Selasa sampai dengan Jumat 25-28 Agustus 2020 lalu saya mewakili Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) untuk mengikuti acara Loka Latih Program Webinar tentang Pshycological First Aid terkait Kekerasan Berbasis Gender bagi Akademisi/Lembaga Riset.
Acara ini diadakan oleh Deputi Bidang Partisipasi Masyarakat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. Dibuka langsung oleh Deputinya, Bapak Indra Gunawan.
Di masa pandemi Covid-19 ini banyak orang yang mengalami kecemasan. Tidak dimungkiri termasuk diri kita sendiri. Kecemasan dan kekhawatiran tertular Coronavirus, kecemasan berkurangnya penghasilan, kecemasan terhadap nasib yang belum tentu di masa yang akan datang.
Maka dipandang perlu untuk memberikan bekal terhadap orang-orang yang selama ini sudah bergerak di bidang pendampingan dan advokasi perempuan dan anak. Meski kecemasan dapat menimpa siapa saja, tidak hanya kaum perempuan, lelaki juga mengalami kecemasan yang sama.
Tua, muda, miskin dan kaya semuanya membutuhkan orang-orang yang dapat mendengarkannya, dapat menurunkan tingkat kecemasan masing-masing. Memperlebar window of tolerance (jendela toleransi) suatu masalah.
Apa itu Psychological First Aid?
Kalau P3K yang dikenal selama ini adalah Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
fisik, maka PFA adalah pertolongan pertama pada psikis atau psikologis, khususnya pada rasa cemas atau kecemasan. Mungkin di sekeliling kita ada teman yang sedang dirundung suatu masalah, putus asa, merasa jadi orang paling sial di dunia. Maka di sanalah
PFA provider ini memberikan pertolongannya.
Siapakah yang dapat menjadi PFA Provider?
PFA provider atau penyedia layanan PFA tidak harus memiliki sertifikat khusus atau berlatar belakang akademik ilmu psikologi/bimbingan konseling. Siapa saja bisa menjadi PFA provider. Saya, kamu, dia dan siapa saja, yang telah mengetahui cara-cara memberikan pertolongan pertama pada psikologi ini.
Saat pelaksanaan PFA sebaiknya tergabung di dalam sebuah organisasi, baik nasional, regional atau lokal. Terdaftar di BNPB/BNPD yang mengoordinasi respon bencana.
Namun pada umumnya pembagiannya sebagai berikut: layanan dasar, komunitas dan keluarga bisa diberikan oleh komunitas terlatih. Layanan nonspesialis bisa diberikan oleh psikolog umum. Layanan spesialis diberikan oleh terapis trauma, psikolog spesialis (EMDR &TF-CBT).
Pschycological First Aid itu:
- Bukan debriefing atau tanya jawab
- Tidak mencari tahu informasi detil mengenai pengalaman traumatis dan kehilangan
- Tidak mengobati
- Tidak memberikan label atau diagnosis
- Bukan konseling
- Bukan sesuatu yang hanya dapat diberikan oleh profesional
- Bukan sesuatu yang dibutuhkan oleh seluruh penyintas
Target Pschyological First Aid
Target Pschylogical First Aid yang pertama adalah kesehatan fisik, mengembalikan keselamatan. Kedua, kesehatan psikologis, meningkatkan keberfungsian, ketiga kesehatan perilaku, memberdayakan aksi dan yang keempat adalah kesehatan sosial, koneksitas sosial.
Elemen dasar pschycological first aid ini adalah memunculkan rasa aman, menenangkan, mendorongkan keterhubungan, meningkatkan self efficacy dan meningkatkan harapan.
(Self efficacy adalah kepercayaan seseorang akan kemampuannya untuk sukses dalam melakukan sesuatu.)
Banyak orang merasakan stres akibat persoalan hidup sehari-hari. Perlu dijabarkan apa itu stres. Dikategorikan stres bila pikiran, emosi, fisik dan sosial mengalami hal-hal sebagai berikut:
Pikiran: sulit berpikir dan mengambil keputusan, bermasalah pada konsentrasi, bingung, menyalahkan diri sendiri, bermasalah dengan ingatan, pikiran negatif dan merasa tidak berdaya.
Emosi: shock, marah, ketakutan, kedukaan, sedih, rasa bersalah, cemas dan disosiasi. (Disosiasi adalah memisahkan memori atau emosi yang dirasa tidak menyenangkan dari kesadaran utama, seperti amnesia).
Fisik: mengalami masalah tidur, sangat sensitif, rasa kelelahan, masalah somatis (suatu bentuk penyakit mental yang menyebabkan seseorang mengeluhkan satu atau lebih gejala penyakit, misalnya rasa nyeri, sakit perut, sakit kepala, gangguan pernapasan dan masalah seksual), selera makan memburuk dan timbul masalah pada pencernaan.
Sosial: mengambil jarak dari orang lain, mengisolasi diri, mudah marah dan konflik, menyalahkan orang lain, memberontak, berkurangnya tingkat keberfungsian.
Faktor yang Memengaruhi Stres
Ada enam faktor yang memengaruhi stress menurut Kak Ika dari HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia) dalam sesinya di webinar Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
- Jenis kekerasan yang dialami
- Pengalaman masa lalu
- Jejaring bantuan yang ada/sistem dukungan
- Kondisi fisik dan mental sebelum peristiwa
- Latar belakang budaya dan tradisi
- Usia
Bagaimana Cara Melakukan Psychological First Aid?
Ada enam langkah melakukan pertolongan pertama pada psikologis yang harus dilakukan oleh pemberi layanan. Tidak harus berurutan dan dilakukan semua namun disesuaikan dengan kondisi penyintas.
Lihat (look)
Lihat apa yang dibutuhkan, diselamatkan, diamankan oleh si penyintas, kebutuhan dasar makanan, air, tidur atau informasi.
Dengar (listen)
Dengarkan lebih lanjut dengan tidak menekan untuk bertanya, menghindari banyak bertanya, tidak perlu mengetahui penyebabnya.
Beri rasa nyaman (comfort)
Beri rasa nyaman, bantu agar lebih tenang
Koneksikan (link)
Bantu dengan menjalin koneksi dengan layanan lain yang diperlukan
Lindungi (protect)
Lindungi dari kerugian yang lebih jauh
Beri harapan (hope)
Menanamkan harapan tetapi tidak menjanjikan
Hal-hal yang Perlu Dipertimbangkan Saat Memberikan PFA pada Orang Lain
1. Berpakaian yang sopan, sebaiknya berpakaian yang meyakinkan, santun dan tidak mengganggu orang lain terutama si penyintas
2. Menggunakan bahasa yang dipahami penyintas. Dialek dan tata krama berpengaruh pada komunikasi yang efektif antara PFA provide dan penyintas.
3. Sesuaikan pendekatan dengan gender, umur, kedudukan/status si penyintas.
4. Kepercayaan dan agama
5. Budaya
6. Sikap dan penilaian masyarakat terhadap pendatang
7. Peran, jenis dan seksualitas
8. Struktur dan hirarki keluarga
9. Ekspresi emosi
10. Sikap terhadap sentuhan
Manajemen Pemberian Layanan Psychological First Aid
Persiapan awal dengan membangun koneksi dan mulai terlibat dalam kegiatan. Upayakan berada di lingkungan yang aman dan nyaman. Melakukan stabilisasi, keselamatan, keamanan, dan membangun sumber daya.
Memberikan informasi dan sumber daya sesuai kebutuhan dan asesmen resiko. Bantuan praktis dan dukungan dalam rangka mencari solusi. Bantuan yang diberikan berupa psikoedukasi, membangun koneksi dan meraih dukungan sosial.
Mempertimbangkan kondisi penyintas, beri rujukan dengan membangun jaringan ke layanan lain yang dibutuhkan, misalnya layanan kesehatan, spiritual agama, psikologi khusus, kepolisian dan sebagainya.
Sesi terakhir, sudahi memberikan bantuan dengan meningkatkan resiliensi penyintas dan jangan lupa pemberi PFA juga harus tetap memelihara kesehatan dirinya juga. Resiliensi adalah kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi sulit (daya lenting).
Kesimpulan
Psychological First Aid ini sangat dibutuhkan oleh siapa saja, bahkan semua lapisan masyarakat yang kini sedang menghadapi bencana bersama pandemi Covid-19. Pertolongan pertama pada psikologis ini bertujuan untuk menurunkan tingkat kecemasan pada diri seseorang.
Memperlebar jendela toleransinya sehingga lebih jernih melihat persoalan. Idealnya justru solusi muncul dari si penyintas sendiri, bukan dari pemberi layanan.
Penyintas membutuhkan tempat bercerita, orang yang mampu
mendengar aktif, tanpa bertanya balik, apalagi menginterogasi. Masalah yang dialami akan surut seiring kecemasannya menurun dan timbul suatu semangat untuk bangkit dari keterpurukan.
Salam sehat,
Awak membaca ini langsung teringat pada ibu yang membunuh anaknya saat belajar kak..
BalasHapusAwak gak menyalahkan daring. Awak yakin ibu itu udah lama mengalami "lelah" psikis. Dan akumulatif hingga tercetus di saat anak susah diajari..
Nah iya ibu itu butuh temennya atau siapa yg bs mendengarkan keluh kesahnya
HapusAq juga mbak langsung inget sama kasus itu yaa.. dan langsung inget ama anak dan diri sendiri. Sedikit banyak emang kadang efek pandemi yg bikin kita harus daring bikin stress. Perlu pertolongan pertama psikologis emang..
HapusKebanyakn kita cuma kepo doang kan ya,, gak mau membantu, huhuu
HapusMbaaa, terima kasih atas informasinya. Saya baru tau tentang pertolongan pertama psikologis.
BalasHapusMungkin saya termasuk orang yg perlu pertolongan juga. Berhubung saya punya anxiety yg suka muncul kalau mau tidur malam.
Ogitu ya, syukurlah kl Mba Icha terbantu, suka cemas kl malam hari ya
Hapussangat penting sekali bagi kita untuk tertolong secara mental ditengah pandemi seperti ini, dan adanya psychological first aid ini sangat terbantu, semoga banyak masyarakat yang tau dan menggunakan jasa ini.
BalasHapusPFA bisa diberikan siapa saja ke siapa saja yang membutuhkan kok Mbak, gak mesti profesional
Hapuswah aku baru tahu metode ini mbak mia, sejatinya jadi penolong pertama apakah harus komunitas atau bisa keluarga mbak?
BalasHapusPsychological first aid penting karena saat ini banyak yang tingkat kecemasannya tinggi karena pandemi, perlu bantuan seseorang yang mau jadi pendengar aktif dan bukan penginterogasi.
BalasHapusBanyak orang mengesampingkan masalah psikis. Padahal jika psikis mendapat guncangan, fisik juga akan mendapatkan masalah ya. Tapi orang-orang lebih suka memendam masalah dalam hati sampai penyakit fisik muncul.
BalasHapusmba aq baca ini jadi inget dengan beberapa teman yang saat ini lagi butuh banget psychological first aid karena sekarang menjadi otg dan shock karena hal tersebut. ini bener banget deh tips2nya dan kita sebagai orang awam bisa banget yah mba menerapkan ini untuk membatu orang2 yang membutuhkan psychological first aid ini., thanks for sharing mba
BalasHapussaya baru tau nih tentang PFA ini, di masa sekarang memang sangat dibutuhkan karena sakit psikis itu berbahaya juga kalau tidak segera ditangani
BalasHapusHai, mbak Mia makasih banget sharingnya. Saya baru tahu tentang psychological first aid ini. Bener banget si, saat pandemi ini banyak banget orang-orang yang jadi terguncang psikisnya. Dan banyak yang belum tahu kalau itu harus ditangani. Saya jadi ingat kasus terbarh seorang ibu muda menghabisi anaknya gara-gara sistem pembelajaran daring.
BalasHapusBagus programnya mbak. Setelah mengikuti ini apakah ada ujiannya atau langsung bersertifikasi kah?
BalasHapusKemudian nanti ditunjuk untuk komunitas sekitar?
Baru denger PFA, dan yakin kalo semua butuh ini saat ini. Banyak orang yang menampik masalah psikis, pura-pura bahagia padahal sedang sakit. Makasih ya ilmunya mba Mia..
BalasHapusWah, aku baru dengan detail mengenai Psychologycal First Aid ini. Dan iya, ahli yang begini kayaknya banyak dibutuhkan ya di mana pandemi kayak sekarang. Banyak orang stres karena takut dengan wabah, krisis ekonomi, dll. Di tempatku malah jadi banyak perceraian karena pandemi ini. Kayaknya kalo mereka menghubungi ahli yang bisa ngasih Psychologycal First Aid dulu, perceraian mungkin bisa dihindari ya.
BalasHapusKadang kita sudah panik duluan ya mbak ketika ada kecelakaan atau insiden gitu. Memang yg terpenting berikan rasa nyaman
BalasHapusAduh, emang sekarang banyak orang butuh pertolongan pertama untuk psikis kayak gini. Untunglah ada kegiatan kayak gini ya. Minimal bisa jadi solusi
BalasHapusAhh menarik sekali tulisannya mbak mia...
BalasHapusSangat bermanfaat, penting buat menjaga kesehatan mental
Semoga dengan adanya PFA ini benar benar dapat membantu masyarakat terutama kaum ibu.
BalasHapusKarena banyak hal yang ia pikirkan, mulai dari pemasukan keuangan yang berkurang, belum lagi urusan dapur, tagihan bulanan yang mesti dibayar dan lain lain.
Tentu sebagai istri sedikit stress mengingat akan hal itu, itulah kemungkinan terjadinya perceraian yang menghebohkan di televisi beberapa waktu lalu ya.
Saya kadang juga merasa butuh nih, Mbak. Adakalanya terasa sangat berat. Pendapatan berkurang sangat drastis, usaha mandek, tidak bisa bayar kontrakan rumah, dan tentu saja tdak terdaftar dalam bantuan.
BalasHapusTapi saya tahu kalau saya mampu. Makanya tetap berdiri kokoh, kecuali kalau sedang galau. Wkwkwk. wajar sih.
Makasih banget udah nulis soal psychological first aid, mbak.
BalasHapusSaya beneran nggak tau ada "beginian". Alhamdulillah skrg jadi tercerahkan atas insight2nya
Ilmu baru nih, PFA. Krn apa, justru yg lebih bahaya adalah guncangan psikisnya. Bahkan ada yg saking takutnya, dibawa pikiran terus, sampai2 ngaruh ke fisiknya, jadi tmbah kurus.
BalasHapusBener banget ini mba. Apalagi keluarga dari penderita. Selain saat masa karantina butuh kebutuhan logistik, juga butuh support bukannya pandangan jijik atau menghindar dari masyarakat sekitar hiks
BalasHapusBagus juga ada PFA ini, ya, kak. Tapi menurutku provider harus punya latar belakang ilmu psikologi. Ibarat mau membantu orang tapi ga punya ilmu atau senjata, bisa-bisa memperparah kondisi mental orang yang mau dibantu..
BalasHapusMakasi sharingnya Mom, jujur aku bacanya sambil berkaca-kaca mengingat psikologis ku yg sering mencemaskan hal-hal terkait pandemi yg tidak jarang malah bikin aku gampang emosi kalo tidak sesuai dengan apa yg aku pikiran ketika berpendapat.
BalasHapusIni ilmu banget buat aku , apalagi menjadi seorang ibu bener" menguras emosi , harus bis a kontrol emosi setiap saat
BalasHapusKuncinya memang di mendengarkan tanpa menhakimi ya mom.. aku baru dengar istilah psychological aid first ini. Banyak manfaatnya ya asal tau teknisnya.
BalasHapuswah saya baru tahu soal psychological first aid ini. jadi penasaran sama cara kerjanya dan apakah ada komunitas dan pelatihannya?
BalasHapuswah ini kata2 sering denger jg, apa karena suami orang psikologi ya. tapi betul semua itu hrs bisa diterapkan
BalasHapusAku malah penasaran, kalau di Indonesia komunitas terlatih itu contohnya apa aja ya? Aku kadang suka stress juga nih di rumah huhuhu. Udah setengah tahun ga kemana-mana hiks
BalasHapusSebenarnya di kanan kiri kita juga banyak banget yang membutuhkan pertolongan psykological first aid ya kak. Cuma kadang kitanya yang tak pede karena merasa bukan kuasa kita, atau siapalah kita. Trims pencerahannya ini kak, membantu banget insyallah
BalasHapusMbak, aku kok susah bayangin ya? Contoh pertanyaannya gimana kalo Tugas yang ngadain PFA cuma boleh mendengarkan? Tapi ga boleh ditanyain macem2 dan bukan konseling? 😁
BalasHapussehat fisik, sehat psikologis dan sehat perilaku, emang harus jadi perhatian semua ya saat ini.Bukan cuma melulu fisik aja yang dijaga dan di rawat, psikologis dan perilaku juga
BalasHapusSalah satu penyelamatan saat terkena penyakit psikologis harus belajar dan juga harus mengetahui lebih banyak
BalasHapus