Upaya Meningkatkan Minat Baca Remaja
Remaja senang membaca / Freepik |
Remaja dan Minatnya
Menurut WHO kategori remaja dibagi menjadi dua, yaitu remaja awal, 10 sampai 14 tahun, dan remaja akhir (youth), dengan rentang usia 15 sampai dengan 20 tahun.
Saya sendiri punya dua orang remaja di usia awal dan satu orang yang menjelang usia 10 tahun. Jadi kurang lebih punya tanggung jawab mendidik 3 "remaja" di rumah.
Saya sendiri punya dua orang remaja di usia awal dan satu orang yang menjelang usia 10 tahun. Jadi kurang lebih punya tanggung jawab mendidik 3 "remaja" di rumah.
Slideshare |
Minat sendiri berarti dorongan atau keinginan dalam diri seseorang atau pada objek tertentu. Minat terkait dengan motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu yang dapat berubah-ubah bergantung pada kebutuhan, pengalaman, lingkungan, keluarga, fasilitas dan bisa juga tren mengikuti perkembangan zaman.
Misalnya minat membangun usaha dan memiliki email profesional untuk bisnis yang bisa kita dapati artikelnya di blognya Pak Doktor muda ini.
Simpelnya, menurut para ahli,
Misalnya minat membangun usaha dan memiliki email profesional untuk bisnis yang bisa kita dapati artikelnya di blognya Pak Doktor muda ini.
Simpelnya, menurut para ahli,
"Minat adalah aku ingin... want to do"
Menelusuri minat kids these days (anak zaman now), setidaknya ada bermacam-macam yang suka mereka lakukan, apa saja ya...
1. Main gawai
Remaja mana sih yang zaman sekarang tidak berminat pegang ponsel pintar? Putra-putri kami yang sedang libur dari mondok di pesantren saja mohon waktu untuk bisa meminjam HP orang tuanya.
Sekadar mengecek notifikasi Instagram, melihat-lihat Instastory temannya, dan mantengin feed IG akun seni favoritnya.
Sekadar mengecek notifikasi Instagram, melihat-lihat Instastory temannya, dan mantengin feed IG akun seni favoritnya.
Lantas langsung dilarang? Ya gak bisa... diomongin dulu baik-baik mengenai manajemen waktu pegang gadget (gawai) dan do and don't-nya. Sudah ketemu jalan tengahnya, baru remaja diizinkan main gawai.
2. Main gim daring
Saya pernah ketemu mahasiswa yang skripsinya itu menganalisis pertanggungjawaban perdata perusahaan jasa penyedia layanan game online (gim daring).
Fasih sekali dia menjelaskan perihal gim yang disukainya itu. Tanya punya tanya ternyata memang gamer sejak kecil.
Fasih sekali dia menjelaskan perihal gim yang disukainya itu. Tanya punya tanya ternyata memang gamer sejak kecil.
Lalu mengapa tidak masuk sekolah gim saja kami tanyakan, sebab ia menuruti kemauan ortunya. Pingin punya anak yang bisa jadi pengacara. Oke deh, saya bilang... becomes a lawyer, yes. Gamer jalan terus, hehe.
3. Nonton Youtube
Siapa sih yang gak nonton yutub? PR-PR sekolah zaman now saja bikin video berdurasi dua menitan. Inilah yang menjadi minat remaja saat ini.
Menikmati tayangan dari para content creator yang setiap hari muncul update-nya. Boleh saja nonton Youtube, asalkan tetap mengindahkan rambu-rambunya.
Menikmati tayangan dari para content creator yang setiap hari muncul update-nya. Boleh saja nonton Youtube, asalkan tetap mengindahkan rambu-rambunya.
Sama seperti menonton TV, dilarang mengakses konten berbau pornografi, kekerasan, pembunuhan dan narkoba. Makanya di smartphone saya dan suami kami menyalakan button "parental guide".
Meskipun kami sadar betul, kalau memang ingin bisa saja anak-anak mengutak-atiknya jadi bisa nonton yang tidak-tidak. Namun sejauh ini sepemantauan kami Alhamdulillah mereka masih aman terkendali. Mudah-mudahan demikian seterusnya.
Meskipun kami sadar betul, kalau memang ingin bisa saja anak-anak mengutak-atiknya jadi bisa nonton yang tidak-tidak. Namun sejauh ini sepemantauan kami Alhamdulillah mereka masih aman terkendali. Mudah-mudahan demikian seterusnya.
Sebenarnya masih banyak lagi minat remaja seperti bikin video dan utak-atiknya, main futsal, kopdar bareng teman-teman di kafe instagramable, eksplorasi alat-alat make up ke wajah sendiri atau adiknya, dan baca novel.
Namun tiga poin di atas sangat intens dilakukan remaja, terlebih di masa karantina mandiri karena mewabahnya Covid-19 seperti sekarang ini, #stayathome membuat remaja mudah sekali merasa gabut.
Namun tiga poin di atas sangat intens dilakukan remaja, terlebih di masa karantina mandiri karena mewabahnya Covid-19 seperti sekarang ini, #stayathome membuat remaja mudah sekali merasa gabut.
Wait, akhirnya muncul juga minat membaca meskipun paling akhir ya. Yupz, baca novel. Sebagian remaja menyukai kegiatan yang satu ini.
Selain membuka ruang imajinasi seluas-luasnya, membaca novel juga baik sekali untuk menambah kosa kata dan tentunya tanpa disadari melatih kreativitas dalam berbahasa dan menuliskannya.
Selain membuka ruang imajinasi seluas-luasnya, membaca novel juga baik sekali untuk menambah kosa kata dan tentunya tanpa disadari melatih kreativitas dalam berbahasa dan menuliskannya.
Kondisi minat baca orang Indonesia
Menurut UNESCO, dikutip dari Jurnal Comm.Edu, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya dari 1000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca.
Dari segi penilaian infrastruktur untuk mendukung kegiatan membaca, Indonesia mendapat peringkat ke-34, berada di atas negara-negara Eropa.
Dari segi penilaian infrastruktur untuk mendukung kegiatan membaca, Indonesia mendapat peringkat ke-34, berada di atas negara-negara Eropa.
Saya pernah menuliskan tentang hal ini di notes Facebook tiga tahun yang lalu. Berdasarkan data UNESCO di atas, rasionya, di antara 270 juta penduduk Indonesia, hanya 270.000 orang yang punya
minat baca.
Hal ini sangat berbanding terbalik dengan jumlah pengguna internet di Indonesia yang mencapai 88,1 juta pada 2014. Wow!
Hal ini sangat berbanding terbalik dengan jumlah pengguna internet di Indonesia yang mencapai 88,1 juta pada 2014. Wow!
Jangan dulu membandingkan Indonesia dengan negara-negara maju, seperti
Amerika, Australia, maupun Inggris. Di antara negara-negara ASEAN saja,
Indonesia menempati urutan ketiga terbawah bersama Kamboja dan Laos.
Bagaimana tidak, penelitian UNESCO mengenai minat baca pada tahun 2014 lagi-lagi menyebutkan bahwa anak-anak Indonesia membaca hanya 27 halaman buku dalam satu tahun.
Bagaimana tidak, penelitian UNESCO mengenai minat baca pada tahun 2014 lagi-lagi menyebutkan bahwa anak-anak Indonesia membaca hanya 27 halaman buku dalam satu tahun.
Pemeringkatan lebih baru dari itu, menurut data
World's Most Literate Nations, yang disusun oleh Central Connecticut
State University tahun 2016, peringkat literasi kita berada di posisi
kedua terbawah dari 61 negara yang diteliti! Indonesia hanya lebih baik
dari Bostwana, negara di kawasan selatan Afrika. Miris, bukan.
Padahal mayoritas penduduk negeri ini pasti tahu ayat pertama yang Allah SWT turunkan adalah "iqra'", bacalah.
Padahal mayoritas penduduk negeri ini pasti tahu ayat pertama yang Allah SWT turunkan adalah "iqra'", bacalah.
Menunjukkan bahwa siswa Indonesia mendapat nilai terendah dalam sains, membaca, dan matematika di antara rekan-rekan mereka yang tinggal di 79 negara lainnya.
Remaja dan minat baca
Berdasarkan wawancara dengan dua
orang anak yang sedang beranjak remaja, saya menemukan poin-poin penting
tentang minat membaca. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:
Narasumber pertama,
P (Penanya): Menurut kamu, membaca itu kegiatan yang
bagaimana?
N1 (Narasumber I): Membaca itu membosankan
P: Mengapa membaca
bisa membosankan?
N1: Terlalu penuh huruf-huruf, kalau bisa lebih banyak
gambarnya kayak komik, apalagi bisa bersuara
P: Kalau buku cetak Matematika, Fisika apakah bisa dibuat
komik seperti itu, hmm, bisa juga ya dibuat komik tapi isinya pelajaran ya.
Trus apakah teman-teman yang lain di sekolah sama juga pendapatnya, membaca
itu membosankan?
N1: Suka juga tapi membaca novel
P: Biasanya novel seperti apa yang disukai teman-temannya?
N1: Novel-novel tebal yang menginspirasi saat dibaca.
P: Kira-kira kenapa ya minat baca kamu dan teman-teman itu
rendah?
N1: Sebenarnya suka juga sih, cuma gara-gara malas aja.
P: Membaca itu jendela dunia, melalui membaca bisa
"jalan-jalan keluar negeri" mengetahui
kebiasaan masyarakat setempat, dan masih banyak lagi. Apa tidak ingin
mendapatkan informasi demikian?
N1: Bisa lewat internet
P: Kedepannya ada keinginan membaca buku lagi tidak?
N1: Adanya sih ada, cuma bukunya jangan ketebalan.
Narasumber kedua,
Penanya (P): Menurut kamu perlu tidak membaca itu?
Narasumber 2 (N2): Perlu, soalnya zaman sekarang remaja
kebanyakan melihat layar ponsel, jadi banyak yang berkacamata. Lagian buku
fisik sekarang sudah ditinggalkan, apalagi ada perpustakaan digital seperti
iPusnas. Meski lebih simpel dari buku fisik, bikin remaja makin suka banyak
e-book, ditambah lagi musim merebak wabah Covid-19 sekarang ini. Mata remaja seolah tak bisa
lepas dari gawai.
P: Kalau kamu sendiri suka tidak dengan aktivitas membaca?
N2: Suka
P: Sukanya baca buku apa saja?
N2: Buku cerita, buku pelajaran suka juga sih, teks-teksnya, tapi
tidak usah ada latihannya.
P: Menurut kamu bagaimana upaya yang bisa dilakukan agar
minat baca remaja bisa meningkat?
N2: Disediakan tempat-tempat yang santai jadi bacanya bisa
menyenangkan. Tidak dalam posisi yang formal. Sambil telungkup misalnya, yang nyaman deh
posisinya. Satu lagi, membaca itu tidak dipaksakan. Jadi untuk mengisi waktu
luang, buat senang-senang.
Poin-poin yang diperoleh dari wawancara di atas:
1.
Remaja
cenderung tidak suka dengan buku-buku tebal yang monoton isinya. Minim gambar
dan lama menyelesaikannya.
2.
Kalau
bisa kedepannya buku-buku pelajaran bagi remaja di sekolah, dibuat lebih
menarik lagi, mengikuti perkembangan zaman.
3.
Remaja
suka dengan bacaan ringan seperti novel inspiratif, mungkin berhubungan dengan
masa pencarian jati dirinya sehingga aplikatif dengan kehidupannya sehari-hari.
4.
Posisi
membaca juga memengaruhi kesukaan remaja dalam membaca. Membaca dengan santai,
tanpa paksaan, lebih disenangi ketimbang formal seperti di sekolah.
Upaya Meningkatkan Minat Baca Remaja
Mencermati data dan fakta mengenai minat baca remaja, meskipun miris dan prihatin, tentunya kita tidak lantas berdiam diri dan menyerah.
Mendikbud Nadiem Makarim sendiri ketika ditanya bagaimana pendapatnya mengenai lemahnya posisi siswa-siswi Indonesia dalam hal sains, membaca dan matematika oleh The Jakarta Post, menjawab sebagai berikut:
"Kita harus memiliki keberanian untuk berubah dan berkembang, kita akan terus mencoba dan membuat terobosan."
Menurut saya masih terbentang hal-hal yang bisa kita lakukan dalam rangka meningkatkan minat baca remaja.
Bisa dilakukan oleh orang tua, penulis buku remaja, guru-guru di sekolah, masyarakat dan pengambil kebijakan mulai dari level desa/kelurahan sampai menteri. Antara lain sebagai berikut:
1. Mengajak remaja mendiskusikan novel kesukaannya
Mengupayakan agar remaja memiliki minat membaca tidak bisa dilakukan secara instan. Perlu pendekatan secara khusus oleh orang tuanya. Pastinya jika ingin anak remajanya mempunyai minat baca, ayah-ibunya mesti suka baca dulu.
Akan jadi omong kosong ketika membuka buku pun tak pernah tetapi berharap sim-salabim, tiba-tiba remaja kita sudah rajin membaca. Kata peribahasa, "bagaikan pungguk merindukan bulan" atau "jauh panggang dari api"
Pernah nonton drama Korea Sky Castle? Saya menontonnya tahun 2018 lalu. Menarik sekali ada klub diskusi buku yang digagas kumpulan orang tua yang tinggal satu kompleks.
Meski saya tidak setuju dengan suasananya yang amat formal dan sangat kaku. Bikin remaja ilfeel.
Begitu juga dengan sikap-sikap over orang tua yang memaksa anak-anaknya harus lulus ujian masuk fakultas kedokteran universitas ternama di Korea Selatan. Tapi idenya inspiratif sekali. Paling tidak kita bisa memulainya di keluarga sendiri.
Mungkin cuma sepele, berawal dari bedah buku cerita, novel atau karya sastra lainnya. Namun bayangkan kalau klub buku ini sudah rutin diimplementasikan, wah bisa menjalar ke diskusi buku-buku bertema berat karya ilmuwan kelas dunia.
Klub buku Sky Castle / Kapanlagi |
Padahal mahfuzhat (kata-kata bijak) Arab mengatakan:
"Sebaik-baik teman duduk adalah buku"
2. Memberikan tugas-tugas membaca kepada remaja
Bukan sekadar mengerjakan latihan, sebab dengan adanya situs penjawab soal-soal latihan pelajaran beberapa tahun belakangan ini, remaja kini tak merasa perlu membaca sampai habis teks-teks wacana dalam topik pelajarannya.Cukup mengetikkan kata kunci soal maka keluarlah pertanyaan yang komplit beserta jawabannya. Di satu sisi mungkin ini menjadi solusi praktis tetapi juga pragmatis menurut saya. Salah satu faktor penyebab minat baca remaja rendah adalah informasi yang tersedia secara instan sehingga hampir tak perlu usaha membaca barang satu halaman pun.
Maka para guru bisa menugaskan membaca kepada para siswa-siswa remajanya sekalian memberikan kepercayaan kepada remaja untuk berdiskusi dengan teman-temannya di kelas, bahkan remaja pun belajar mengajar teman-temannya layaknya seorang guru, sebagaimana pidato Mas Menteri pada Hari Guru 2019 lalu.
3. Bikin project membuat buku bersama (antologi)
Siapa bilang remaja masih terlalu dini membuat buku bersama. Insyaallah bisa selama ada orang tua atau guru di sekolah yang mengkoordinasinya.Tema yang dipilih bisa tentang satu topik bahasan dari materi pelajaran sains. Bisa juga disepakati bersama siswa-siswi di kelas.
Mana mungkin seseorang bisa menjadi kontributor penulis jika ia tidak membekali diri dengan membaca sumber dari sana-sini.
Paling tidak setelah buku terbit, tulisan teman-temannya menjadi bahan bacaan yang baik sebab ditulis juga oleh peer group-nya.
4. Menyukseskan Gerakan Literasi Nasional yang dicanangkan Kemendikbud.
Idealnya gerakan literasi bersama seluruh Indonesia ini tak
hanya menyasar anak-anak usia sekolah. Tetapi juga remaja, mahasiswa, guru, dosen, orang tua
dan siapa saja hendaknya disadarkan tentang pentingnya meningkatkan minat baca ini.
Pengadaan taman bacaan masyarakat, wisata edukasi, bazar buku, book fair dan berbagai event buku lainnya. Yang intinya mengajak remaja bersenang-senang dengan buku.
Pengadaan taman bacaan masyarakat, wisata edukasi, bazar buku, book fair dan berbagai event buku lainnya. Yang intinya mengajak remaja bersenang-senang dengan buku.
Menurut saya belum perlu menambah perpustakaan fisik lagi sebab dari data segi penilaian infrastruktur untuk men-support aktivitas membaca, negara kita menduduki rangking ke-34 (mungkin karena saking banyaknya penduduknya) jadi berada di atas negara-negara Eropa.
Untuk apa banyak gedung-gedung perpustakaan tetapi kosong melompong tidak ada pengunjung yang asyik membaca dan meminjam buku dari sana.
Untuk apa banyak gedung-gedung perpustakaan tetapi kosong melompong tidak ada pengunjung yang asyik membaca dan meminjam buku dari sana.
Baiklah, semoga poin-poin upaya di atas dapat
dijadikan kontribusi dan masukan bagi para penulis buku remaja. Untuk bisa
memenuhi kebutuhan literasi remaja zaman sekarang.
Bagaimana pun yang namanya membaca buku fisik tetap diperlukan guna mendekatkan remaja sebagai generasi penerus bangsa pada pangkal literatur, dengan ilmu pengetahuan.
Bagaimana pun yang namanya membaca buku fisik tetap diperlukan guna mendekatkan remaja sebagai generasi penerus bangsa pada pangkal literatur, dengan ilmu pengetahuan.
Gimana nih dengan kamu... ada usulan upaya apalagikah untuk meningkatkan minat baca remaja kita? Ditunggu jawabannya di kolom komentar ya. Terima kasih.
Salam literasi,
Nurhilmiyah
Nurhilmiyah
Karlina, http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20501/1/KARLINA-FITK_NoRestriction.pdf
Karina M. Tehusijarana, https://www.thejakartapost.com/news/2019/12/04/not-even-mediocre-indonesian-students-score-low-in-math-reading-science-pisa-report.html?utm_medium=Social&utm_source=Facebook#Echobox=1575452824
Nurhilmiyah, Acara Membaca, tulisan di akun Facebook Nurhilmiyah 18 September 2017
Salsaaner, https://salsaaner.wordpress.com/2014/03/12/karya-tulis-ilmiah-upaya-meningkatkan-minat-baca-dikalangan-remaja/
Memang angka minat baca di indonesia rendah sih kak, dibandingkan negara tetangga aja kalah jauh sepertinya.
BalasHapusKalau menurut saya, anak yg belum suka baca mungkin belum menemukan bacaan yg tepat saja sih. Dulu awalnya saya jg nggk suka baca, sampai kemudian kecanduan baca buku bergambar alias komik2 jepang. Kemudian mulai suka baca majalah remaja yg mengulas mainan dll, kemudian mulai suka novel hingga sekarang
Nah, itu...berawal dari bacaan ringan ya kan,,, bs meningkat ke buku2 lain.
HapusSekarang sudah beralih ke literasi digital. Ini yg kemudian harus ditangkap oleh para penulis. Biar gak kehilangan pembacanya. Begitu kira2
BalasHapusInilah tantangan bagi kita semua yg merasa punya tanggung jawab terhadap minat baca generasi muda
HapusSebenarnya membuka hp terus bukan berarti main saja. Kalau saya lebih suka paperless, meskipun saya akui tidak ada yang mengalahkan aroma wangi kertas buku.
BalasHapusSaya suka keduanya Mba Amel,, tp gak ada yg ngalahin sebaik2 teman duduk aka buku fisik deh
HapusKalau di tempat saya kebanyakan anak remaja sukanya main game. Kalau ngeliat bikin ngeri karena kebanyakan mereka selalu mengeluarkan kata-kata tidak pantas menirukan yang lebih tua.
BalasHapusWaduh, akhirnya tercipta lingkungan yang buruk ya
HapusMemang berbagai usaha telah dilakukan, namun sepertinya minat baca anak masih rendah, meskipun disetiap sekolah telah membuar pojok baca tapi belum berhasil maksimal
BalasHapusZaman sudah beruba ya Mbak, bisa jadi buku fisik pun terdisrupsi menjadi ebook
HapusIya, saya sendiri minat baca bukunya rendah, lebih ke baca buku di media online atau baca blog atau main medsos. Hehe
BalasHapusBener bgt, harus buat management waktu kpn main gawai dan kpn baca buku.
Scr waktu kita cm 24 ya kann, kl gak pandai2, habislahh hehe
HapusMembaca membuka jendela pengetahuan serta olah kata dari buku yg dibaca, walau saya tidak kategori remaja ya masing sering baca novel-novel karya fisilmi hamida dan ario muhammad. Hingga untuk menumbuhkan minat baca termotivasi membuat perpustakaan maya di kampung saya dengan mengoptimalkan penggunaan gawai di remaja.
BalasHapusWow, Phd Parents udah baca juga belom hih..
HapusKalau anak-anakku suka sekali membaca lewat aplikasi ipurnas di gawai. Maklum, sejak tinggal di Malaysia, otomatis mereka terbiasa dengan bacaan berbahasa Melayu. Jadi, lewat bacaan berbahasa Indonesia di aplikasi tersebut, anak-anak selain bisa menyukai dunia literasi, mereka juga tidak akan kehilangan kosa kata bahasa Indonesia.
BalasHapusAnak ketiga saya suka sekali iPusnas Mba,, kl pinjam smartphone saya kl gak pingin ikutan WA ayahnyam pinjem buku virtual
HapusKalau ingin melihat dunia,.membacalah. kalau ingin di lihat dunia, menulislah
BalasHapusYg pernah kubaca ini mbak mia kalau anak remaja smp ga doyam membaca mungkin ada yg salah pas kecilny mmg tdk dpt figur yg suka membaca jg. Klo kadung idah gede mgkn cara2 tsbt bs dipake yah apalagi nulis antologi kayanha seru gt klo para remaja yg nulis
BalasHapusAlhamdulillah dr 4 anak saya nomor 1 dan 3 yg perempuan paling suka baca, mungkin sering lihatin saya baca2in skripsi mhsw jg kali ya haha
HapusAnak saya suka baca, Mbak, tapi baca secara online, cerita berbasis animasi. Beberapa hari sekali duduk di depan saya, menemani saya menulis di depan laptop sambil cerita tentang apa yang ia baca dan tanggapannya.
BalasHapusSayang belum mau menulis blog.
Makanya saya bujuk masuk ke sekolah kejuruan berbasis multimedia saja. Alhamdulillah bersedia.
Haha, nontonnya Webtoon si Kulin bukan ya Mbak... ini ada baru lagi nih Terlalu Cantik, tokohnya si Teh Ga.
HapusAnak-anak jaman sekarang harus banget ini k di rangsang membaca. Karena jaman sekarang dengan kemajuan teknologi dan informasi harus pintar-pintar ngajarin anak-anak biar suka membaca. Tipsnya oke banget kayanya harus diterapin yaa ini sama saya
BalasHapusIyep ka Lidya,, sebab dari buku kan salah 1 sumber ilmu juga
HapusAlhamdulillah, pas banget. Aku juga seorang remaja, kak. Dan beberapa tips di atas udah pernah aku terapkan untuk meningkatkan minat baca, dan emang berhasil. Melihat fakta minat baca orang Indonesia cukup sedih juga :(
BalasHapusItulah penting banget punya waktu khusus rutin baca buat remaja kan ya
HapusWaktu masih kecil, guruku pernah kasih tugas membaca 1 buku. Tiap anak beda2, trus besoknya disuruh dibahas dan menulis pesan dalam cerita. Metode ini berhasil bikin saya jadi suka membaca :)
BalasHapusNah, bisa diterapkan guru2 zaman now dong mestinya ya
HapusKereeen idenya Mbak, buat buku antologi dg anak-anak.. pingin yoba ah buat buku dg anak-anak, mdh-mdhan tertarik dg itu dan akan semakin semangat membacanya ...makasih tulisannya Mbak, menginspirasi
BalasHapusIya Mbak, karena dia baca buku bikinannya sendiri kan
HapusRemaja kayaknya pas dikasih novel. Nggak perlu yang berat2 dulu. Walaupun, novel banyak juga yang berat. Minta baca dibangun dari keluarga sebagai pondasi. Terima kasih Bu artikelnya.
BalasHapusPR kita bersama ya Pak Guru
HapusIya loh anak-anak zaman now itu lebih seneng nonton video ketimbang baca.
BalasHapusMungkin bukunya harus yang penuh warna dengan bahasa gaul gitu biar mereka jadi seneng baca ��
Itulah Mbak, buku-buku kalah sama platform2 kekinian
HapusAnak saya suka baca Mba, tapi maunya komik sih.
BalasHapusDia hobinya mirip saya.
Nonton TV, main gim, baca buku komik,
saya masih berusaha agar dia bisa suka membaca lainnya, bukan cuman komik, sudah diajak beli beberapa buku dan dia belum mau baca, tapi komiknya dibaca melulu berkali-kali :)
like mother like daughter dong ya Mbak Rey, hihi...seru banget
HapusTerkadang prihatin ya, minat baca remaja kita, kalau q teliti juga gitu remaja kita lebih cenderung nonton khususnya nonton di youtube, buktinya blog kita juga pengunjungnya nggak banyak hehe
BalasHapusSemoga minat baca remaja kita semakin menungkat, karena membaca adalah cendela dunia :)
Iya nih, masa' ngandelin BW aduhmak #ups
HapusMinat baca remaja kita rendah mungkin karena remaja jmn sekarang lebih tertarik visual dibandingkan tulisan. Karena kalau visual lbh cepat dilihat dan dicerna . Kalau tulisan hrs dicerna dulu baru paham maksudnya. Nah remaja kita nih kurang keahliannya dlm mencerna. Sepertinya literasi dlm mencerna hasil bacaan perlu ditingkatkan.
BalasHapuskeseringan dapat informasi instan ya Mbak
Hapusiyaa bener banget minat membaca di Indonesia sangat rendah dibanding negara lain. Mungkin belum menemukan bacaan yang sesuai dengan seleranya.
BalasHapusUntuk saya, sekarang baca sudah bisa menggunakan yang online. Jadi terkadang saya kalau lagi ga punya budget untuk beli buku baru. Akhirnya baca online, seperti di Wattpad :)
Anak saya penulis di Wattpad Mbak, hehe
HapusSuka sekali dengan tips-tips meningkatkan minat membacanya. Saya pun selalu berusaha untuk menerapkan ke anak-anak minimal baca buku 15 sampai 30 menit setiap hari 😊
BalasHapusIya musti ditemani juga ya Mbak
HapusMemang minat baca masih kurang di Indonesia apalagi sekarang anak2 lebib senang liat visual seperti yutub daripada baca, karena makin kesini banyak yang paperless tapi tetep harus ada diedukasi minat baca anak2 dengan yg simpel2 aja dulu.
BalasHapusBenar sekali. Membaca itu sangat perlu. Cukup miris melihat minat baca di zaman ini. Sekarang juga sudah ada komunitas-komunitas baca yang bagus untuk menambah motivasi baca. Seperti @gerakan_1week1book di instagram
BalasHapusSecara membaca sendiri menghabiskan waktu tidak sedikit... dan butuh perjuangan yang tidak ringan dan menyenangkan..lebih menyenangkan main gim kk..ada teman latih tandingnya.. lah.. baca... harus berusaha keras menemukan komunitasnya...
BalasHapussaya suka baca novel. tapi sekarang lagi gak mood. moodnya nonton youtube. wkwwkk...
BalasHapusbener mbak... melatih minat baca anak, remaja hingga dewasa pun sebenarnya sama. Pilih materi bacaan yang memang menjadi minatnya, maka akan dilahap tuntas buku-buku tersebut.
BalasHapusMemang rendah minat baca di Indonesia, mungkin khususnya dilingkungan saya. Anak saya sendiri 3, yang punya minat baca diatas rata-rata (nggak semaniak saya) hanya anak saya yang sulung. Yang 2 nya nggak begitu minat. padahal di rumah ada satu lemari penuh buku dan saya juga sudah memberi contoh dengan sering-sering membaca buku. Mungkin karena pengenalan saya tidak dari kecil, jadi minatnya kurang. ditambah lagi sekarang gawai pintar sudah mudah sekali didapatkan.
BalasHapusSepertinya yang ampuh saat ini yakni main gawai dan buka YouTube. Video lebih cepet dimengerti oleh anak remaja
BalasHapusMinat baca di Indonesia memang kurang y mb. Saya juga pernah dpt info ini. Setuju klu di sekolah ataudi rmh kita mmberi tugas membaca buku. Lbh mengena kali ya...
BalasHapusSejujurnya faktor keluarga sangat berperan pada minat baca remaja. Jika sejak kecil tidak dicontohkan seperti itu maka si anak menjadi tak tertarik juga. Hal ini berpengaruh di kemudian hari.
BalasHapusSaya termasuk tim pembaca melalui gawai, Pak. Hehe. Ebook yang dibaca di rumah lebih banyak karena tempat simpan buku fisik tak memadai. Dari gawai ini pula anak saya sering saya suguhi bacaan dari Ipusnas atau Ijakarta dan sering dari Scribd serta Kindle. Berharap nanti bisa beliin EInk Reader buat di rumah biar matanya ngga sakit.
BalasHapusOiya, buat para orangtua juga bisa bergabung ke klub baca buku seprerti One week one book. Biar makin semangat untuk baca dan latihan ulas buku. Sesekai diskusi buku.
Berdasar data, orang Indonesia ga suka baca tapi suka main internet. Termasuk sosmed?? Wah gawat nih. Kira-kira apa yang ditulisnya ya?
BalasHapusAnak pertamaku usia 9 tahun dan sudah mulai susah untuk disuruh membaca. Habis gimana ya Mbak, temen-temennya main hp semua. Meskipun dia belum saya kasih hp, kadang juga pinjam punya saya biar gak ketinggalan dr temen-temennya. Nah, menyiasati situasi ini, saya sabar-sabarin aja deh bacain novel anak buat dia. Sudah rutin sih, jadi meskipun dia gak baca sendiri, tiap hari dia mau dengerin saya baca. Harapannya dengan begini dia tertarik membaca sendiri.
BalasHapusMain gawai dan youtube, nah ini yang sekarang mendominasi, ya, Mbak. Duh anak saya juga terpapar ini. Sama saya sih dibatasi tapi kalau ketemu ayahnya atau keuarga yang lain, miss dari pengawasan saya. Moga minat baca di Indonesia bisa meningkat, salah satu caranya adalah dengan memulainya dari ruang lingkup terkecil, yaitu keluarga.
BalasHapuswah setuju tuh bikin karya yang dibukukan seperti antologi. mending tugas praktek bahasa indonesia itu aja, jadi anak-anak bisa lebih meningkatkan daya baca dengan praktek bikin buku sendiri, keren sih ini. waaa saya yang excited, hahhaa
BalasHapusseperti itulah warga indonesia kak, unik suka hal yang bisa dilihat secara visual daripada membaca.. untungnya saya bisa menempatkan posisi membaca oke, menonton dan main game juga ok... semoga Indonesia bisa naik peringkat lagi untuk daya minat bacanya
BalasHapusMenurut pengalaman awak kak, minat membaca adalah jalan keluar bagi kecanduan game dan gadget.
BalasHapusKalo dari kecil suka membaca, gak kan kecanduan banget sama game
Kalau ngomongin minat baca, jangankan remaja, bahkan orang-orang dewasa pun minat bacanya masih rendah, Mbak. Lihat saja di media sosial, berapa banyak orang yang dengan mudahnya terprovokasi oleh judul-judul artikel yang klik bait. Emosi mereka langsung tersulut, padahal kalau artikelnya dibaca sampai habis isinya ga sesuai judul, lho. Semoga dengan adanya upaya yang tanpa henti dari para orangtua dan guru, minat baca remaja di negeri ini menjadi lebih baik.
BalasHapusKalau minat baca seseorang rendah dan lebih suka konten visual di handphone memang susah ya menumbuhkan minta baca... Bukan hanya remaja sih ya, orang dewasa juga banyak yang minta bacanya rendah, atau dulu minat baca tinggi, tapi tergeser karena hadirnya teknologi... Semoga dengan campaign menumbuhkan minat baca dari dini, minat baca orang-orang di negeri ini semakin meningkat..
BalasHapusKalau anak2 biasanya melalui ebook atau youtube sih. Tapi sejak aku ngeblog, mereka suka bacain tulisanku juga hehehe
BalasHapusKalau saya caranya dari sejak anak-anak bayik, eh tepatnya masih di kandungan, suka saya dongengin atau bacain buku. Ternyata ini ngefek ke pola belajar mereka, tiap mengenal ilmu baru di sekolah, dan merasa butuh info lebih, bakal ngulik dengan membaca informasi dari sumber-sumber lainnya.
BalasHapusMemang, budaya membaca ini perlu banget kita budayakan sejak dini ya mbk, karena dari kebiasaan ini, anak-anak juga jadi terbangun sikap kritis & rasa ingin taunya
aku juga merasa nih, merasa terpanggil sebagai anak remaja HAHHAHA, karena memang sih jujur aja minat baca terhadap buku cetak itu berkurang jauhhhh. Banyak tumpukan buku yg belum terjamah sama aku nih
BalasHapuswkwkwkwkwk ngakak deh, mbak grandis emang remaja bgt, seumuran kek aku, whahahha
Hapusku akuin kak mia, akupun minat bacanya masih rendah, apalagi minat baca buku, kalau artikel di internet sih masih okay, ah moga keturunanku nanti gak kayak aku yaaa
Saya cita-cita belum terwujud untuk menularkan cinta buku pada anak. Mungkin dua anak saya laki-laki mungkin. Jenis kelamin termasuk mempengaruhi minat baca gk ya mbak.
BalasHapusSaya juga pingin punya anak yang suka baca mbak. Sekarang sih baru 5 bulan anaknya. Tapi semua bisalah ya dimulai. Saya mulai dari kenalkan dia ke buku-buku.
BalasHapusKami sering baca buku sama-sama. Dia kelihatan excited sih sejauh ini. Nggak tahu excited sama ceritanya atau excited pingin ngemut bukunya. Wkwkwk..
Intinya sih, ini ikhtiar biar nanti waktu beranjak dewasa udah lekat dengan buku.
Remaja sekarang memang lebih suka yang serba online, gaming, IG, YT, WP, tapi bukan berarti mereka nggak mau baca nantinya.
BalasHapusSetuju Mbak, sebaiknya memang buku untuk remaja itu yang bikin mereka nggak merasa bosen jadi antusias bacanya bisa semakin bertambah.
Jadi ingat waktu kecil dulu saya jadi tertarik baca karena lihat mama setiap hari baca majalah Nova dan papa tiap hari baca koran. Akhirnya dilangganin majalah bobo, malah makin suka baca, apa lagi komik. Pas remaja baru deh tuh suka novel cinta-cintaan, hahaha. Kayaknya untuk menularkan minat baca ke anak harus mulai dari ortunya dulu ya. Pengen deh suatu hari nanti punya taman baca gratis, biar akses buku untuk daerah yang ga ada toko buku jadi lebih gampang.
BalasHapusDaku pernah tanya ke salah satu siswa daku, suka baca novel apa?
BalasHapusNggak ada ms..
Baca cerita sejarah?
Nggak juga ms..
Dan daku pun garuk-garuk kepala
Ya sungguh miris memang dengan rendahnya tingkat baca kita. Padahal banyak bacaan bermanfaat dan bagus yang bermunculan
HapusSaya pernah tanya-tanya ke guru (bukan siswa ya..) bacaan apa yang telah dibaca pekan ini, bulan ini, atau tahun ini. Jawabannya beragam, tapi lebih banyak sih guru jarang banget membaca.
BalasHapusKalau guru saja malas membaca, bagaimana dengan muridnya ya.
Jangankan remaja ya Mbak, orang tua yang dulunya gila buku pun sekarang banyak yang pindah ke internet.
BalasHapusEmang kudu disosialisasikan kembali mungkin ya, bahwa membaca buku juga tidak kalah mneyenangkan dengan bacaan dari gadget.
Setuju banget dengan penyampaian semuanya. Pasalnya membaca buku itu bagus untuk meningkatkan daya ingat kala kita tua
BalasHapusBaca ini saya jadi malu karena akhir-akhir ini minat baca saya terhadap buku berkurang drastis, lalu bagaimana mau mengajarkan ke anak banyak baca coba? Betul sekali Kak dengan membaca kita akan melihat banyak mendapatkan ilmu
BalasHapusPeran orangtua juga dibutuhkan nih. Misal ajak remaja buat diskusi buku, jalan-jalan ke toko buku atau ke perpustakaan
BalasHapusMemang jika di lihat dari beberapa negara di asia, indonesa adalah salah satu penduduknya yang mempunyai minat membaca yang sangat rendah, mungkin setelah para orang khususnya remaja di indonesia menerapkan cara ini semakin membaik minat membacanya
BalasHapusminat baca di Indonesia memang rendah dibanding negara lain
BalasHapusbisa jadi remaja sekarang lebih menikmati sajian informasi melalui video karena dianggap lebih menarik dan belum menemukan kenikmatan membaca buku
Kuncinya tetap keteladanan orangtua di rumah. Kalau sejak usia dini melihat ortunya intens membaca buku, koran, atau majalah, remaja pasti akan melakukan hal yang sama. Mungkin jenis bacaannya berbeda, tapi minat bacanya biasanya sama.
BalasHapusSemangat itu harus ada dalam diri sendiri, aku suka sekali baca buku bentuk fisik dinanding ebook... Anak-anak, khususnya remaja memang harus dikenalkan dan memahami pentingnya membaca, jangan hanya darling saja... Soalnya mata jadi cepat lelah
BalasHapusKurangnya minat baca ini memang miris banget sih Mbak, jangankan remaja, mahasiswa yang umur 20-an tahun saja susah banget buat baca. Diminta baca lebih banyak literatur oleh dosbing untuk skripsi rasanya berat, maunya yang instan aja.
BalasHapusTapi sekarang zaman sudah lebih maju, saat malas baca buku, bisa dengan audio book, tapi sayangnya audio book yang tersedia kebanyakan masih berbahasa Inggris
Remaja-remaja sekarang kayaknya lebih senang diajarin lewat YouTube ya. Hihihi. Mereka suka explore sendiri dan praktikkan sendiri.
BalasHapusBener mbak, kebanyakan remaja mengatakan bahwa dirinya lebih suka mendengarkan atau diceritakan sebuah kisah daripada membaca
HapusRemaja tuh seringnya udah tahu duluan daripada kami, ortunya. Bener sih, aku pernah nulis buku untuk setingkat SMP-SMA, kalimatnya harus pargraf pendek, dan banyak gambar. Kalau tulisan doang, males mereka...
BalasHapusKalau pakai fase kebudayaan, ada 3 tahap sebenarnya yang harus dilakukan
BalasHapusLisan, tulisan, digital
Lisan dilakukan dengan cara peran orang tua seperti diajak bercerita, membacakan dongeng sebelum tidur...
Tulisan, setelah dia bisa baca, dia dikasih buku baru digital
Nah kalau anakanak dikasih gawai sebelum interaksi lisan teejadi, susah bentuknya
Sebenarnya minat baca anak tumbuh dari keteladanan orangtua yang rajin membaca. Kalau di rumah tidak ada kebiasaan membaca, otomatis anak - anak akan sulit membiasakan diri membaca karena tidak ada role model sejak usia dini. Pada era digital ini, membaca memang tidak selalu harus buku fisik, e - book yang bertebaran dan sebagian bisa diunduh secara gratis tetap termasuk membaca. Membaca novel, komik, majalah, koran, apa pun tetap dihitung sebagai kegiatan literasi. Yang penting membaca dan memahami isi bacaannya :)
BalasHapusUntuk mengatasi ini dibutuhkan kerjasama pihak-pihak terkait seperti keluarga, komunitas, pemerintah dan perusahaan.
BalasHapusButuh program-program yang bisa menarik minat baca para remaja ini, memang sangat miris sekali minat baca di negara ini, semoga kedepannya akan lebih baik lagi.