Brakkk!!!
Helikopter mainan itu pun tercampak ke lantai. Dengan wajah kesal, Ocean (3,5 tahun) berlari ke sudut ruang tamu, mulai menangis keras. Usut punya usut ternyata berselisih paham dengan si kakak (9 tahun).
Replika plastik kendaraan udara itu bukan rusak, tetapi baling-balingnya copot, Ririn tidak sengaja menjatuhkannya. Bisa dipasang kembali. Namun Ocean sudah bercucuran air mata. Ocean sedang emosi. Bagaimana mengendalikan emosi pada balita?
|
Ekspresi Ocean putra saya usai emosinya berhasil dikendalikan / dokpri |
Emosi pada balita
Tiap manusia dianugerahi
kecerdasan emosional. Kecerdasan ini berkaitan dengan aktivitas merasa, kemampuan mengendalikan perasaan, mau bekerjsama, empati, komitmen, sportif, dan sederet kepribadian lainnya.
Berbeda pada orang dewasa, anak-anak khususnya anak balita memiliki karakteristik emosi yang khusus, harus dipahami sesuai dengan usianya agar ayah dan bunda bisa mengatasinya dengan baik. Balita adalah kelompok anak yang berada pada rentang usia 0-5 tahun.
Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Sebab tumbuh kembang anak berlangsung cepat. Pertumbuhan dan perkembangan pada balita merupakan periode yang penting bagi anak. Karena turut memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak di masa yang akan datang.
Mendidik anak tidaklah lama, bagaikan menjatuhkan batu dari atas ke bawah (Imam Syafi'i)
Di masa balita hendaknya ayah dan bunda bersungguh-sungguh mendidik putra-putrinya. Mengajarkan semua kecerdasan kepada ananda, termasuk kecerdasaan emosional.
Sebab pendidikan anak tidak hanya bermanfaat untuk di dunia namun berdimensi akhirat, menjadi tanggung jawab orang tua yang nantinya akan dipertanyakan di hari kemudian.
Sebagaimana kalimat Imam Syafi'i di atas, mendidik anak tidaklah lama. Bagaimana cepatnya melesat batu yang dijatuhkan dari atas ke bawah, demikianlah membesarkan anak.
Tahu-tahu anak sudah remaja, sudah dewasa, bahkan saatnya meninggalkan rumah tempat ia dididik ayah bundanya.
Sering kita baca di media sosial, caption para orang tua "time flies so fast" sambil menautkan foto anaknya yang tadinya masih berada dalam gendongan kini sudah menjelma menjadi seorang pemuda. Waktu begitu cepatnya berlalu, maka harus kita manfaatkan sebaik-baiknya dalam membersamai anak.
Mengapa kalau emosi balita suka melempar barang?
Seperti Ocean putra saya di atas yang melemparkan mainan helikopternya ke lantai lalu menangis, demikianlah yang umumnya juga terjadi pada balita. Hampir mirip dengan tantrum atau ledakan emosi hanya saja pada
tantrum temper emosi anak lebih besar dari biasanya dan sulit untuk diredakan dengan cepat. Pada anak balita mestinya tantrum sudah jarang didapati.
1. Meluapkan emosinya
Kemampuan berbicara anak usia balita memang sudah lebih baik ketimbang kelompok usia di bawahnya. Di fase ini anak balita telah lancar menyebutkan namanya sendiri meski beberapa huruf masih cadel.
Kendati demikian tetap saja saat dalam keadaan emosi, balita kehilangan penguasaan kosa katanya dan lebih memilih melempar barang. Pada saat itu ia meluapkan segenap perasaannya agar lebih efektif sampai dan dimengerti orang-orang di sekelilingnya terutama ayah dan bunda.
2. Lelah, lapar, situasi sulit lainnya
Kemampuan menyampaikan perasaan yang masih terbatas pada balita ditambah lagi ia dalam kondisi kelelahan, lapar, atau situasi sulit lainnya. Misalnya ditinggal ayah/bunda berangkat kerja dan ia harus bersama sang pengasuh untuk sementara.
Saat emosinya baik-baik saja mungkin hal ini tidak masalah. Alih-alih mengamuk, justru si balita tersenyum sambil melambai-lambaikan tangan pada ayah atau ibu yang keluar rumah. Sebab ia mengetahui kalau orang tuanya beberapa saat nanti akan kembali.
3. Ingin tahu
Saat emosi, terkadang balita juga ingin tahu apa yang terjadi jika ia melemparkan mainannya. Rusakkah, pada mobil-mobilan rodanya lepaskah, atau pecah.
Namun harus selalu diawasi jangan sampai benda-benda yang dilempar si kecil justru membahayakannya. Misalnya melempar gelas kaca, berisiko pecahannya melenting mengenai kakinya.
4. Untuk bersenang-senang
Pernah lihat tidak usai melemparkan mainannya si balita bisa tersenyum. Entah mendengarkan suara aneh dari empasan benda atau kala barang tersebut sedikit mengenai kucing dan kucing mengeong sambil tiba-tiba melompat?
Balita kadang melempar barang dengan emosi justru ingin bersenang-senang. Hanya saja perlu ditangani secepatnya agar tidak menetap menjadi kebiasaan.
Tips mengendalikan emosi balita
Menurut American Journal of Public Health yang dirilis di laman The Asian Parent, balita yang memiliki kecerdasan emosi sejak dini bisa lebih sukses di masa mendatang.
Penelitian yang dilakukan selama 19 tahun mengungkapkan bahwa anak yang pada masa balitanya sudah diajari mengendalikan emosi, memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
Kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi pada usia dewasa akan membawa pada kehidupan yang lebih baik, dibuktikan dengan mampu mengikuti arahan dengan baik dan bisa bekerjasama dengan orang lain. Salah satu indikatornya adalah sukses meraih gelar sarjana dan sudah bekerja sebelum usia 25 tahun.
Lalu bagaimana tips-tipsnya?
- Saat si balita tengah emosi, cobalah berempati padanya. Masuk ke dunia kecilnya dan memandang masalah dari perspektif anak balita. Ayah dan bunda akan mendapati akar masalah emosi balita dan berusaha memahami makna melempar barang.
- Jika emosinya dipengaruhi rasa lelah, lapar, dan situasi sulit lainnya, segera carikan solusinya. Beri makan dengan cara menyenangkan, dibacakan dongeng saat mulai mengantuk, agar ia bisa beristirahat dengan emosi yang tenang.
- Tetap bersikap tenang menghadapi balita yang sedang emosi. Ketenangan ayah dan bunda sebenarnya juga memberi teladan yang baik bagi anak. Ia belajar mengimitasi sikap yang seharusnya dilakukan bila dilanda emosi. Jangan ikutan melempar barang ya, Bun... hehe
- Saat keadaan sudah tenang, perlahan-lahan jelaskan duduk persoalan dan bagaimana seharusnya ia bersikap. "Adek... helikopter bukan untuk dilempar ke lantai, ya... tapi untuk diterbangkan, gini nih cara menerbangkan..." blablabla, dan seterusnya.
- Tunjukkan pada anak dampak atau akibat perbuatannya. "Lihat nih, Dek... roda truknya jadi copot satu karena Adek banting." Kalau rodanya cuma tiga, truknya jadi oleng kan jalannya," "Jangan gitu lagi ya, Dek."
- Salurkan keinginannya untuk melepaskan emosi sambil melempar dengan yang lain. Misalnya bisa diajak bermain lempar-tangkap bola.
Demikian tips mengendalikan emosi balita, silakan diterapkan bersama si kecil. Namun pastinya setiap orang tua memiliki cara yang jitu dalam mengendalikan emosi buah hatinya.
|
Ocean dan Umi sedang tersenyum senang / dokpri
|
Kesimpulan
Balita sebagaimana anak pada kelompok usia lainnya juga bisa dilanda emosi. Namun ada kalanya saat emosi, balita melemparkan barang-barang di sekitarnya terutama mainannya.
Melempar benda saat emosi masih dapat dimaklumi selama tidak dilakukan balita pada frekuensi yang terus menerus. Biasanya ia melempar barang karena ingin meluapkan emosi, dalam keadaan lelah, lapar atau situasi sulit, ingin tahu seperti apa jadinya jika barang tersebut dilemparkan, dan bisa juga melempar benda hanya untuk bersenang-senang.
Tips mengendalikan emosi balita yang suka melempar barang, berempati padanya, berikan makan, ajak istirahat jika ia dalam keadaan lapar atau lelah, sikapi dengan tenang, jelaskan bahwa melempar itu tidak baik.
Sampaikan juga efek negatif dari tindakan melempar, dan jangan lupa luangkan waktu untuk mewadahi keinginannya untuk melempar. Bermain lempar-tangkap bola atau permainan yang ada kegiatan melempar lainnya.
Ayah bunda lainnya ada tips lainnya, nggak? Kalau ada ketikkan di kolom komentar ya... saya tunggu... terima kasih.
Salam,
Ocean wajahnya Uni Mia banget yaaa. Hahahaha. Ini Rangin banget. Kalo emosi pasti melempar dan membanting barang. Kadang sedih, ingat pas Mae dulu mainannya rapi utuh masih bisa dipakai diwariskan ke adek kembarnya. Nah sekarang si kembar, gak ada lagi mainannya yg bagus, mesti ada cacatnya karena bekas dibanting atau dilempar. Hiihi. Terima kasih tipsnya uni.
BalasHapusAnak laki2 beda ya ama anak perempuan. Ocean ama Ririn beda bangeet... Ririn semua mainan ada kotaknya... Ocean bagian membongkarnya, haha
Hapusbelajar lagi bagaimana mengelola emosi anak, karena selama ini sebelum berhasil mengelola emosi anak udah emosi duluan hihihi makasih tipsnya mbak
BalasHapusKl emaknya gak belajar cara agar gak emosi duluan, yg kasian anaknya mbak, huhuu
HapusBoleh juga nih mom tipsnya untuk dicoba tetapi kadang seringnya pas anak lagi emosi org tua suka ikutan khilaf
BalasHapusNama anaknya keren banget, Ocean. Baca artikel gini jadi paham, urusan EQ gaboleh diremehin bahkan sejak masih balita ya. Bakal diinget2 terus nih, bekal buat nikah hehe
BalasHapusAnak keduaku sedang mengalami fase ini, padahal usianya sudah 6 tahun. Dia kalau mau ngomong sesuatu itu mikirnya lama,kadang-kadang karena pengin nyeritain situasinya dulu atau enggak pemilihan kosakatanya yang agak tidak biasa. Begitu lupa, marahlah dia. Lempar-lempar barang, nangis, teriak-teriak. Pokok lumayan bikin geregetan juga. Nah, lapar pun dia sering begini. Pas kita tanya kenapa marah-marah, jawabnya lapar. Kan gereget banget tuh. Tapi yowislah, sabar, sabar.
BalasHapuswah, ternyata mendidik anak tidak lama ya. tapi kok serasa luamaaa? hehe...tapi ntar pas mereka gede, baru kerasa cepet ya Mbak. masuki perspektif dunia mereka, bijak banget nih. dengan begitu kita bisa merasakan apa yang mereka alami. makasih mbak artikelnya
BalasHapusKalau anak udah bisa menyampaikan keinginanya mungkin kita bimbing untuk menyampaikan keinginannya dengan baik ya. Agar kita orang tuanya juga bisa memberikan respon yang sesuai. Susahnya, kalau anak toddler belum bisa bicara. Hehehe Identifikasi penyebab marahnya ngalahin identifikasi masalah hukum... wkwkw
BalasHapusdrama yang pasti akan di alami setiap emak dengan dua anak laki-laki nampaknya ya mba, saya juga demikian. tiap hari tanpa berantem dan rebutan. tips nya boleh saya coba nih kak, tapi di atas semua itu yang harus di dahulukan mungkin mengendalikan emosi emak juga ya, karna gak sedikit emosi emak ikut naik kalo anak mulai tantrum atau esmosiiii, hehe
BalasHapusMemang penting membekali diri dengan ilmu parenting ya bunda, agar kita tahu tahap-tahap perkembangan mereka. Termasuk emosinya.
BalasHapusLucu banget anaknya mbak..emang sih ya jadi mom jamn now harus bnuk pengetahuan ttg parenting palagi tuk kendalikan emosi anak ya mbak..sehat selalu ya buat bundanya dan si kecil
BalasHapusSemua manusia tak terkecuali balita pun pasti punya emosi ya mbak. Tinggal bagaimana cara kita sebagai orang tua menyikapinya saja. Wajar aja mgkin ya anak melempar barang sebagai tanda dia sedang emosi.
BalasHapusMemang harus benar2 dipahami ya kak utk bisa berhasil ngendaliin emosi balita, kalau sembarangan yg ada malah makin runyam nnti emosinya
BalasHapusseperti melempar batu dari atas ke bawah.. cepet ya bun. bener bgt aku juga setuju mengendalikan emosi balita memang hrs dgn tenang karena otak dan hati balita itu nyamber dengan empsi orang tuanya apalagi ibu. aku jg pernah nulis ttg mengendalikan emosi balita..mampir ya ke blog ku mbak mia hihi
BalasHapusDari kecil anak2 aq ajari untuk mengendalikian diri kak, misal kalo lagi kesel atau marah nggak boleh banting2 barang. Jadi anak terbiasa dengan perilaku yang lebih halus gitu
BalasHapusHuaaaa... anakku banget ini. kalau marah suka lempar lempar barang. naklukinnya dengan dipeluk dan disayang. apa karena merasa gak diperhatikan ya makanya ngambek. ah gak juga tuh. kadang diperhatikan jg masih suka ngambek. hiks
BalasHapusYup bener banget kak... terkadang emosi anak bertemu dengan emosi orang tua..bukan berakhir baik malah semakin kacau... nah dibagian ini butuh kesabaran dan ketelatenan dari ortu mrnghadapi emosi anak
BalasHapus