Melestarikan Hutan Bukit Lawang Dengan Adopsi Hutan
Melestarikan Hutan Bukit Lawang dengan Adopsi Hutan
Hutan di Bukit Lawang
Kawasan ekowisata Bukit Lawang terletak di zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Desa Perkebunan Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Dahulu Bukit Lawang pernah terkenal ke seantero dunia, mengungguli daerah wisata Danau Toba dan Brastagi.
Menurut situs resmi Gunung Leuser, kawasan wisata alam Bukit Lawang masih memiliki hutan yang cukup baik. Sebagian besar hutan yang ada di kawasan wisata alam ini masih merupakan hutan primer. Berdasarkan peta tutupan lahan, lebih dari 90% tutupan lahannya masih berupa hutan.
Air terjun di Bukit Lawang / Wego |
Kawasan
ini merupakan habitat daerah jelajah orangutan Sumatera yang menjadi
ikon kunjungan wisata ke Bukit Lawang. Kondisi umum kelerengan yang
berada wilayah ekowisata Bukit Lawang didominasi oleh topografi yang
sangat curam. Area dengan topografi datar dan landai sebagian besar
terletak di dekat perbatasan permukiman penduduk.
Bukit
Lawang pernah menjadi destinasi primadona para wisatawan, ekolog,
aktivis LSM, ahli biologi dan para peneliti dari mancanegara. Sebab
Bukit Lawang ini adalah salah satu tempat terakhir di dunia ini untuk
menyaksikan langsung kehidupan orang utan di habitat aslinya di alam
liar.
Orangutan di Bukit Lawang / Travelingyuk |
Banjir bandang
Sampai
pada 2 November 2003, saat warga sedang melaksanakan salat tarawih di
bulan Ramadan terjadi tragedi banjir bandang di Sungai Bahorok.
Ketinggian air waktu itu sampai seatap rumah, sekitar lima meter diukur
dari tepi sungai. Sebelumnya hujan deras berhari-hari di Langkat Hulu,
termasuk di Bukit Lawang. Curah hujan meningkat lima kali lipat dari
biasanya.
Air
bah datang menggulung segala yang ada. Lumpur, pasir, batu dan ribuan
batang kayu menghantam perumahan penduduk. Menghancurkan ratusan
bangunan dan menewaskan hampir 200 orang termasuk di antaranya turis
asing.
Seperti
yang dilansir Kompas, Kepala Pusat Informasi Kehutanan menjelaskan
bahwa banjir bandang adalah karakter khas alam hulu subdaerah aliran
Sungai Bahorok yang memiliki kemiringan lahan lebih dari 60% atau daerah
rawan longsor.
Berdasarkan studi Balai Sabo dan JICA (Japan International Cooperation Agency)
tahun 2003, jumlah batang kayu yang tertinggal di palung saat banjir
mencapai 70.000 ribu meter kubik. Endapan pada dasar sungai setelah
banjir dari Bukit Lawang ke hulu mencapai 300.000 ribu meter kubik.
Kerugian
material tak terhitung lagi, kawasan ekowisata Bukit Lawang yang
sebelum banjir bandang menjadi sandaran ekonomi masyarakat setempat,
turun drastis. Jumlah wisatawan domestik maupun asing berkurang secara
signifikan. Mungkin masih trauma dengan bencana yang dahsyat itu.
Sungai Bahorok, Bukit Lawang, sebelum banjir bandang sempat jadi primadona wisata dunia / Pariwisata Sumut
Sungai Bahorok, Bukit Lawang, setelah banjir bandang / Media Delegasi |
Melestarikan Hutan Bukit Lawang
Banjir bandang yang pernah terjadi memang bencana alam. Namun warga masyarakat sekitar meyakini jika penyebab malapetaka itu tidak semata faktor tunggal dari alam. Penebangan liar yang kerap terjadi di TNGL dan hutan, diduga menjadi penyebab utamanya. Hutan menjadi gundul, tidak memiliki penahan air lagi saat intensitas curah hujan mengalami peningkatan.
Terbukti dari sangat banyaknya kayu gelondongan yang hanyut terbawa air bah. Selain itu tidak taatnya warga pemilik hotel dan penginapan terhadap aturan jarak mendirikan bangunan di area dekat dengan DAS Sungai Bahorok. Bahkan ada yang nekat membangun persis di tepi sungai.
Hal inilah yang menguatkan tekad masyarakat di sekitar hutan Bukit Lawang, agar bencana banjir bandang tidak terjadi lagi, mau tidak mau hutan wajib dilestarikan. Kalau ada warga lain menebang pohon di hutan, warga langsung mendatanginya beramai-ramai dan memaksa untuk mengembalikannya ke tengah hutan.
Jika orang di luar masyarakat setempat yang melakukannya, dijamin bakal tidak bisa pulang, demikian sanksi sosial yang diterapkan warga untuk mencegah terjadinya penebangan liar. Warga sangat sensitif jika terdengar bunyi gergaji dari dalam hutan, mereka protektif terhadap hutan.
Penting diadakan suatu koneksi ke masyarakat sekitar hutan Bukit Lawang. Edukasi bahwa hutan mereka sebenarnya juga hutan kita bersama. Hutan itu Indonesia, adalah gerakan terbuka yang percaya akan kekuatan pesan-pesan positif untuk menumbuhkan rasa cinta kepada hutan Indonesia, yang sangat berpengaruh pada kehidupan kita.
Semua orang bisa berkontribusi untuk menjaga hutan dengan berkolaborasi. Kita bisa mendorong adanya perlindungan hutan yang lebih baik untuk kita dan masa depan Indonesia.
Aksi yang bisa kita lakukan bersama, adopsi hutan / hutanitu id |
6 Aksi yang bisa dilakukan bersama untuk menjaga hutan
Ada 6 (enam) aksi yang bisa kita lakukan untuk menjaga hutan, yaitu:
1. Ikut kampanye jaga hutan
Siapapun kita tidak memandang profesinya, tidak mesti jadi ahli lingkungan dulu, atau aktivis LSM peduli lingkungan untuk ikut berpartisipasi dalam kampanye jaga hutan. Kita bisa memberikan dukungan dengan menjadi sukarelawan organisasi yang bergerak untuk hutan Indonesia seperti FWI, Greenpeace dan WWF Indonesia, menyebarkan petisi dan memberikan donasi untuk perlindungan dan pelestarian hutan.
2. Mengonsumsi hasil hutan
Hutan adalah sumber kehidupan yang di dalamnya terdapat banyak bahan baku pangan. Keanekaragaman hayati di dalam hutan sangat subut karena hidup dari air bersih. Dengan mengonsumsi hasil hutan non-kayu maka akan membantu pelestarian hutan.
Kita dukung inisiatif masyarakat yang berada di sekitar hutan Indonesia yang dengan bijaksana memanfaatkan hasil hutan non-kayu sebagai mata pencaharian mereka. Seperti madu hutan, tepung porang, rotan, kopi hutan, mentega tengkawang dan bunga telang.
3. Mengadopsi pohon di hutan
Mengadopsi pohon adalah mengapresiasi kehidupan alam liat yang telah tumbuh berpuluh-puluh tahun dan dijaga masyarakat sekitar hutan dengan arif. Mengadopsi pohon berarti kita ikut mengurangi potensi hilangnya pohon dan membantu menciptakan sumber penghidupan alternatif bagi masyarakat yang menjaga hutan.
Meski kita tinggal di perkotaan yang jauh dari hutan, bukan berarti kita bisa melepas tanggung jawab begitu saja dan menyerahkannya kepada masyarakat sekitar hutan. Bukankah kebutuhan terhadap oksigen yang dihasilkan hutan juga merupakan kebutuhan kita bersama? Untuk itu diperlukan tindakan nyata melindungi hutan dan keanekaragaman hayati.
Adopsi pohon bisa dilakukan dari rumah saja, lho. Khususnya pohon besar yang sudah berdiri tegak dan bahkan tidak bisa dipeluk oleh satu orang karena batangnya sudah sangat besar. Caranya bagaimana? Kita tinggal berdonasi saja ke lembaga pengelola hutan, maka sudah ikut menjaganya dari rumah. Seru, kan.
4. Berkunjung ke hutan
Saya dan keluarga senang sekali menghabiskan liburan dengan melihat langsung keindahan hutan. Menghirup udara bersihnya, merasakan kesegaran air yang mengalir jernih dan bertegur sapa dengan masyarakat yang hidup harmonis bersama hutan.
Hutan di Bukit Lawang, hutan sekitar Danau Toba, di Desa Silalahi III, Simalungun, dan hutan di sekitar Brastagi, di Taman Hutan Rakyat (Tahura), Kabupaten Tanah Karo. Senang sekali mengenalkan hutan di provinsi sendiri, provinsi Sumatera Utara kepada anak-anak kami.
5. Ceritakan tentang hutan dengan karya dan talentamu
Banyak yang bisa diceritakan tentang hutan di daerah dekat dengan kota domisili kita. Sebab setiap hutan pasti memiliki ciri khasnya yang unik untuk dibagikan. Tentang suasananya melihat langsung kehidupan orangutan di alam liar hutan Bukit Lawang.
Menyaksikan tingkah monyet-monyet kecil di sepanjang jalan hutan menuju Danau Toba, buah mangga Batak yang dijual langsung oleh masyarakat setempat, bawang merah dari Pulau Samosir dan berbagai inspirasi kehidupan yang bisa kita ceritakan pada dunia.
Jangan lupa ya 7 Agustus adalah hari hutan Indonesia / hutanitu id |
6. Memperingati hari hutan Indonesia
Hari Hutan Sedunia diperingati setiap tanggal 21 Maret. Khusus untuk Indonesia, kita punya hari hutan Indonesia yang jatuh pada bulan HUT RI tanggal 7 Agustus. Berbeda sepuluh hari saja dari hari kemerdekaan 17 Agustus. Di Hari Hutan Indonesia kita memfokuskan mata, pikiran dan usaha kepada hutan, agar tetap terjaga, kaya dan bermanfaat bagi semua.
Yuk, kita rayakan hari hutan Indonesia dengan berbagai cara. Yaitu sebagai berikut:
- Ekspresikan cintamu pada hutan di media sosial
- Ikut dan ajak banyak orang untuk adopsi hutan
- Bergabung dalam organisasi kolaborator
Kesimpulan
Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk melestarikan hutan, termasuk hutan di Bukit Lawang yang terletak di provinsi Sumatera Utara, provinsi tempat saya tinggal. Salah satunya dengan adopsi pohon, atau pohon asuh. Dengan ikut memberikan donasi kepada lembaga pengelola hutan, kita sudah ambil bagian dalam kerja besar bersama menjaga dan merawat hutan.
Mari melestarikan hutan lewat adopsi hutan.
Salam,
Referensi:
https://hutanitu.id/
https://harihutan.id/
https://regional.kompas.com/read/2012/08/24/02381910/Belajar.dari.Banjir.Bandang.Bukit.Lawang?page=all
https://gunungleuser.or.id/bukit-lawang/
Aku pernah ke TN Tanjung Puting dan melihat orangutan lebih dekat. Rasanya bahagia banget mereka bisa hidup di habitat walaupun termasuk area TN.
BalasHapusNah, yang di Leuser ini juga bikin penasaran apalagi aktor Leonardo diCaprio sengaja ke Indonesia ya demi ke sana.
Semoga hutan tetap terjaga biar nanti saat ke sana masih banyak pohon yang dapat dilihat. Amin
Iya Om, selain Di Bukit Lawang, kawasan konservasi orangutan terdapat di Tanjung Puting, Kalteng dan Sepilok, Malaysia.
HapusMerawat hutan untuk masa depan dan kelangsungan kehidupan makhluk hidup sangat diperlukan ya, karena kita juga punya peran untuk menjaga hutan
BalasHapusBener Mba Fenni...kl bukan kita yg turut menjaga hutan Indonesia, lalu bisakah berharap pada warga negara asing? hehe
HapusDi tempatku ada taman nasional terkenal namanya TN tanjug puting, bersyukur rasanya tinggal di Kalimantan karena disini banyak hutan dan alamnya masih terjaga
BalasHapusNah ini ada Mba Rizka yang asal Kalimantan ya, di sana hutannya masih rimbun2 yaa
HapusHuhu... sedih ya melihat hutan di Indonesia banyak tergerus. Karena itu penting banget kita menanamkan cinta lingkungan sama generasi penerus juga ya mbak. Supaya anak-anak sadar pentingnya hutan sejak dini.
BalasHapusMari kita realisasikan kecintaan kita pada hutan Indonesia melalui program adopsi hutan
HapusDi sepanjang jalan di kaltim ini sebenarnya masih banyak hutan kak, tapi rimbun di luar saja kalau banyak orang bilang gitu. Dalamnya gundul.. Jadi sedih banget rasanya. Belum lagi banyak area hutan yang seharusnya jadi tempat berlindung bagi hewan-hewan itu sekarang jadi kawasan industri
BalasHapusNah, ulah siapa ini ya kalau ada banyak areal hutan yang gundul. Kalau rimbun di luar, sepertinya kok ya sengaja banget ya menutupi kondisi yang sebenarnya, Mbak. Jahat sekali mereka yang mementingkan uang semata.
HapusGitu sudah kak huhuhu sudah jadi rahasia umum nih, tapi ya semoga ke depannya banyak yang perdulu sama hutan ya kak biar bisa hijau lagi hutan kita
HapusMashaAllah. Sungguh satu pelajaran penting bagi kita agar selalu menjaga kelestarian hutan. Kepedulian kita juga harus terus ditanamankan karena hutan bukan hanya milik kita tapi juga milik semua habitat yg berada dan hidup di dalamnya.
BalasHapusBener banget Mbak, yuk ikutan adopsi hutan, mulai dari 10k lho
HapusBenar sekali mbak, adopsi hutan jadi langkah kecil yg nyata untuk ikut melestarikan hutan
BalasHapusGak perlu menjadi aktivis lingkungan untuk berpartisipasi menjaga kelestarian hutan. Kita yang di rumah pun bisa yaa, dengan mengikuti program adopsi hutan ini.
BalasHapusKeren banget acara HUT Hutan Indonesia yang berlangsung beberapa minggu yang lalu. Kebetulan aku juga nonton. Berharap banget, semoga program ini membuat yang ikut mengadopsi hutan semakin banyak. Biar pohon-pohon di hutan terlindungi, dan hutan kita pun semakin lestari. Bisa dinikmati manfaatnya oleh cucu cicit kita nanti.
BalasHapusPemandangannya bagus ya sebelum banjir bandang. Apakah sekarang sudah pulih ya? Semoga tidak ada lagi hutan yang gundul akibat oknum yang tidak bertanggung jawab
BalasHapusjadi tahu bahwa 7 agustus adalah hari hutan Indonesia. Memang, menjaga kelestarian hutan adalah kewajiban kita semua. Supaya terhindar dari bencana seperti yang terjadi di area sungai Bahorok.
BalasHapusAku seneng kalau lihat kegiatan peduli alam seperti ini. Semoga adanya HUT Hutan Indonesia bisa makin menekankan pentingnya menjaga kelestarian hutan di masyarakat.
BalasHapusKetika peristiwa banjir bandang di Bukit Lawang saya baru setahun tinggal di Pangkalan Berandan, Mbak Mia
BalasHapusPadahal belum sempat main ke tempat wisatanya karena memang begitu nikah, saya hamil bulan depannya. Masih kebayang ngerinya peristiwa itu saat nonton berita di TV. Hiks, semoga bisa diambil hikmahnya oleh semua, untuk lebih peduli pada hutan di Sumatera Utara dan semua hutan pada umumnya.
Senangnya jika kini ikut berperan melestarikan hutan caranya mudah sekali. dengan berdonasi untuk program adopsi hutan sudah bisa ikut menjaganya
HapusAkhir-akhir ini madu hutan banyak dicari orang kak, selain warnanya lebih pekat kwalitas dan manfaatnya lebih banyak. Apalagi semenjak pandemi ini hasil hutan (madu) banyak memberi manfaat buat daya tahan tubuh ya kak
BalasHapusAdopsi hutan, salah satu aksi nyata menjaga kelestarian hutan yang bisa dilakukan oleh siapa saja, dan meskipun berada jauh dari kawasan hutan. Semoga semakin banyak yang perduli terhadap pelestarian hutan di Indonesia
BalasHapusMungkin influencer bisa memulai dengan mengadakan kampagne pergi ke hutan terutama ketika sedang jaman pandemi, dimana kita mencari tempat wisata yang dapat mengurangi ketegangan kita. Cara lain adalah adopsi hutan ini, dimana kita dapat berkontribusi terhadap perbaikan hutan indonesia.
BalasHapusBagus yaa Hutan Bukit Lawang. Memang penting banget kita semua gotong royong mengikuti Program Adopsi Hutan agar Hutan Indonesia tetap lestari. Lagipula semua orang bisa turut memiliki peranan tanpa terbatas ruang dan waktu.
BalasHapusMenjaga kelestarian hutan sebenarnya emang tanggung jawab kita semua ya, mbak. sayangnya sedikit sekali yang sadar.
BalasHapussemoga dengan cara adopsi hutan ini bisa membantu hutan tetap lestari ya mbak
BalasHapusAku udah lama banget pengen ke Bahorok tapi belum jadi-jadi, padahal tinggal di Medan :( bener banget, menjaga hutan itu tanggung jawab kita semua. Hutan hilang, kita juga ga bisa hidup, ga bisa main di alam lagi juga :(
BalasHapusMasyaalloh, bagus banget pemandangannya mbak. Serasa pengen nyegurr ke sungai di bawa air terjun Lawang itu.
BalasHapusMoga kita semua bisa sama2 menjaga alam ya mbak
mbak mia, aku baru tahu jadinya 7 agustus itu hari hutan. kita bisa berkontribusi untuk menyelamatkan lingkungan dengan adopsi hutan ya, alhamdulillah
BalasHapusAku ikut sedih nih membayangkan saat banjir bandang terjadi. Pasti kawanan orang utan pun panik nggak tahu mau kemana. Suka geram memang menghadapi orang-orang tak bertanggungjawab yang suka merusak hutan dengan berbagai cara. Mereka kira mereka bisa seenaknya memanfaatkan hutan tanpa berpikir bahwa masa depan mereka sangat tergantung pada hutan itu sendiri.
BalasHapusSemoga usaha pelestarian hutan tersebut, terus ada ya. Saya sangat tertarik jadi relawan di sosmed untuk membantu kelestarian hutan TNGL, mengingat saya sedang tidak bisa ke sana.
BalasHapusMeskipun tinggal jauh dari hutan, kini kita tetap bisa ikut melestarikan hutan dengan cara adopsi pohon ya. Semoga makin banyak masyarakat yang tahu program ini dan tergerak hatinya untuk mengikuti program adopsi hutan
BalasHapusJadi inget kejadian banjir bandang Itu ya.. saat Itu blom terlalu sering bencana alam kayak sekarang sepertinya jadinya beneran bikin kaget.
BalasHapusAsli aku jd pengen ke bukit lawang hehe, selamat hari hutan ya kak😀🙏
BalasHapusKalo ngeliat gunung Leuser, auto keinget bapak. Banyak memori tentang bapak dan Leuser. Kami juga pernah nginap di hutan selama beberapa hari kak. Seruuu
BalasHapusya ampuuun gemes banget orang utannyaaa, aku belum pernah ke bukit lawang ini, jadi kepo pengen ke sana jga deh kapan kapan hehehe
BalasHapusCakep banget hutannya mbak, ditambah ada sungai seperti di TV. Hutan emang penting ya bagi kehidupan makhluk karena disana sumber pangan baik untuk manusia maupun binatang yang ada didalamnya
BalasHapusPenting banget Mba..
HapusKarena hutan adalah paru-paru dunia, selain itu hutan memiliki keseimbangan ekosistem untuk keberlangsungan hidup manusia di bumi.
Ngeri juga ngebayangin banjir bandang yang pernah melanda sungai Bahorok. Tentu saja semua juga ada andil ulah manusia yang nebangin pohon sampai ribuan kubik itu yaaa... Semoga saja dengan gerakan adopsi pohon, kita semua bisa punya andil baik dalam memperbaiki kondisi hutan Indonesia.
BalasHapusIya ya mba.... Ngeri tiba2 ada air bah setinggi rumah begitu. Bukan air murni pula. Air penuh lumpur, batang pohon, serta reruntuhan. Ngga berdaya pasti sebagai manusia.
HapusSemoga ini menjadi pelajaran buat kita semua agar makin gencar menjaga dan merawat hutan.
iya ngeri banget bayanginnya. Semoga kejadian seperti itu nggak terulang lagi ya
HapusAmbisi untuk kepentingan kantong pribadi dengan menebang hutan, tanpa mempedulikan keadaan lingkungan. Hasilnya terjadi bencana alam...
BalasHapusMemang sudah saatnya masyarakat turun ke lokasi secara langsung dan mengambil tindakan dengan cara mengkomunikasikan dengan orang-orang yang ingin menebang hutan.
Semoga kejadian serupa gak terjadi lagi ya. Dan semakin banyak yang sadar akan pentingnya keberadaan hutan
Hutan sejatinya akan memberi manfaat untuk kehidupan kita jika bisa merawatnya dengan baik.
BalasHapusApalagi kita masih dapat mengambil tanaman yang ada di hutan untuk di olah menjadi masakan.
Seperti umbut rotan yang terkenal lezat maupun madu hutan yang memiliki segudang manfaat untuk tubuh.
aku pengen banget melihat langsung orang utan apalagi bisa gendong, belum pernah kesampean mba.
BalasHapusSenang sekali bisa ikutan ini kemarin. Ikut kampanyekan adopsi hutan lewat tulisan adalah salah satu cara agar didengar.meskipun katanya suaranya ngga akan sampai. Tapi paling tidak kita sudah berusaha dan menunjukkan di barisan yang benar.
BalasHapusJadi kalau kayak kita cukup donasi saja ya untuk proses adopsinya? Untuk biaya adopsinya apakah hanya sekali seumur hidup atau ada biaya berkala untuk perawatan jangka panjang?
BalasHapusSedih banget pas lihat kondisi before-afternya sungai Bahorok...pasti makin sedih kalau nanti semua pohon di Bukit Lawang tinggal cerita. Hutannya bagus ya mbak, kita memang harus menjaga kelestariannya terus
BalasHapusRasanya saya belum pernah tau soal Bukit Lawang ini, Mbak Mia. Saya malah taunya kota Lawang di Jawa Timur.
BalasHapusTapi kalau dulu jadi primadona pastinya. Karena alamnya sangat bagus. Hanya sayang manusia tidak bijak memanfaatkan alam. Terbukti saat banjir bandang, banyak kayu gelondongan. Kalau ditarik ulur, banyaknya gelondongan kayu itu kan, karena penebangan. Terus banyaknya pembangunan di sekitar. Akhirnya alam marah dan terjadilah banjir.
Padahal kalau dikelolah dengan Arif, maka akan terus lestari ya, Mbak. Terus bisa jadi wisata andalan. Jadi memang jalan satu-satunya harus kembali menanam pohon, sambil terus menjaganya.
Waktu kecil aku sering ikut jalankan ke daerah penghijauan dan kadang hutan di kampung ibuku. Rasanya sedih banget kalau hutan-hutan di Indonesia rusak.. generasi muda dan generasi masa depan harus optimis bisa mengelola hutan Indonesia!
BalasHapusKebetulan saya tinggal di samarinda, dekat dengan IKN yang baru, kehawatiran saya dengan adanya IKN dikalimantan tentunya akan mengancam hutan yang berada di sekitar IKN. Tulisan seperti ini perlu banget untuk masyarakat akan kesadaran mengadopsi hutan
BalasHapusMelestarikan hutan memang tanggung jawab bersama ya...Adopsi hutan salah satu cara yang mudah dan bisa dialkukan siapa saja dimana saja....kerenn....
BalasHapusHutan Indonesia memang luar biasa,paru2 dunia.
BalasHapusseneng banget lihat yang hijau-hijau
BalasHapusbaca ini aku jadi inget campaign salah satu ojek online ttg mengurangi jejak karbon, itu juga bisa dijadikan solusi
Mudah-mudahan sejak kejadian banjir bandang beberapa tahun lalu, masyarakat dan pemerintah lebih memperhatikan dan menjaga kelestarian hutan di daerah Bukit Lawang dan TN Gunung Leuser lainnya. Saya sendiri belum pernah ke area konservasi orangutan, tapi udah ke konservasi gajah di Tangkahan.
BalasHapusJadi pengen berkunjung ke hutan lawang
BalasHapusAku termausk yang menikmati kelestarian hutan
Pernah beberpa kali treking ke dalam hutan
Seru