Kesalahan Yang Sering Ditemui Pada Penulisan Skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang berisikan hasil penelitian mahasiswa calon sarjana yang membahas suatu masalah tertentu dalam suatu bidang ilmu dengan kaidah penulisan yang berlaku. Biasanya skripsi berbobot 4 SKS, disusun sebagai syarat meraih gelar S1 di suatu perguruan tinggi.
Sebagian universitas menamakannya dengan penulisan akhir atau tugas akhir. Di fakultas hukum sendiri tertera di dalam kurikulum bukan lagi skripsi tetapi "penulisan hukum." Bahkan ada beberapa kampus yang memperbolehkan mahasiswanya lulus tanpa melalui skripsi.
Tentunya ada penggantinya, seperti proposal project bagi mahasiswa yang ingin berkarir di dunia kerja. Menurut Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Dikti hal yang seperti ini boleh-boleh saja. Asalkan memenuhi persyaratan sebagai berikut: dapat mengkaji implementasi dan pengembangan iptek, menyusun deskripsi saintifik dari hasil kajian tersebut.
Skripsi kerap menjadi momok yang menakutkan bagi mahasiswa. Padahal jika dipersiapkan sebaik-baiknya, insyaallah skripsi dapat cepat selesai tepat waktu, dengan hasil terbaik pula.
Berikut kesalahan-kesalahan yang sering ditemui pada penulisan skripsi berdasarkan pengalaman penulis menjadi dosen pembimbing skripsi sejak tahun 2008. Maklum saat pengangkataan CPNS dosen tahun 2005 dahulu, saat sah jadi dosen, tidak langsung dipercaya membimbing. Ada proses belajar dulu dengan dosen senior. Ada jenjang kepangkatan yang harus dipenuhi sebagai syarat menjadi dosen pembimbing yaitu minimal berpangkat Lektor.
Mengawali Paragraf dengan Kata Penghubung (Konjungsi)
Hal ini tidak diperkenankan di dalam penulisan karya ilmiah manapun. Tidak sebatas skripsi saja. Bahkan untuk seluruh penulisan dalam bentuk apapun. Sebab kata penghubung atau kata sambung itu mestinya letaknya di dalam kalimat, bukan di awal.
Contoh,
Dengan selesainya skripsi ini diucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada ... (dan seterusnya).
Kata "dengan" adalah kata sambung yang berfungsi menghubungkan kata sebelumnya dengan kata sesudahnya.
Contoh,
Program kesejahteraan sosial bersesuaian dengan tujuan dinas sosial yaitu... (dan seterusnya)
Maka jangan heran ketika saya mencoret skripsi ini dengan pena merah. Yang berarti tolong letakkan kata dengan di dalam kalimat, hindari menggunakannya untuk mengawali paragraf.
Masih banyak lagi kesalahan yang senada dengan itu, kata penghubung yang kerap dipakai adalah:
- Dalam
- Dan
- Pada
- Tetapi
- Karena
- Untuk
- Sedangkan
- Walaupun
- Meskipun
- Bahkan
- Dan seterusnya
Menggunakan awalan -di tidak pada tempatnya
Mahasiswa seringkali kebingungan membedakan awalan di + kata tugas (kata kerja) dengan awalan di + keterangan tempat. Padahal ini sudah dipelajari saat duduk di sekolah dasar dahulu. Parahnya kesalahan penulisan ini tidak hanya ditemui pada mahasiswa yang notebene masih dalam tahap belajar.
Dosen, kaum profesional, penulis dan bloger juga sering gagap menerapkan hal ini. Maka perlu berkali-kali ditekankan agar tulisan terasa logis dibaca dan sesuai dengan kaidah penulisan.
Contoh,
Tersangka di boyong ke polsek Medan Amplas
Korban berada dirumah sakit
Bentuk -di yang diikuti dengan kata tugas, penulisannya
harus disatukan sebab berfungsi sebagai kerja (diboyong, dibawa, digiring).
Sementara kata "di" yang berfungsi menerangkan tempat, penulisannya mesti dipisah dari kata yang mengikutinya. di rumah sakit.
Pxhere |
Memakai Kata Tanya dalam pernyataan
Menulis suatu kalimat yang berbentuk pernyataan berbeda dengan pertanyaan. Jika salah menempatkan hasilnya kalimat terdengar rancu dan terkesan jadoel (jaman doeloe).
Contoh:
Lingkungan sosial dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan
Menurut penulis kalimat seperti ini tidak relevan lagi digunakan di zaman sekarang. Mestinya langsung pada intinya saja sebagaimana salah satu ciri bahasa ilmiah, hemat dan lugas.
Lingkungan sosial tempat diberlakukan dan diterapkannya hukum tersebut. Bagaimana, terasa bedanya, bukan? Lebih efektif, tegas, dan ringkas.
Kerap Menerapkan Kata-kata Pasif
Menggunakan bahasa Indonesia terjemahan dari bahasa asing berisiko jadi banyak mengartikannya jadi kata pasif. Padahal struktur kalimat itu lebih berenergi dan leluasa jika menerapkan kata-kata aktif.
Mengutip Istilah Asing Namun Lupa Mencetaknya Miring
Ini jua sering dilakukan mahasiswa saat menulis skripsinya. Padahal sudah jelas ketentuan di dalam PUEBI, istilah asing mestilah dicetak miring (italic) sebagai penanda ia bukan merupakan bagian dari bahasa resmi negara yaitu bahasa Indonesia.
Masih Banyak Tipografi di Banyak Tempat
Mengenai hal ini memang manusiawi jika alasannya bukan robot yang mengetik. Namun tidak ada salahnya membaca berulang kali sebelum diserahkan ke dosen pembimnbing. Ingat, dosen pembimbing bukanlah editornya mahasiswa. Tidak salah membentuk peer group yang bisa diberdayakan untuk saling mem-proof reading skripsi masing-masing.
Salam,
Referensi:
https://www.kompas.com/tren/read/2019/11/08/150900965/rektor-termuda-risa-santoso-bolehkan-mahasiswa-lulus-tanpa-skripsi-ini
https://dosenbahasa.com/macam-macam-kata-penghubung
wah penting nih buat diingat, aku juga lagi banyak tugas kuliah yang menuntut penulisan karya ilmiah dengan baik dan benar mba, selain buat skripsi membantu juga nih buat penulisan jurnal sama thesis hehe :)
BalasHapusPenulisan karya ilmiah emang pas buat apa aja ya Mba... sekaligus membuat kita terbiasa berpikir secara ilmiah
HapusIni hal sepele ya Kak, sayangnya mahasiswa kadang mengabaikan. Padahal sudah belajar Bahasa Indonesia dari SD, tetapi tetap aja salah.
BalasHapusNah sepele tp sangat mengganggu kalau puluhan lembar isinya itu melulu, huhuu
HapusSenang membaca tulisan seperti ini, menerapkan kaidah penulisan yang baik dan benar memang seharusnya dilakukan pada tulisan apapun, begitu juga menulis di blog.
BalasHapusBener Mba Unga... bisa buat blog juga apalagi kl yg lomba2 mensyaratkan tata bahasa yg baik
HapusDulu pas SMA ada guru bahasa Indonesia kami yang terkenal killer kak. Tapi aku suka karena dari dialah kita disiplin menggunakan kata di dan ke dengan benar.
BalasHapusBeliau juga suka kasih tugas makalah biar langsung diaplikasikan penulisan dengan benar
Iya dg tugas makalah bs langsung nampak penerapan kalimatnya benar apa gak
HapusWah, dosen pembimbingnya keren kalau begini. Kini masih banyak kutemui, padahal penulis, hal-hal sederhana seperti di yang dipisah atau disambung saja bisa salah. Duh! Apalagi skriksi adalah karya ilmiah bukan populer, semestinya penulisannya pun sesuai kaidah dan ejaan yang berlaku. Oh ya, kalau aku dulu tahun 1998 skripsinya, Mbak Mia. Kalau suamiku di UI tahun 1997 sudah enggak skripsi lagi.
BalasHapusUI sudah lama menerapkan pilihan boleh tidak skripsi ke mahasiswa semester akhirnya ya Mba Dian.
HapusJadi ingat beberapa tahun silam saat hendak skripsi,, campur aduk rasanya saat itu.
BalasHapusApalagi saat bimbingan skripsi dengan dosen pembimbing pun, masih ada kesalahan kesalahan dalam penulisan yang harus diperbaiki. Tapi aku sih menyikapi nya dengan bersemangat, karena masih banyak mahasiswa/mahasiswi menganggap hal tersebut enteng/sepele
padahal dalam penulisan pun juga ada kaidah penulisan yang benar sesuai EYD
Bener Mba Elva... meski sepele tp terbawa terus seumur hidup kan ya... fyi sekarang bukan EYD lagi. Sejak tahun 2015 sudah ada PUEBI sebagai pengganti EYD 1972
HapusWaaah ini aku juga sering nemuin mba kesalahan begini, meski bukan skripsi sih tapi sbg guru suka gemes deh sama hal2 sepele kayak kata hubung yg masih salah hadew.
BalasHapusSemoga mahasiswa banyak yg memahami EYD lagi ya mba, semangaat
Iya Mba Mei... dan zaman now bukan EYD lg namanya tp PUEBI. EYD tahun 1972
HapusWah, berguna banget nih mba utk mahasiswa milenial. Saya aja mungkin saat di skripsi di zaman sya jangan2 masih banyak kesalaham seperti ini. Tapi kalau skripsi yg saya takutkan adalah dosen pembimbingnya..hehehe
BalasHapusKalo lah lima belas tahun yang lalu daku ketemu dan dibimbing kak Mia urusan penulisan kayak gini bakalan melenggang kangkung lah urusan tulisan tanpa coret-coretan dosen pembimbing.
BalasHapusHehe.
Nulis skripsi, jadi ingat masa2 dahulu di saat ku sedang berjuang agar bisa jadi sarjana.. hiyahiya..
BalasHapusKadang mesti ngecek kbbi online juga utk liat penulisannya
Alhamdulillah sudah lulus skripsi. Wkwkwwk. Beruntunglah mahasiswa-mahasiswanya Uni Mia karena dosennya seorang bloger yg pastinya tahu banyak soal ilmu kepenulisan. Oya, BTW di kampus Uni Mia anak-anak dapat mata kuliah Metodologi Penulisan gak? Itu membantu juga tuh.
BalasHapuswah klo dapet dosen kyk mba Mia pasti ku semangat 45 ngerjain skripsinya..soale dosen pembimbingku dulu gualak banget mbak..makanya skripsiku lama kelarnya wkwk..ngeles bae..
BalasHapusMemang kaidah penulisan ilmiah berbeda dengan penulisan lainnya ya mb..jadi harus tulis dengan hati-hati pakem-pakemnya.
BalasHapusKalau karya ilmiah memang berbeda ya sama penulisan blog. Penulisan blog yang penting enak dibaca. Sementara kalau karya ilmiah khan harus sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
BalasHapusWaaah salut sih sama mombligher yg juga kerja sebagai dosen... Jadi inget pengalaman nulis skripsi 4 tahun silam, huaaah sampe nangis nangis saking salah cara nulisnya, memang harus terbiasa nulis ya supaya rapih dan gak nyusahin dosbing ehhehe
BalasHapusList yang harus diingat nih.. Meski saya tidak sedang nulis skripsi heheh.. Karena berlaku d penulisan nonfiksi lainnya.
BalasHapusTerimakasih banyak sharingnya