Opname Di Rumah Sakit Saat Pandemi
Setiap orang pasti memiliki pengalaman ketika sakit. Kali ini saya ingin menuliskan pengalaman opname di rumah sakit saat pandemi.
Tepatnya dialami oleh anak bungsu saya yang berusia 3.5 tahun. Tujuannya agar di masa yang akan datang, tulisan ini menjadi semacam pengingat bagi saya.
Mudah-mudahan ke depannya lebih waspada lagi dalam menjaga kesehatan anak, dan tentunya berdoa agar senantiasa dikaruniai kesehatan. Amin.
Suasana di dalam kamar rawat inap / dokpri |
Memutuskan opname di rumah sakit
Opname menurut KBBI adalah perawatan dengan menginap di rumah sakit. Wah, sebenarnya tidak menyangka kalau si kecil Ocean sampai diopname segala di tempat berkumpulnya orang-orang sakit yang dirawat alias rumah sakit.
Apalagi RS tempat kami berobat ini juga merawat pasien terinfeksi Covid-19. Baru saja kemarin saat saya ada keperluan turun ke lobi RS, terdengar instruksi dari sekuriti RS untuk mengosongkan area pintu keluar.
Sebab petugas pembawa jenazah pasien Covid-19 yang akan dimakamkan sesuai protokol Covid-19 akan melalui pintu keluar. Suasana terasa mencekam, raungan tangis keluarga yang ditinggalkan menggema.
Mengapa si kecil harus opname?
Badannya lemas, tidak lincah sebagaimana lazimnya
Senin, 9 November 2020, seperti biasa saya menyuapi Ocean sarapan sebelum duduk menghadap ke laptop, melakukan aktivitas rutin, mengisi perkuliahan daring.Tak seperti biasa anaknya lincah bergerak ke sana ke mari, saat itu Ocean tampak lesu dan lemas. Saya pikir karena bangun tidur. Sembari menghangatkan air untuk mandinya, saya pun memeriksa suhu tubuhnya.
Ocean yang biasanya ceria, lompat dan manjat sana-sini, terbaring lemas |
Hilangnya nafsu makan
Ocean anak yang suka makan. Segala jenis sup dan makanan berkuah, ia suka. Lucunya, favoritnya adalah mie goreng. Jadi kalau dia ingin menyantap mie, saya memasak mie telur, dengan membuat bumbunya sendiri. Selain mie, Ocean suka sekali nasi dengan lauk telur dadar.
Nah, saat-saat seperti ini ia menolak kedua makanan favoritnya. Tentu saja hal ini menjadi tanda tanya besar bagi saya. Why?
Suhu tubuh meningkat
Sayang sekali termometer digital kami sedang rusak dan lupa terus membeli yang baru. Jadi saya hanya meraba dahinya, kelopak mata, lipatan-lipatan tubuh seperti ketiak, belakang lutut, dan selangkangan. Meski tidak panas banget, namun tetap saja suhu tubuhnya meningkat.
Hal ini sebagai pertanda ada sesuatu yang tidak beres yang sedang terjadi di dalam tubuh anak saya. Demam bukanlah penyakit, melainkan alarm penginformasi benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Entah itu bakteri, virus, atau lain-lainnya.
Muntah-muntah
Mengetahui suhu tubuhnya meningkat, saya mengurungkan niat untuk lanjut mandi. Cukup diseka pakai washlap agar ia tetap merasa segar. Baru mengunyah nasi dan telur dadar kesukaannya, Ocean muntah. Saya stop menyuapi dan mencoba mencari tahu.
Setelah memberinya air putih hangat kuku, Ocean tampak lega. Beberapa saat saya coba lagi menyendokkan makanan ke mulut mungilnya. Ia masih mau membuka mulut, namun muntah lagi.
Tak ingin membuang waktu, saya menelepon suami yang saat itu berada di kantor. Menunggu suami pulang rasanya lama sekali. Sebenarnya saya bisa membawa Ocean langsung ke RS.
Namun lebih tenang dan bisa berpikir jernih jika mengambil keputusannya bersama suami. Kecuali saat kami LDR dulu, mau tidak mau saya yang harus sigap mengantar anak jika terjadi kondisi gawat darurat.
Mencret
Begitu ayahnya tiba di rumah, Ocean memaksakan diri turun dari kasur dan menyambut ayahnya seperti biasa. Malangnya saat berada di beranda rumah, Ocean mencret sampai menggenang di lantai.
Saya berusaha tidak panik. Spontan langsung menggendong Ocean ke kamar mandi. Suami masih dengan pakaian safarinya langsung membersihkan pup cair yang berserakan.
Dalam perjalanan, kami menelepon kakak yang seorang dokter (kepala puskesmas). Langsung beliau mengirimkan resep melalui WA. Sambil memutar otak, makanan apa yang bisa masuk ke dalam perutnya.
Belum sempat mendapatkan ide, Ocean muntah dan tak lama diikuti dengan pup cair lagi. Akhirnya bismillah, saya dan suami memantapkan hati agar Ocean opname saja di RS. Di RS tentunya selalu tersedia tenaga medis yang siap membantu kalau-kalau terjadi kegawatdaruratan.
Terus terang kami tidak berani menunggu lagi meski beberapa saat. Khawatir anak kehilangan banyak cairan. Kalau muntah-mencret tetapi masih ada makanan yang masuk, tidak masalah. Ini dia benar-benar mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Setiap yang disodorkan disambut dengan gelengan kepala.
Drama Pasang Jarum Infus
Bisa dikatakan inilah bagian yang bikin perasaan seorang ibu tak karuan. Saat jarum suntik menancap di permukaan kulit lembut si anak.
Fyuhh, baper banget. Ocean melengking kesakitan. Hilang sudah gambaran anak ceria dan selalu riang gembira darinya. Berganti dengan sedu sedan dan teriakan memilukan.
Ternyata tidak sampai di situ, hentakan tangan Ocean yang kuat berefek pada bergesernya posisi jarum. Mau tidak mau penusukan pada vena harus diulang, kali ini di tangan yang satunya.
Ocean dibedong laksana bayi baru lahir, kedua tangannya tidak bebas lagi. Saya diminta memastikan lututnya tak bergerak-gerak. Sementara suami memegangi bedongan tangannya. Duh ya Allah... apa tidak ada cara lain selain melalui pemasangan infus begini.
Setelah pembuluh vena tangan kanan dan kiri tidak berhasil dipasangi selang infus, suster beralih ke kaki. Tetapi saya dan suami sepakat untuk meminta waktu dahulu barang setengah jam untuk Ocean menenangkan diri.
Singkat cerita, infus sukses dipasang di kaki kiri. Harus dijaga betul sebab Ocean menendang-nendangkan kakinya merasa risih ada plesteran kain kasa dan selang. Drama jarum infus belum selesai, masih harus cek alergi lagi.
Tak berapa lama sejak infus terpasang, seorang perawat meminta izin untuk tes alergi di lengan kanan Ocean. Tindakan ini untuk mencegah kalau-kalau terjadi alergi obat. Dan benar saja, Ocean menjerit lagi sekuat tenaga.
Saya memeluk badan kecilnya, mengelus-elus dan meniup bekas suntikan yang dilingkari dengan pena oleh ibu suster.
Ocean setelah saya tenangkan |
Pengalaman opname di rumah sakit saat pandemi
Kami memilih RS Mitra Medika di kawasan Amplas karena dekat dari rumah. Satu kelurahan malah. Antara rumah dan kantor suami. Sehingga jika ada perlu pergi-pulang ke rumah atau ke kantor, tidak makan waktu. Maklum, meski di saat pandemi seperti ini kota Medan tetap saja macet.
Kebersihan dan kenyamanan
Di RS ini tidak terlihat satu sampah pun, bahkan debu juga tidak ada. Petugas kebersihan terus menerus melaksanakan tugasnya. Di kamar tempat anak saya rawat inap pun tong sampah senantiasa diambil sampahnya dua kali sehari. Membersihkan kamar juga demikian.
Sampai-sampai saya membatin, saking seringnya cleaning service datang, saat hendak memejamkan mata yang lelah karena begadang menjaga selang infus anak supaya tidak bergeser dan memastikan air botol infusnya tetap menetes, aduh Kak... mbok gak usah masuk dulu, hehe.
Kebersihan kamar mandi juga sama, tempat sampah kamar mandi diambil dua kali sehari, WC duduk dan sink (wastafel) selalu mengkilap. Kamar mandi dilengkapi dengan shower, pegangan besi untuk pasien, dan ada tombol darurat yang terhubung ke nurse station.
View dari kamar rawat inap RS / dokpri |
Oya, RS Mitra Medika ini dulunya bekas Sahid Hotel Medan. Jadi tak heran bentuk-bentuk kamarnya khas hotel dan ada kolam renangnya pula. Lima hari di sana, memandangi view kolam renang dari lantai 4, sepertinya memang tidak difungsikan lagi seperti saat bangunan ini jadi hotel.
Kendati demikian, kolam renang tampak bersih dan tentu saja menjadi hiburan dan fantasi bagi anak-anak.
Pelayanan dokter dan perawat
Alhamdulillah bisa dikatakan puas dan berterima kasih dengan pelayanan dokter, perawat, dan tenaga administrasi di sana. Semuanya profesional. Bukan karena kami PU (Pasien Umum), sepertinya semua pelayanan sesuai standar saja antara PU dan Pasien BPJS.
Kebetulan dokter anak yang menangani, menurut informasi yang saya terima adalah dosen di FK USU. Sehingga dalam menjelaskan kondisi anak saya, sangat jelas, tidak tanggung-tanggung. Seperti biasanya para dokter yang dimaklumi bersama. Ditanya dulu baru menjawab, kan.
Para suster juga baik-baik semua. Menyapa nama anak kami dengan ramah dan akrab. Suasananya menjadi familier meski begitu melihat perawat memasuki ruangan, spontan Ocean menangis ketakutan. Tampaknya ia sungguh trauma dengan kejadian pasang infus kemarin.
Para suster juga baik-baik semua. Menyapa nama anak kami dengan ramah dan akrab. Suasananya menjadi familier meski begitu melihat perawat memasuki ruangan, spontan Ocean menangis ketakutan. Tampaknya ia sungguh trauma dengan kejadian pasang infus kemarin.
Untuk pelayanan secara umum memang ada perubahan sejak pandemi. Jam besuk pasien ditiadakan. Satpam mengawal ketat dan menanyai terlebih dahulu setiap pengunjung yang masuk ke lobi RS.
Keluarga dekat pasien sendiri jika ingin masuk menunggui pasien tetapi jumlahnya lebih dari satu orang, tak segan-segan diminta menunggu saja di luar lobi. Ini terjadi pada Ririn, kakaknya Ocean.
Terpaksa sambil menggambar di kursi tunggu, ia menantikan ayahnya turun lagi ke bawah. Yang menunggui Ocean hanya saya sendiri. Sementara ayahnya dan Ririn terpaksa pulang ke rumah.
Hal yang sangat berbeda seperti saya melahirkan Ocean dulu di RS lain. Mungkin karena belum pandemi, jadi sekeluarga bisa turut menginap, menemani saya sehabis bersalin.
Biaya yang dikeluarkan
Harga untuk lima hari opname beserta seluruh layanannya relatif masih terjangkau. Kalau menurut suami saya sedang-sedang saja. Tidak yang mahal banget, tetapi juga tidak murah sekali.
Namun ke depannya menjadi pelajaran juga bagi saya dan suami untuk serius mengurus BPJS-nya Ocean. Tempo hari saat liburan semester saya ingin mendaftarkannya langsung ke kantor BPJS.
Tertunda terus karena selama pandemi lebih banyak stay at home. Alhamdulillah sekarang bisa registrasi secara daring saja. Menurut suami tak mengapa si bungsu ini jadi PU, toh ketiga anak kami yang lain sudah ditanggung negara (baca: potong gaji).
Menurut saya tetap harus didaftarkan, karena kita tidak mengetahui hal-hal yang akan terjadi ke depannya. Mintanya sih sehat-sehat selalu, namun tak ada salahnya sedia payung sebelum hujan. Seperti saat ini, siapa yang menyangka si chubby Ocean kok bisa tiba-tiba muntah-muntah dan mencret.
Kesimpulan
Opname di rumah sakit saat pandemi insyaallah aman-aman saja dan tidak horor sebagaimana persangkaan kebanyakan orang selama ini.
Adanya perubahan layanan RS seperti peniadaan jam besuk, penunggu pasien hanya satu orang, dan kebijakan ketat protokol kesehatan lainnya tidak lain adalah untuk keamanan dan keselamatan semua orang di RS tersebut juga. Baik pasien, tenaga medis, dan seluruh komponen RS.
Ocean sesaat sebelum pulang ke rumah lagi |
Bagaimanapun nyamannya opname di RS, tentu lebih baik berada dalam keadaan sehat walafiat. Untuk itu mari menerapkan pepatah lama, lebih baik mencegah daripada mengobati.
Demikian sharing saya kali ini. Semoga bermanfaat.
Salam sehat selalu,
Jadi teringat saat putra saya sakit. Ketika mau diambil darah, jarum ga bisa masuk padahal udah beberapa kali suntik sana suntik sini. Udah di tangan, di kaki, bikin kami sedih anak nangis karena disuntik terus.
BalasHapusKalau ingat itu, pengen nawar jangan sampai anak sakit deh ya...
Gak enak banget ya Teh... rasanya pingin gantiin, hiks
HapusEmang RS mitra medika bagus ya kak. Kalau gak salah dulu itu bekas hotel ya, makanya ada kolam renang. Btw senengnya liat Ocean sudah sembuh, sehat selalu ya dek ^^
BalasHapusDi bawah gambar kolam kan memang ada penjelasannya tentang itu Dyah... hihi... gak sempat baca ya
HapusOala.. kelewat. Wkwkwk... Btw ocean anak ke empat jadi gak otomatis masuk BPJS ya kak. Jatah pegawai cuma 3 ya.
HapusAlhamdulillah melihat foto dede Ocean sudah bisa tersenyum sesaat sebelum pulang rasanya lega sekali mbak.
BalasHapusKebayang banget gimana remuknya hati mbak mia pas dipasangin jarum infus kan? Sehat-sehat ya mbak putranya
soalnya tangan kanan dan kiri sudah dicoba, gagal. akhirnya kaki. jeritannya subhanallahh...
Hapusuuuu semoga selalu disehatkan yaaa
BalasHapusbude dan pakde ku juga sempat opname di RS, untungnya gak repot dengan harus tes swab dll. agak aman sih, pokoknya gak bikin repot deh, Alhamdulillah
Alhamdulillah gak musti pake RT atau SWAB Test, huhuu
HapusKalau anak sakit itu rasanya memang campur aduk ya Mba. Berusaha tidak panik pdhal dalam hati nggak karuan. Alhamdulillah Kakak Ocean sudah sehat lagi, semoga sehat selalu yaa..
BalasHapusAlhamdulillah udah mau makan anaknya ^^ seneng banged!
HapusKalau masalah anal sakit, wah sudah deh mbak pokoknya kita semua bakal ikut sedih memikirkannya ya. Alhamdulillah segera tertangani dengan baik, sehingga lekas pulih. Memang tidak ada pilihan lain, kalau kondisi sudah semakin lemah ya jalan satu2nya harus di bawa ke rumah sakit ya. Sehat selalu ya buat Ocean.
BalasHapusklk buk dosen udh buat artikel selalu mantep abisss
BalasHapusAlhamdulillah, Ocean sudah kembali sembuh dan ceria ya mba. paling sedih deh lihat anak kecil yang diinfus tuh. Orang dewasa aja sakit loh ketika harus diinfus, apalagi anak-anak. Sehat-sehat selalu ya Ocean...
BalasHapusAlhamdulillah kenyamanan dan keamanan opname selama pandemi tetap terjaga. Sehat terus ya Dek agar tidak perlu opname lagi.
BalasHapusAlhamdulillah kenyamanan dan keamanan opname saat pandemi tetap terjaga. Sehat terus ya Dek, jangan opname lagi.
BalasHapusAlhamdulillah Ocean udah sehat kembali. Semoga engga perlu dirawat lagi. Apalagi musim pandemi gini, jadi was-was ya...
BalasHapusDi Bandung sini malah terbalik lho, ada RS Ibu & Anak, alih fungsi jadi hotel. Mungkin kurang laku...
Aku tertegun melihat view rumah sakitnya. Bagus bener :)) Btw semoga imun tubuhnya bertambah ya Ocean biar gak gampang sakit2 lagi. Apalagi masih musim pandemi seperti ini. Stay strong ya Mia
BalasHapusAlhamdulillah Ocean sudah sehat ya Mbak Mia, semoga ga ada drama rumah sakit lagi ya, Nak..cukup sekali.Sehat selalu semua
BalasHapusMemang sebaiknya punya BPJS ya Mbak..biar tenang hati kalau ada apa-apa nanti
Dulu pas Alzam masuk RS awak shock kali kak. Gak sadarkan diri dia, kejang pula..
BalasHapusBiaya RS juga bikin shock hari tu, satu malam dua hari habis 4juta .
Sebelum masuk ICU udah ditodong 5 juta buat deposit.
Jadi ngebayangin, gimana yang gak punya uang?
Anaknya dibiarkan ajalah ya tanpa tindakan medis. Sedih rasanya.
Oceaaaan, semoga sehat selalu ya nak..
Semoga tetap sehat dan tidak sakit lagi semasa pandemi. Saya salut juga pas baca petugas kebersihannya rutin dan kerap membersihkan. Concern mereka harus ekstra bersih soalnya lagi pandemi. Sebaiknya memang punya BPJS sekalipun ada RS yg terkesan kurang ramah thdp pengguna BPJS. Masih ada RS yang baik.
BalasHapusNggak tega membaca soal anak balita sakit dan sampai diinfus. Semoga sehat terus ya. Alhamdulillah pelayanan RS nya bagus
BalasHapusAlhamdulillah adek ocean sudah sembuh ya kak, kalau anak sakit rasanya kawatir aja kan ya. Awak belum pernah ke RS Mitra Medika ini mungkin karena jauh lokasinya dari rumah
BalasHapussehat2 ya Ocean :3 tp kalau yg ngjagain pasien gitu enggak harus rapid kak? ada temen enggk jd mau lahiran di RS karena protokolernya gitu, jd dia mau ke bidan aja huhu
BalasHapusBungsu kami juga sempat di rawat di RS. Tapi cukup horor juga. Karena berisiko isolasi jika hasil rapid reaktif. Selain itu, hasil rafid yang katanya tidak selalu tepat, mengingat masa inkubasi virus, membuat saya pasrah, karena harus berdua dalam 1 ruangan dengan pasien lain. Tapi bersyukur semua baik-baik saja.
BalasHapus