Sabtu 19 Maret 2022 pukul 14.00 WIB sampai hampir pukul 16.00 WIB saya dan teman-teman yang tergabung dalam GWA ODOP (One Day One Post) Komunitas ISB (Indonesian Socioblogpreneur), mengikuti webinar tentang Inner Child.
Saya tertarik sekali dengan topik ini, sebab ingin mengecek kabar si inner child yang berada di dalam salah satu sudut diri saya. Hai, apa kabar kamu di dalam sana...?
Narasumber pada kesempatan keren pada webinar kali ini adalah Teh Diah dari Biro Psikologi Dandiah Care yang didirikan sejak tahun 2007, kepunyaannya Teh Diah dan suami, Pak Dandy Birdy, teman SMP-nya Teh Ani Berta, founder Komunitas ISB. Sama-sama alumni Universitas Padjajaran, Bandung.
ISB menggelar topik ini untuk membantu para bloger agar lebih berkualitas tulisannya untuk mengulas mengenai tema inner child ini. Tidak sekadar posting blog, selesai. Diharapkan ada mutu tulisan, bermanfaat, dan berdampak bagi diri sendiri dan pembaca blog.
Definisi Inner Child
Inner child ini dalam bidang psikologi disebut sebagai unfinished business issue. Masalah yang belum terselesaikan. Urusan tuntas diri memberikan pengaruh pada kondisi diri sekarang dan akan datang.
Inner child adalah pengalaman masa lalu yang tidak atau belum mendapatkan penyelesaian dengan baik. (Teh Diah - Dandiah Care)
Orang dewasa bisa memiliki berbagai macam kondisi inner child yang dihasilkan oleh pengalaman positif atau negatif.
Pengasuhan positif itu berfokus pada 3 hal, spirit untuk mengatasi inner child negatif, yaitu:
- forgiveness
- empowering
- grateful
Jangan Salahkan Cara Orang Tua Mengasuh Kita
Mengenali dan berdamai dengan inner child bukan untuk mengubah takdir tetapi mengubah respon kita pada takdir, jangan menyalahkan takdir. Bahwa kita terlahir dari orang tua yang ada andil dalam memberikan luka pengasuhan pada kita, ya memang benar. Namun menyalahkan orang tua, NO.
Sampai di sini saya tertegun, terus terang saya pernah agak menyalahkan ibu yang memasang target tinggi untuk anak-anaknya, terutama saya yang putri sulung. Sedari kecil saya dan adik-adik dituntut harus bisa juara 1 di kelas. Ibu tidak akan terima jika pulang dengan rapor bertuliskan juara 2 dst.
Sebelumnya saya senang-senang saja akan hal ini. Saya yang memang suka belajar menganggap target-target ibu bukanlah suatu beban. Namun ternyata ketika datang suatu masa, di saat ini, giliran saya jadi ibu, tanpa disadari saya menuntut anak-anak untuk mengukir prestasi kurang lebih harus sama (bahkan lebih) dengan capaian saya dulu.
Jika anak-anak tidak meraih ranking sesuai kemauan saya, emosi saya berubah menjadi negatif. Bawaannya mau marah sama anak. Rasanya hilang semua ilmu parenting yang sudah begitu banyaknya saya pelajari dari mana-mana.
Toxic Parent, banyak tuntutan namun kurang bahasa cinta
Menurut konsep Dandiah Care, tidak semua dikatakan sebagai toxic parent, ada juga yang namanya not supported parent. Toxic parent memberikan luka, banyak tuntutan anak mesti bisa ini itu tetapi tidak memberikan dukungan dan bahasa cinta.
Not supported parent, orang tua yang tidak memberikan luka pengasuhan namun tidak juga memberikan dukungan dan bahasa cinta untuk anaknya.
Konsep ini bermanfaat sekali untuk saya pribadi sehingga bisa fokus menjadi orang tua yang mendukung anak dengan bahasa cinta dan mengarahkan anak menggapai tujuannya secara logis dan realistis, sesuai dengan passion-nya anak.
Sisi yang manakah yang memimpin jiwamu?
Dalam diri setiap manusia ada 3 sisi, sisi anak-anak, sisi orang dewasa, dan sisi orang tua. Kita harus mencermati sebenarnya sisi mana yang saat ini memimpin diri kita. Apakah sisi anak-anaknya, sisi orang dewasanya, atau sisi orang tuanya?
Sisi anak-anak berguna saat orang tua bermain bersama putra-putrinya. Munculkanlah sisi anak-anak diri kita ketika sedang bercengkerama bermain bareng anak-anak. Saat memecahkan masalah gunakan sisi orang dewasa, agar bisa menemukan solusi sebagaimana orang dewasa menuntaskan problemnya.
Demikian juga sisi orang tua, jika anak membutuhkan bimbingan dari ayah bundanya, maka kita gunakan sisi orang tua untuk membantu anak. Jangan terbalik-balik. Saat anak membutuhkan kita, malah yang keluar adalah sisi anak-anaknya.
Ada 7 tema luka pengasuhan yang didalami oleh Dandiah Care. Unwanted Child, bullying yang berawal dari rumah, sibling rivalry, buah helicopter parenting, parent way, anak broken home, anak terlantar di rumah mewah.
Sampai di sini saya merenung lagi, seakan video cara-cara saya dan suami mengasuh anak-anak. Adakah perkataan kami yang menyebabkan luka psikis bagi mereka. Meski kadang becanda, namun tanpa disadari mungkin menyakiti anak-anak, hiks.
Putuskan rantai luka pengasuhan. Meski tak lahir dari keluarga berlimpah cinta, kita bisa melimpahi keluarga kecil dengan cinta.
Kesimpulan
Tiap orang memiliki inner child-nya masing-masing. Inner child ada yang positif dan ada yang negatif. Gunakan inner child yang positif sebagai penyemangat untuk menjalani kehidupan di saat sekarang ini. Mengasuh anak dengan pengasuhan positif pula.
Inner child negatif harus ditangani dengan healing. Lebih tepatnya jika profesional yang meneropong keberadaan inner child dalam diri kita. Menghidupkan sisi happy child dalam diri dan jangan lupa untuk melibatkan partner melakukan hal yang bahagia bersama-sama.
Demikian ulasan saya tentang inner child, webinar dengan Teh Diah dan Pak Dandi dari Dandiah Care ini sangat berfaedah dalam meningkatkan self awareness saya pada topik inner child.
Terima kasih juga untuk host kesayangan Teh Ani Berta yang telah memprakarsai terselenggaranya acara sharing ilmu ini dengan baik.
Teman-teman... gimana dengan inner child-mu... yuk gunakan inner child positif untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna ya.
Salam,
Posting Komentar untuk "Gunakan Inner Child Positif"
Pesan dimoderasi, terima kasih telah meninggalkan komentar yang santun. Sebab bisa jadi Anda dinilai dari komentar yang Anda ketikkan.