Perempuan Dan Literasi
Senang sekali menuliskan artikel bertajuk perempuan dan literasi ini. Di samping memang saya peminat literasi, suka membaca dan menulis (yuk, tuntaskan baca bukunya jangan setengah-setengah), saya juga memiliki tanggung jawab moral menghidupkan minat baca di rumah kami, untuk anak-anak saya, dan tak lupa mahasiswa saya di kampus.
Mengapa Perempuan Harus Melek Literasi?
Yup, pertanyaan ini harus dijawab terlebih dahulu. Sebab si empu, per-empu-an (baca: ahli) ini memang "pakar"nya memotivasi dan mengajak putra-putrinya untuk mencintai aktivitas membaca.
Orami |
Berikut Alasan Perempuan Harus Melek Literasi:
Sebagai guru bagi anak-anaknya
Perempuan ketika ia sudah menjadi seorang ibu, akan menjadi guru utama bagi anak-anaknya. Adapun sekolah diposisikan sebagai partner ayah-bunda dalam mendidik anak. Sebagai guru yang tidak ada tuntutan formalnya harus profesional dalam mengajari buah hati, selayaknyalah ibu mencarikan bahan bacaan bagi ananda.
Membuatnya semenarik mungkin, menciptakan suasana membaca yang dirindukan anak-anaknya. Dan tentunya hal tersebut tidaklah mudah. Butuh komitmen dan konsistensi dari ayah dan ibu.
Sebagai pemandu bakat anak
Anak-anak adalah manusia merdeka yang diciptakan Tuhan dengan segala bakat bawaannya. Menjadi tugas orang tua memandu bakat anak dengan cara mengobservasi dan memetakan potensinya. Saat anak antusias diajak membaca bersama, dibacakan dongeng sebelum tidur, dan meminta dibelikan buku cerita, ibu bisa mencatatkannya ke dalam jurnal anak.
Nah, kegiatan detail dan rutin seperti ini mustahil bisa dikerjakan oleh ibu yang abai dengan literasi. Ibu harus banyak belajar ke sumber-sumber tepercaya untuk bisa memandu bakat anaknya dengan optimal. Di sinilah kemampuan literasinya dibutuhkan.
Mesin pencari bagi anak-anak
Tak jarang ibu menjadi tempat bertanya paling mengasyikkan bagi anak-anak. Setiap harinya beberapa kali anak menanyakan sesuatu pada bunda. Tentang apa saja, mengenai topik sembarang dan remeh temeh sekalipun.
Tak ada yang tak penting bagi anak-anak, semuanya menarik untuk dibahas bila bertanya pada ibunya. Maka ibu harus menjadi yang paling tahu seantero rumah. Bisa berbagi peran bersama ayah, namun ada hal-hal tertentu yang hanya ibu yang menjadi orang paling nyaman yang bisa menjawabnya.
Melatih anak mencari solusi
Anak mestilah dilatih untuk mampu mencari solusi bagi permasalahannya. Minimal untuk skala dirinya sendiri. Saat mainannya rusak atau hilang, berkonflik dengan kakak atau adiknya, atau ketika ia merasa keberatan mematuhi peraturan yang dibuat bersama di dalam rumah.
Dengan ibu yang melek literasi, diharapkan bukan omelan tanpa substansi yang akan didengarkan anak, tetapi ajakan untuk menemukan jalan keluar yang tepat, bicara sesuai logika anak, dan cara-cara edukatif lainnya sehingga anak menjadi solutif sejak kecil.
Menjadi sosok yang diteladani anak
Guru BAK berdiri maka murid akan BAK berlari. Demikian kata peribahasa yang identik dengan guru, digugu dan ditiru. Ibu, guru anak-anak di rumah, jika dalam frekuensi waktu tertentu kerap disaksikan anak asyik dengan bukunya, maka sebenarnya secara tidak langsung dalam diamnya ia membaca, ibu sedang mendidik anak-anaknya untuk gemar membaca.
Bayangkan kebalikannya, jika ibu tak bisa lepas dari gawainya, maka jangan terpana jika anakpun tanpa diminta akan berlaku pula demikian. Jika ingin tahu bagaimana minat baca kita, mudah saja, lihat saja kondisi minat baca anak-anak kita. Huhu.
Cara Meningkatkan Minat Baca Anak
Cara meningkatkan minat baca anak bisa dengan melakukan hal-hal di bawah ini:
1. Jalin komunikasi intens dengan anak
Banyak ngobrol menjadi cara mujarab dalam meningkatkan minat baca anak. Karena dengan menjalin komunikasi yang sering bersama anak, kita mengetahui kesukaan-kesukaannya dan celah ibu memasukkan bahan bacaan ke dalam topik pembicaraan anak. Sehingga anak merasa semua yang ingin diketahuinya ternyata ada di dalam buku, bisa diperoleh dengan jalan membaca.
2. Kepung anak dengan buku-buku
Istilah kepung untuk mewakili kondisi mengelilingi anak dengan buku-buku bacaan. Sehingga saat ia beranjak ke kamar tidurnya, ada buku, ke kamar orang tuanya juga terdapat banyak buku, dan buku terbuka sedang dibaca.
Di ruang tamu hiasan dinding rak kayu tempel berisi buku juga. Di mana-mana di dalam rumah dan kendaraan ia menemukan bahan bacaan sehingga sedari kecil buku adalah sahabat akrabnya.
3. Daftarkan anak menjadi anggota perpustakaan daerah
Tidak ada salahnya anak meski sedari kecil, sudah memiliki kartu anggota perpustakaan daerah. Dengan adanya status sebagai anggota perpustakaan anak akan merasa ada kaitan antara dirinya dengan tempat membaca buku itu.
Sekadar info, anak-anak saya sejak pre-school sudah menjadi anggota perpusda di kota kami. Serasa satu gedung besar ruang layanan anak itu adalah milik mereka dan familier dengan buku-bukunya. Bahkan ibu-ibu petugasnya sudah mengenal anak-anak. Sehingga mereka merasa at home di Pusda.
4. Ungkapkan dengan buku
Saat anak berulang tahun, say it with books. Hadiahi mereka dengan buku tema-tema favoritnya. Sehingga di dalam setiap momen kebahagiaannya ada buku turut serta di sana. Jika ia berhasil mendapat nilai yang bagus, ajak ke toko buku dan dipersilakan memilih sendiri. Hal ini menjadi saat-saat yang dinantikan anak-anak. "Ma, mau dong ke toko buku lagi?"
5. Sisihkan waktu untuk menemani anak membaca
Zaman maju pesatnya gadget seperti sekarang ini amat sangat menantang para ibu untuk mau menyisihkan waktunya mendampingi anak membaca. Aktivitas read aloud misalnya, jika diterapkan secara konsisten akan menghasilkan anak-anak yang cinta membaca.
Gaya Tempo |
Maka jangan menganggap anak-anak yang menyodorkan bukunya pada bunda sebagai distraksi menoleh sejenak dari menonton situs berbagi video, misalnya, namun yang harus kita lakukan adalah tap tombol pause, letakkan HP jauh-jauh, dan sambut tangan anak untuk menemaninya membaca buku.
Kesimpulan
Perempuan dan literasi memiliki hubungan yang sangat erat. Perempuan sebagai ibu harus melek literasi agar tumbuh generasi yang melek literasi juga.
Bagaimana cara meningkatkan minat baca anak? Jalin komunikasi yang intens dengan anak, kepung anak dengan buku-buku, daftarkan anak di Pusda, ungkapkan dengan buku, dan sisihkan waktu ibu yang sibuk itu sebentar saja untuk menemaninya membaca buku.
Yuk, mari bergandengan tangan bersama-sama menjadi perempuan yang melek literasi.
Salam literasi,
Paling sedih kalau ada teman yang berkomentar tentagn saya yang hanya di rumah saja, katanya sayang sekali ijazah sarjananya. Padahal di rumah pun saya menjadi guru untuk anak. Tapi, memang tidak menghasilkan uang sih. Jadi tidak terlihat, hehe.
BalasHapusAku kok kurang setuju, IRT di rumah aja dianggap tidak menghasilkan uang, trus disepelekan. Mamaku dulu resign kerja krn full IRT. Aku terimakasih banget nih ke Mamaku, bisa fokus menemani & mendidik kami kaaan...
HapusBetul sekali Mom. Ibu adalah guru bagi anak-anak mereka, oleh karenanya seorang wajib memperkaya pengetahuannya. Salah satunya ya melalui media buku itu tadi. ❤️
BalasHapusYup, semoga kita bs jadi ibu yang menjadi contoh baik anak2 ya Mbak
HapusKalau seorang ibu malas membaca, lalu bagaimana si anak akan rajin membaca juga. Jadi intinya seorang ibu itu harus menjadi contoh atau role model bagi putra putrinya ya.
BalasHapusNgomongin soal mesin pencari, terkadang kalau istri saya nggak bisa jawab pertanyaan dari anak saya, istri nanyanya ke saya. Kalau saya bisa jawab, ya langsung kasih jawabannya. Namun kalau nggak bisa jawab juga, terpaksa harus nyari di Google, hehehe...
Siiip tipsnya mantap nih, secara kita dikepung era digital, menjadi tantangan tersendiri saat harus mengenalkan anak-anak untuk membaca buku.
Makasih infonya kakak.....
Alhamdulillah anak saya dari kecil hobi baca mbak, jadi gak susah kalo ngajak anak membaca. Malah dia pengen beli buku terus
BalasHapusGak kebayang kalo ibu di rumah gak melek literasi, bisa dibayangkan bagaimana jadinya anaknya. Ibu adalah tiang rumah. kalo tiang itu rapuh, gak kuat, ya sudah dipastikan rumahnya ikut roboh. Contohnya saja dalam hal semangat membaca. Ibunya harus suka baca dulu, baru anaknya akan ikut suka membaca. Learning by doing kan?
BalasHapusSaya klo lagi kumat malas membaca, biasanya terus mengingatkan diri sendiri bahwa saya ini dicontoh oleh anak-anak. Kalau saya malas baca, gimana saya bisa nyuruh mereka membaca.
BalasHapusPerempuan harus melek literasi. Harus suka membaca. Suka membaca berarti melihat gejala dan tahu anak serta keluarga mau dibawa ke mana. Tentu dengan izin suami.
BalasHapussetuju banget Mbak, perempuan haruss melek literasi, karena pada saat menjadi Ibu, perempuan akan menjadi segalanya buat anak-anak.
BalasHapusguru di rumah, perawat dan semuanya... dengan literasi yang baik perempuan akan tahu banyak hal... merawat keluarga dan semuanya, peran Ibu sangat besar.
dari balita anak-anak juga udah mulai kudekatkan dengan buku-buku ini, gak apa-apa deh mamaknya gak jajan skincare atau fashion terbaru demi hadirkan buku-buku tuk anak-anak :D
Tulisan kak mia ini selalu menginspirasi banget. Saya yang akhir-akhir ini jarang baca buku jadi tercerahkan nih, malu ah kalau jadi perempuan sukanya hanya ngedrakor wkwkw.. Yuk melek literasi... Trims kak mia
BalasHapusSetuju saya, harus dari ibunya anak-anak menjadi akrab dengan literasi mengingat ada banyak hoaks beredar luas di sana. Bahkan bisa jadi dari si Ibu yang tidak akrab akan literasi turut menyumbang misinformasi
BalasHapus