Penguatan Jati Diri Dengan Self Discipline
Menyelami hal dasar pada diri tentunya memberikan suatu kesadaran bahwa masih banyak hal yang perlu diperbaiki untuk mencapai jati diri yang baik. Jati diri adalah perjalanan panjang yang harus ditempuh setiap orang untuk menemukan dirinya.
Rasulullah SAW bersabda di salah satu hadits sebagai berikut:
Siapa yang mengenal dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya.
Maka melakukan upaya untuk mengenal diri sendiri secara lebih baik akan mendekatkan seseorang pada Rabb-nya. Mengenal dan memahami hakikat penciptaan diri serta menjadi orang yang peka terhadap hal-hal yang semestinya pantas dilakukan dan hal-hal yang tidak layak untuk dikerjakan.
Shesawstyle |
Self Discipline
Self discipline atau disiplin diri adalah kemampuan individu untuk bertanggung jawab pada dirinya. Self discipline ini ditunjukkan melalui self direction, yaitu mampu mengarahkan diri sendiri, tidak tergantung arahan orang lain. Self direction ini termasuk salah satu keterampilan abad 21 yang harus dimiliki setiap orang yang ingin masa depannya cerah.
Rhenald Kasali dalam bukunya Self Driving menyebutkan bahwa disiplin adalah sebuah komitmen. Meski sesuatu berubah, kalau kita berkomitmen, maka kita selalu siap menghadapi dan memenuhi semua tuntutan zaman.
Jenis-jenis disiplin
Ada tiga jenis disiplin yang perlu dikenali untuk membentuk diri menjadi seorang driver. Driver adalah sebuah sikap hidup yang membedakan dirinya dengan "passenger". Kamu tinggal memilih, ingin duduk manis menjadi penumpang di belakang, atau mengambil risiko sebagai driver di depan?
Tentunya arti driver di sini hanyalah kiasan yang melambangkan sikap dalam hidup, Bisa menyetir diri sendiri atau disetir orang lain. Mengikuti arah dan keinginan orang lain sebab kita tidak mampu men-drive diri sendiri.
Berikut jenis-jenis disiplin:
Forced discipline
Disiplin yang digerakkan dari luar oleh lembaga tempat kamu bekerja, orang tua, guru, trainer atau coach.
Self discipline
Disiplin yang berasal dari dalam diri masing-masing yang dibentuk secara bertahap dan melawan ketidaknyamanan diri.
Indisiplin
Lawan dari disiplin, yaitu indisiplin atau tidak disiplin. Perilaku yang tidak berdisiplin. Bloger yang telat menyetorkan url link tugasnya, inluencer yang terlambat memposting orderan dari pihak brand, hingga karyawan yang tidak mematuhi peraturan kantor.
Bagaimana dengan saya?
Jati diri sebagai istri, ibu, dosen, penulis buku, dan bloger, membuat saya suka tidak suka harus meraih self discipline. Sebab jika tidak menguatkan jati diri yang multiperan dengan disiplin diri, saya tidak akan menghasilkan apa-apa.
Apa saja yang saya lakukan agar tetap disiplin meraih semua target?
Memasak untuk suami dan anak-anak
Yup, aktivitas pagi saya dimulai dengan berbelanja ke warung tetangga, tetapi jika di kulkas masih ada stok bahan masakan, saya langsung mengolahnya menjadi menu hari tersebut. Kebetulan suami memang penyuka masakan baru, jadi setiap hari harus ada masakan yang fresh.
Pergi berbelanja ini tidak bisa ditunda, jika telat sedikit saja maka ikan/daging ayam/sapi/udang/cumi/kepiting dan lauk pauk lainnya segera habis. Saya pernah menunda karena suatu hal, membaca postingan viral di media sosial. Alhasil, kehabisan ikan dan belum ada nyali pergi ke pasar pagi karena suasananya padat dan penuh kerumunan orang di mana-mana.
Apa yang terjadi? Jadilah memasak telur balado. No problem, kata suami. Yang penting fresh from oven. Esoknya saya tidak mau ketinggalan lagi, tepat pukul 7 saya sudah membawa keranjang belanja ke kedai sayur mayur.
Mengurusi si bungsu
Sebagai ibu empat anak, dengan putra paling kecil berusia 3,5 tahun. Saya disibukkan dengan mengurusi soal mandinya, sarapan, minum susu, makan siang, camilan sore, dan makan malam, dan memberi vitamin jika diperlukan.
Untuk ketiga kakaknya insyaallah sudah bisa mandiri. Meski Kak Ririn hampir 10 tahun namun karena kurang lebih 6 tahun menyandang gelar anak bungsu, ia juga kadang-kadang masih harus saya ingatkan tentang PR belajar daring, waktu makan, mandi, dan potong kuku.
Seandainya saya bermalas-malasan, maka siapa yang akan mengopeni anak saya. Kendati beberapa bulan lalu ada ART, tidak bisa diandalkan 100%. Pusat kendali adalah kedua orang tua. Setelah memasak, tugas selanjutnya adalah memastikan anak-anak makan sesuai porsinya.
Menjalankan tri darma perguruan tinggi sesuai tupoksi
Sebagai dosen, saya harus melaksanakan tiga kewajiban yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Beragam jadwal saya penuhi dengan berbagai persiapan pula. Jika mengajar daring pukul 07.30 WIB, saya sudah memastikan stok bahan masakan sudah ready di lemari es. Sehingga setelah kuliah online, saya langsung bisa ke dapur.
Agar si kecil tidak "ikut membantu" saat saya sedang memberi perkuliahan, saya bekerja sama dengan kakaknya. Minta tolong untuk menemani adik bermain, menikmati mentari pagi, berjemur di halaman rumah. Untungnya si ragil ini masih terlelap pada pukul 7 pagi, sehingga saya leluasa mengisi kuliah.
Penelitian dan pengabdian masyarakat juga membutuhkan kedisiplinan yang tinggi. Jika tidak menyusun usulan lit atau abdimas, maka alamat tidak ikut ke dalam gerbong kereta hibah internal. Meski hibah dari universitas, rivalnya cukup banyak, dan yang diharapkan adalah memiliki luaran artikel ilmiah pada jurnal terindeks Sinta 1, 2, dan 3. Syukur-syukur bisa dipublikasikan di jurnal internasional bereputasi.
Freepik |
Menambah naskah secara rutin
Sebagai penulis buku mungkin di bagian penting yaitu menambah naskah ini saya kurang disiplin. Padatnya kegiatan setiap harinya, menyeimbangkan antara urusan keluarga dan pekerjaan, membuat waktu duduk tenang menambah halaman naskah saya, kurang rutin.
Ke depannya sesuai target saya, di tahun 2021 ini insyaallah akan menambah buku solo lagi. Padahal buku yang akan diterbitkan ini sudah tinggal sedikit lagi. Tetapi saya tidak kuasa untuk menekurinya kalau kondisi tubuh sudah lelah dengan ragam aktivitas sehari-hari. Saya memilih untuk mengeloni si kecil hingga memperoleh tidur yang berkualitas ketimbang begadang.
Menerapkan disiplin menambah jumlah halaman naskah memang perlu, namun menjaga kesehatan fisik dan mental jauh lebih penting. Self disciplin tanpa stres dan keterpaksaan.
Menerapkan disiplin menambah jumlah halaman naskah memang perlu, namun menjaga kesehatan fisik dan mental jauh lebih penting. Self disciplin tanpa stres dan keterpaksaan.
Menulis artikel blog setiap harinya
Idealnya sih demikian, disiplin menulis 1000-1500 kata untuk blog fadlimia.com ini. Namun saya cukup realistis dengan situasi yang ada, saat ini masih berjalan dua hari sekali memperbaharui postingan blog. Sekalian mengerjakan brief dari koordinator bloger yang menjalin kerja sama dengan pihak pemilik bisnis.
Rasanya menulis blog adalah salah satu hiburan yang menyenangkan bagi saya. Meski mata sudah ingin beristirahat namun jika sudah berhasil publish memberikan kepuasan batin dan rasa bahagia. Hanya saja saya tidak ingin berbuat sesuatu yang berlebihan hingga berdampak negatif pada kesehatan. Terlalu lama duduk karena mengetik di depan laptop juga tidak baik bagi kesehatan tulang dan tubuh jadi kurang bergerak.
Saya menyelinginya dengan melakukan peregangan tubuh. Sekadar memeluk dan mencium si kecil sembari menanyakannya ingin minum apa lalu membuatkannya di dapur. Setelah beberapa saat baru saya ngeblog lagi.
Kesimpulan
Penguatan jati diri dengan self discipline sangat penting untuk terus menerus dilakukan. Terlebih di era digital sekarang ini, orang-orang cenderung menjalani multiperannya. Meski lelah dengan banyaknya tanggung jawab tetapi bahagia sebab dilakukan dengan sepenuh hati, menerapkan disiplin tanpa keterpaksaan dan tekanan.
Menjadi perempuan, istri, sekaligus ibu memang peran yang wow ya kak. Saya kalau sudah nemenin baby Nbi, enggak bisa ngapa-ngapain. Mau nulis buat ngisi blog nunggu dia bobok dulu. Saya berusaha enggak ikutan bobok meskipun sebenarnya udah ngantuk juga.
BalasHapusGpp Mbak,, menikmati saat² seperti ini... Gak akan terulang lg kl anak² udah gede
Hapusself discipline ini memang paling ampuh yaa, kalau udah dari diri sendiri untuk discipline biasanya enggak susah lagi nih. bisa terus discipline sama kerjaan ataupun sama waktu. semoga bisa self discipline juga nih.
BalasHapusSama-sama Mbak .. sekarang jg msh terus membiasakan
HapusWah mbak Mia kweren banget disipilin dirinya joz. Saya yang cuma ngurus suami dan mengajar aja, artikel blog masih terseok-seok nih update. Cita-cita juga sih tahun ini terbit buku ajar. Kolab sih sama temen. Semangaaat....
BalasHapusGak ahh... Mba Hani...masih lebih hebat Mba Hani lah hehe...sy br belajar disiplin lg nih ^^
HapusLuar biasa bu dosen satu ini. Diantara kesibukan kerjaan dan urusan rumah, masih rajin meneruskan naskah buku dan update tulisan di blog. Emang dibutuhkan disiplin diri yang tinggi untuk bisa melakukan itu semua ya mbak
BalasHapusSelf reminder kok ini Mbak, makasih yaa
HapusMulti fungsi banget ya mbak, banyak identitas dan pekerjaannya :) Memang kalau kita menggeluti beberapa bidang pastinya harus konsekwen dan bisa mengatur waktu dengan baik.
BalasHapusSetuju bun self disipline penting banget.. Self disipline membentuk kita menjadi pribadi lebih baik dengan kehidupan lebih baik dimasa depan, bagaikan kedelai berjalan melihat wortel saya berjuang menyemangati diri berjalan demi sesuatu didepan sana hehe.. Ogah ah jadi kuda yang mesti di pecut oleh boss agar mau berjalan :p
BalasHapusSelf dicipline yg kebanyakan orang sulit melakukannya. Tapi bagi yg bisa, ia akan menjadi orang-orang yg hebat dan sukses. Seperti Bu dosen ini.
BalasHapussiapa yang mengenal dirinya dia mengenal tuhannya. maka dari itu aku sedang belajar lagi buat ngenalin diri nih mbak mia...
BalasHapusTertampar ini baca artikel k mia tentang penguatan jati diri dengan self dicipline. Aku masih keteteran banget nih k mia tentang disiplin diri dan kegiatan tanggung jawab ke keluarga. Semangat semoga bisa menerapkan y k.
BalasHapusBloger yang telat menyetorkan url link tugasnya, inluencer yang terlambat memposting orderan dari pihak brand. Busyettttt serasa ditabok pas baca ini uni. Wkwkwk
BalasHapusSaya masih berusaha unt disiplin. Banyak keteter hehe
BalasHapusKadang agenda aktifitas dah di list. Tp hanya 50% yg done.
Tp tetap berusaha 😀💪
Self Disipline atau menjaga kedisiplinan itu sangat penting, terutama hal dalam pekerjaan. dan dari artikel ini, saya paham disiplin banyak halnya.
BalasHapuswah luar biasa mba masih bisa update blog 2 hari sekali dengan berbagai kesibukan yang sebagai ibu dan istri juga ibu bekerja. salut dagh :)
BalasHapusMasyaAllah baca ini makin kagum sama cara Mbak Mia mengelola waktunya. Dari urusan domestik, anak-anak, ngajar plus tanggung jawab jabatan, aktif jadi blogger dan produktif menghasilkan tulisan. Memang benar, waktu boleh sama, 24 jam tapi hasilnya berbeda dari satu orang ke yang lainnya.
BalasHapusMakasih sudah menginspirasi dengan self-disciplinenya mbak.
MasyaAllah luar biasa keren kak Mia.. gak bisa harian namun nulis blog dua hari sekali.
BalasHapusAwak belum berani nulis sesering mungkin kecuali ada kerjaan dari vendor.
Karena takut kebanyakan nulis gak sempat BW.
Jujur saja, untuk mendisplinkan diri bagi saya nih masih susah. Susah banget, bolak -balik gagal mulu karena target enggak sesuai gara-gara alam bawah sadar saya. Tidur pagi, itu pula yang enggak bisa dikordinir dudu. Namun enggak boleh nyerah, pasti bisa kok mendisiplinkan diri.
BalasHapusself disicpline ini memang seharusnya kita jalanin ya mba, jadi bisa mengeluarkan potensi-potensi kita yang terpendam juga nih, memang harus dimulai dengan niat dulu dan komitmen dan konsisten sih ya
BalasHapusBarakallah.. keren banget deh kk Mia ini, bisa ngerjain semua. Memang perlu banget self discipline ini ya kak. Kalau aku masih rada kacau sepertinya. Hiks...
BalasHapusSelf discipline diri saya masih naik turun.
BalasHapusTiap pagi atau malam sebelum tidur, diusahakan selalu bikin to do list buat hari ini atau besoknya.
Terkadang semuat to do list bisa dilakukan.
Ada kalanya hanya sebagian yang bisa diceklist
Tak jarang tak satu pun yang eksekusi.
Duh, kapan saya bisa sehebat dirimu Mbak? Mengatur waktu antara menulis dan tugas domestik IRT sungguh menguras energi.
BalasHapusTerima kasih tambahan ilmunya. Jadi tambah semangat belajar disiplin.
makasi mba mia untuk tulisannya, menampar banget buat saya yang masih moodyan. kadang bisa jadi disiplin banget tapi kadang juga bisa males'an yaampun
BalasHapusKak mia ini idola banget deh kalau masalah penguatan jati diri dengan self dicipline ini, huhuhu apalah diri ini yang selalu terseok-seok menyelesaikan tulisan ...
BalasHapusApalagi sebagai self-employed, atau ibu bekerja di rumah seperti saya yang kerjanya paruh waktu serabutan, self-discipline itu nomor 1. Karena tidak ada forced discipline dari pihak luar.
BalasHapuswah ibu hebat nih, harus belajar jadi ibu kayak mba nntinya aku, udah bisa urus suami, anak, bisa urus blog dan nulis artikel pula,,, huhu salut, disiplin bgt
BalasHapusAku tak biasa seperti ini mbak
BalasHapus