di atas sajadah ini." sambung perempuan inspirator hidup kami.
"Sudah banyak doamu yang dikabulkan Allah di atas sajadah ini." sambung perempuan inspirator hidup kami.
Tanpa pikir panjang dan rasa haru yang bercampur aduk saya lipat sajadah berwarna merah bergambar masjid yang memang selalu menemani salat dan tilawah alquran saya. Sajadah merah kesayangan.
Barang Pribadi Legend
Jika ditanya apa barang pribadi legend saya sejak dulu, tentunya banyak, salah satunya adalah diari. Namun seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia diari saya jadi banyak dan tidak teratur lagi penyimpanannya.
Apalagi saya pindah-pindah kota. Kuliah di Jogja, bekerja di Kisaran, ikut suami ke Pandan, dan akhirnya kembali ke Medan. Namun ada satu barang yang tidak pernah saya tinggalkan ke manapun saya pindah, yup! Si sajadah merah ini.
Sajadah Merah Kesayangan
Potongan dialog pembuka di atas menghunjam terus di benak saya. Benar kata ibu, bahwa sudah banyak doa yang diijabah Allah SWT untuk saya lewat munajat di sajadah merah kesayangan ini.
Awalnya waktu ayah dan mama pulang dari perjalanan menjalankan rukun Islam kelima, haji ke baitullah, banyak membawakan sajadah. Dari sekian banyak pilihan sajadah beserta warna-warninya, saya jatuh hati pada sajadah merah yang ini.
Alhamdulillah sejak usia SD kami semua, berlima anak ayah dan mama sudah terbiasa salat lima waktu.
Masing-masing sebenarnya punya sajadah, namun adik-adik bebas saja mau pakai yang mana, gonta-ganti, karena gantungan sajadah terletak di musala rumah. Sementara saya lebih suka salat di kamar, sajadah setia tergantung cantik dekat dengan mukena.
Doa-Doa yang Dikabulkan
Sebenarnya sama saja dengan sajadah yang kamu pakai di rumah masing-masing, begitu juga sajadah merah kesayangan saya.
Namun terinspirasi dari kata-kata mama saya, sudah banyak doa yang dikabulkan Allah SWT lewat munajat di atas sajadah merah.
Berikut di antaranya:
1. Lulus masuk PTN
Alhamdulillah saya ingat sekali saat salat tahajud yang sangat intens saya amalkan di sela-sela belajar untuk persiapan ujian masuk perguruan tinggi negeri. dulu namanya UMPTN.
Kalau sekarang sudah beragam jalur untuk menjadi mahasiswa PTN. Qadarullah, saya lulus menjadi mahasiswa Fakultas Hukum UGM.
2. Agar orang tua diberi kesehatan dan usia yang panjang
Sebagai anak yang ingin menjadi anak saleh pastinya saya tak lupa mendoakan kedua orang tua. Maka di atas sajadah merah kesayangan yang saya bawa ke Jogja, bermohon kepada Allah agar memberikan kesehatan dan usia yang panjang kepada kedua permata jiwa tersebut. Keduanya menjadi pendamping wisuda saya di auditorium UGM Graha Sabha Pramana.
Meski pada saat saya punya anak tiga, ibu berpulang ke rahmatullah sebab sakit menahun, dan ayah wafat ketika saya berstatus ibu empat anak. Yang namanya manusia tetap saja ingin lebih. Ingin agar mereka berdua usianya lebih panjang lagi. Namun Allah berkehendak lain, Allah SWT lebih menyayangi mereka berdua.
3. Diberi pekerjaan yang layak
Selepas lulus S1 saya mencoba tes cakim (calon hakim) peradilan umum atau pengadilan negeri. Sudah lulus ujian tulis, termasuk ke dalam 40 orang hasil seleksi dari Provinsi Sumatra Utara, di Depkeham (dulu belum seatap di bawah Mahkamah Agung), dilaksanakan seleksi psikotes. Dan mungkin karena faktor usia saya masih 21 tahun, saya gagal.
Mestinya pada saat seleksi berkas dong ya saya ditolak, masa' sudah lulus tahap 1 baru ketahuan tidak memenuhi kriteria yang diminta untuk seorang cakim, yaitu minimal berusia 25 tahun. Akhirnya saya tidak termasuk kepada 14 orang dari Sumut yang lulus.
Setahun bekerja sebagai pegawai honorer di suatu instansi, saya mencoba peruntungan kembali. Sayangnya formasi cakim belum diumumkan. Yang tersedia adalah formasi CPNS Dosen Kopertis (Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah I Sumut-Aceh).
Sekarang namanya LLDIKTI Wilayah I Medan. Saya mencoba tes CPNS Alhamdulillah lulus, hingga kini menjadi dosen. 17 Tahun telah berlalu sejak malam-malam saya habiskan memanjatkan doa kepada-Nya agar diberi pekerjaan yang layak. Ternyata profesi itu adalah dosen. Thank you, Allah.
4. Dipertemukan dengan jodoh yang saleh
Di tahun yang sama saya lulus CPNS, doa-doa minta agar dipertemukan dengan lelaki yang saleh pun dikabulkan Allah. Dari dulu saya memang berniat ingin cepat menikah, tanpa pacaran. Beruntungnya, bahkan sebulan sebelum pengumuman CPNS saya berganti status dari perempuan single menjadi seorang istri, di usia 22 tahun 9 bulan.
Dia orang yang bisa disebut dekat di garis kekerabatan. Tahu betul bibit, bobot, dan bebetnya. Salat yang terjaga, akhlak yang baik, dan bonus dari Allah, ganteng pula. Alhamdulillah Ar Rahman Ar Rahim seakan mengijabah betik hati yang saya pintakan.
5. Dikaruniai anak-anak saleh-salehah
Di atas sajadah merah kesayangan, jelang menikah dan setelah menikah saya dan suami bermohon agar dikaruniai anak-anak yang saleh-salehah. Tak kurang suatu apapun, Allah menganugerahi kami dua pasang anak.
Dua perempuan, dua laki-laki. Susunan kelahirannya gilir kacang pula. Yang sulung perempuan, yang kedua laki-laki. Yang ketiga perempuan lagi, dan si bungsu laki-laki. Kami berdua merasa sangat kaya saat ini.
Memiliki anak-anak yang lengkap jenis kelaminnya. Tinggal tugas besar mendidik generasi, agar mereka menjadi orang-orang yang bermanfaat untuk agama, bangsa, dan negara kelak.
Rasanya semangat sekali kalau salat dan berlama-lama bersimpuh memohon rida dan pertolongan Allah di atas sajadah merah ini.
Curhat pada-Nya, menumpahkan segala keluh kesah adalah suatu kenikmatan tersendiri bagi saya. Saking sayangnya dengan si merah, ketika alas sujud ini diminta famili untuk dibawanya pulang, auto saya tolak. Sajadahku, sajadah merah kesayangan.
Kesimpulan
Sajadah merah kesayangan menjadi barang pribadi legend saya dari masa gadis hingga punya anak gadis. Banyak doa yang telah diijabah Allah SWT di atas sajadah merah ini. Insyaallah akan terus menemani saya bermunajat, memohon harapan-harapan baik lainnya kepada-Nya.
Demikian artikel saya kali ini, boleh sharing ya, mengenai barang pribadi legend teman-teman silakan disampaikan dengan mengisi kolom komentar di bawah ini, terima kasih.
Salam,
Sajadah merah adalah barang kesayangan yang penuh berkah🤗. Masya Allah tabarokallah, Subhanallah, Allahu Akbar 🤲
BalasHapusBarang legend kesayangan, uwuwu
HapusCerita kak Mia, JD ingat sajadah awak jg. Sajadah Dari kecil bisa sholat sampai skrg Masih yg Sama walau adw sajadah baru yg lain. Tetep enak pakai yg lama. Kak Mia merah, awak biru. Hehe
BalasHapusKalo sajadah awak sering gonta ganti. Kalo barang legend punya awak apa ya?
BalasHapusTadinya quran kecil punya awak. Dah lama kali kak.
Nah setelah punya anak pelan-pelan terganti karena dikoyak anak-anak.
Akhirnya quran yang hilang beberapa lembarnya hanya bisa terletak di lemari.
Saya juga punya barang pribadi legend Mba MIa.
BalasHapusAl Quran hijau.
Saya bersama quran hijau sedang kelas 4 SD kalo tak salah. Pokokna SD lah.
Terus saya bawa, pindah ke muara bungo ikut ayah saya berdinas, merantau ke bukittinggi pas SMA, kuliah ke bandung, balik lagi ke Medan, merantau ke banda aceh kerja.
Tapi sekarang udah gak saya bawa lagi. Saya tinggal di rumah ibu saya di Medan, karena kertasnya sudah kuning, dan agak rapuh.
Jadi rindu saya sama quran hijau
Inspiratif banget kak!! Dulu aku juga punya mimpi bisa kuliah di UGM tapi qadarullah Allah kasih rezeki di USU. Cerita Kak Mia jadi pengingat buat terus berharap ke Allah 😭
BalasHapusMasyaAllah.. sajadah legend ya kak. Dv langsung mikir, barang legend apa yang berkesan buat dv, LOL.
BalasHapus