Pengalaman Ujian Online
Pada 19 Maret 2020 lalu rektor kampus tempat saya bekerja, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), di Medan, resmi mengeluarkan Surat Edaran (SE) untuk proses pembelajaran daring. SE itu untuk hari-hari berikutnya diikuti sederet aneka SE lainnya.
Sterilisasi kampus, panduan metode pembelajaran, panduan bimbingan tugas akhir, tak lupa SE mengenai Ujian Tengah Semester (UTS) secara online. Maka hari ini saya pun menuliskan tentang pengalaman ujian online.
Sterilisasi kampus, panduan metode pembelajaran, panduan bimbingan tugas akhir, tak lupa SE mengenai Ujian Tengah Semester (UTS) secara online. Maka hari ini saya pun menuliskan tentang pengalaman ujian online.
Mengingat waktu yang sangat mendadak, tahu-tahu seluruh civitas akademika diinstruksikan untuk mengikuti proses pembelajaran secara daring. Atau yang disebut peneliti OLM (Online Learning Media) dan OILM (Online Interactive Learning Media).
Beragam media digunakan dalam proses ujian tengah semester. Disesuaikan dengan media yang dimanfaatkan dosen dan mahasiswa pada saat perkuliahan online. Meskipun sedang sama-sama berjuang #dirumahsaja memutus rantai penularan Covid-19, tidak menyurutkan semangat belajar mahasiswa untuk meraih ilmu pengetahuan.
Ilustrasi UTS daring |
Secara umum, ujian online dilaksanakan melalui media-media berikut:
Membaca baik-baik instruksi yang diberikan dosen, lalu menjawab soal-soal UTS sampai batas waktu yang ditentukan. Hanya saja belakangan ini website kerap error sehingga para dosen diminta menggunakan OLM lainnya.
Google Forms / Jetorbit |
Youtube, kanal situs berbagi video ini sangat populer di kalangan mahasiswa. Bahkan kabarnya Youtube channel adalah salah satu platform nonton yang menggeser fungsi televisi di rumah-rumah.
Youtube juga dapat dijadikan media pembelajaran daring. Sebab saat ini teknologi berpusat pada pengguna. Jadi tergantung user, ingin menjadikan platform tersebut sebagai OLM atau sekadar media bersenang-senang.
Youtube juga dapat dijadikan media pembelajaran daring. Sebab saat ini teknologi berpusat pada pengguna. Jadi tergantung user, ingin menjadikan platform tersebut sebagai OLM atau sekadar media bersenang-senang.
Youtube / Tirto |
Selain bisa berkirim pesan dan gambar, WA memiliki banyak fitur. Antara lain berbagi dokumen hingga 100 MB, video call maksimal empat orang dan bisa pula untuk share live location.
WAG / Onlinetechtips |
Telegram, aplikasi chatting yang memungkinkan Anda mengirimkan pesan, berbagi foto, video dan audio serta bertukar file yang ter-enkripsi.
Enkripsi sendiri berarti suatu metode yang digunakan untuk mengkodekan data sedemikian rupa sehingga keamanan informasinya terjaga dan tidak dapat dibaca tanpa di dekripsi (kebalikan dari proses enkripsi) dahulu.
Baik proses pembelajaran maupun ujian daring bisa menggunakan fitur-fitur platform buatan Rusia ini. Telegram memiliki broadcast message, channel untuk pesan satu arah. Kalau di WA membutuhkan penguncian manual dari admin grup.
Telegram |
Dilansir Kompas.com, sebanyak 11 juta pengguna FB berusia 18 sampai dengan 29 tahun hengkang ke platform lain seperti Instagram dan Snapchat. Kalaupun masih menginstall FB, mereka hanya butuh FB Messenger-nya saja.
FB kini dihuni pengguna berusia 30 tahun ke atas. Sehingga menjadi tidak populer lagi jika menggelar UTS di FBG lagi.
Facebook / Clipart |
Dosen juga memiliki kemampuan untuk mengirimkan sesuatu yang dapat dilihat publik. Pada Edmodo belum tersedia pilihan bahasa, jadi masih berbahasa Inggris, dan Edmodo juga tidak terhubung ke media sosial manapun.
Edmodo / Aboutgirlsite |
Aplikasi ini menempatkan tiga produk perpesanan yang jasanya turut dikembangkan oleh Google, termasuk Google Talk, Google Messenger (sebelumnya: Huddle), dan Hangouts, sebuah aplikasi percakapan video yang dihadirkan pada Google.
Google menyatakan bahwa Hangouts didesain untuk "masa depan" produk komunikasi jarak jauh, Google Voice. Para pengguna Google Hangeouts dapat berkomunikasi dengan akun Google mereka.
Google Hangeouts / Wikipedia |
Mereka membantu menyediakan kursus-kursus level-universitas untuk siapa saja yang kurang mampu atau cukup berkenan untuk mendapatkan gelar sarjana mereka di institusi level unggul atau berkuliah di luar.
MOOC / Medium.com |
Nah, dari sembilan platform yang bisa dijadikan media memberikan ujian online, saya dan sejawat lainnya rata-rata menggunakan aplikasi:
- E-learning
- Google form, dan
- WhatsApp Group (WAG)
Sementara untuk media pembelajaran lebih beragam lagi yaitu menggunakan Google Classroom dan Zoom. Okay, demikian sharing pengalaman saya memberikan ujian online, bagaimana dengan pengalaman kamu, share di kolom komentar yaa.
Salam,
wah jadi semakin tau beberapa applikasi untuk belajar dan ujian secara online ya, mungkin salah satu dari diatas yang digunakan oleh anak saya juga saat harus belajar dari rumah
BalasHapusIya Mbak Sarah, gpp kita tahu banyak agar nyambung sama anak, hehe
Hapussekarang dunia sudah semakin berkembang, teknologi juga sudah kian berkembang ya mbak. semangat selalu mbak.
BalasHapusWah ternyata banyak juga aplikasi lainnya. Sayangnya anakku masih belum sekolah masih satu tahun. Hehe...
BalasHapusBanyak ya.. media online yang bisa digunakan untuk belajar
BalasHapusWah banyak sekali ya..pilihan media online yang bisa dijadikan untuk kegiatan pembelajaran. Kalau begini tidak ada alasan lagi untuk malas belajar dan ngumpulin tugas. .
BalasHapusBeruntung teknologi sdh makin maju sehingga banyak cara agar proses belajar-mengajar bisa berjalan. Cuma sekarang mulai banyak keluhan kalo kuotanya jadi boros sejak belajar online. Kepikiran juga buat anak2 yg di daerah mereka apa bisa online spt anak2 di kota?
BalasHapusTernyata ada banyak wahana yg bisa digunakan untuk mendukung e-learning termasuk dalam pelaksanaan ujiannya ya.. TFS, jadi tambah tahu tentang hal ini
BalasHapusBu Dosen, saya sering telat jawab kuis saat kuliah daring ini karena signal di kampung, dan akhirnya dapat nilai jelek. Padahal saya bukan termasuk mahasiwa yang kurang nilai. Apakah Signal menentukan nilai ya bu? #nangis
BalasHapusKeadaan ini akhirnya membuat orang mengerti dan berusaha menggunakan aplikasi-aplikasi sebagai tempat belajar. Terima kasih informasinya bu dosen, nambah ilmu lagi ini tentang aplikasi-aplikasi selain yang selama ini saya gunakan
BalasHapusWah, baru tahu kalau mba Mia orang Medan. Toss dulu kita. Saya turunan orang Medan tapi belum pernah ke medan 😥. Almarhumah mama saya orang medan.
BalasHapusDari beberapa aplikasi di atas saya belum pernah menggunakan 3 aplikasi terakhir. Bahkan, saya baru tahu soal edmodo dan mooc. Terima kasih mba Mia atas informasi kerennya.
Mau ga mau harus melek teknologi ya. Saya sendiri kelabakan dengan bbrp aplikasi karena hp or laptop ga support haha
BalasHapusBelajar dirumah dengan manfaatkan aplikasi yang ada. Dari kesemuanya
BalasHapusaplikasi itu mengerucut jadi 3 saja dan ketiga itu bukan hal asing. Mempelajari materi dengan e-learning, ujian dengan google form dan laporan/absen dengan wah.
Ternyata banyak juga media belajar online yang bisa digunakan ya, Mbak Mia. Dan kalau krucil saya, baru pakai grup WA. Terus tugasnya disetor di rumah guru dengan 1 orang perwakilan.
BalasHapusTapi tetap enakan belajar di sekolah atau kampus ya, Mbak Mia. Harapannya, semoga pandemi covid 19 segera berakhir, dan semua kembali normal. Aamin.
Dengan kondisi pandemi ini semua jadi harus melek digital ya kak. Bukan hanya murid tapi juga pendidik bahkan orangtua. Agar proses pendidikan tetap berlangsung.
BalasHapusUlasan yang menarik. Memang interaksi tatap muka di dunia nyata hilang digantikan interaksi digital. Tapi, bagi milenial, hal tersebut merupakan sesuatu yang menantang. Bagaimana membangun kerja sama tim secara digital, pemahaman ilmu secara digital. Cuma menarik perlu diteliti bagaimana daya serap / pemahaman mahasiswa terhadap ilmu yang diajarkan lewat interaksi digital dibandingkan dengan interaksi nyata. Oh ya, saya followed blog ini. Tks
BalasHapusWah dari UMSU, Salam kenal dari UMM mba. 😍
BalasHapusSaya merasakan roh nya belajar jadi hilang sih. Kadang bosen karena mentok ya cuma bisa ketemunya sama laptop hehe. Sukses mba ♥️
Banyak sekali ya perangkat yang mendukung belajar via online. Tapi kalau mahasiswa pasti lebih mudah mengarahkan dan menyesuaikan diri. Kalau yang anak SD ini lho, ibuknya jadi ikut rempong dan selalu mendampingi..hihi...
BalasHapusNah kalau saya pakainya zoon kak untuk ngajar mhasiswa.. bnyk sekali ya aplikasi e-learning ini dan bisa dipilih sesuai kebutihan jadi memudahkan pengajar dan yg diajar untuk tetap dapat belajar mengajar ditengah situasi pandemi ini
BalasHapusWah banyak banget ya mbak media pembelajaran online di jaman sekarang. Saya jadi kepikiran, andai pandemi ini terjadi di tahun 90an dimana teknologi belum seperti sekarang, kira2 gimana ya cara belajarnya hhi
BalasHapusEdmodo saya belum familiar... dan zoom sendiri sejak ada kasus vidle masuk ruang meeting... jadi kurang aman... memang wa, google dan e learning lebih diminati...karena mudah dan aman saat ini
BalasHapusKebayang ya Bu Dosen adaptasi super cepatnyaa...dari 9 aps itu aku br kali pertama dengar edomodo itu. Sama euy rata2 sekolah pelajaran daringnya pake 3 platform itu, wag, fb sm sirus elearning. Tambah lagi sih, tvri😅
BalasHapusKalau anak2 dirumah lebih banyak via WhatsApp dan YouTube kak, ternyata banyak juga pilihan untuk belajar lainnya
BalasHapusSeruan mana Ni Mia, ngajar di kelas atau ngajar online? Hihihi. Pasti ada plus minusnya ya. Ni Mia beruntung karena masih masuk kategori dosen milenial. Nah, 2 bulan lalu kebetulan dosen saya yg udah sepuh main ke rumah di Denpasar karena penelitian di Bali. Setiap disinggung soal teknologi, selalu bilang, "Kalian ini kan angkatan milenial. Nah, ini kami kolonial. Jadi urusan yang kayak gitu biar dosen muda aja lah." Entah sekarang bagaimana si bapak dan si ibu mengatasi mahasiswa-mahasiswinya di kampus. Hihii.
BalasHapusWahh teman2 saya yg sedang kuliah di Unsyiah juga semuanya serba online. Bahkan sidang pun ternyata mereka online, hehehe
BalasHapusBanyak banget ya sistem daring selama wabah covid-19, jadi makin melek teknologi juga ya kita semua dengan adanya wabah ini.
BalasHapusMetode Elearning ini sebetulnya sudah diterapkan banyak kampus terutama yang membuka kelas karyawan (jarak jauh) dan juga UT, dan wabah covid-19 ini pun akhirnya memaksa semua kampus menggunakan metode tersebut, bukan sebuah langkah jelek karena inilah jaman tehnologi, belajar bisa dimana saja.
BalasHapusGoogle hangout ini yang paling recommended banget ya kak mia.
BalasHapusDari semua aplikasi ini sayangnya beberapa ada kekurangannya, tapi mau nggak mau kita tetap harus belajar update teknologi kita ya kan kak.
Banyak amat ternyata ya aplikasi. Hikmah Corona jadi banyak yang tahu ada aplikasi. Saya mah kalau ujian pakai google form. Terima kasih, Mbak, artikelnya. Edmodo perlu dicoba. Hehe...
BalasHapusPerkembangan teknologi internet sangat menguntungkan. Apalagi buat kaum milenial. Gak kebayang kalau pandemi ini terjadi 10 tahub yang lalu. Pasti semuanya terbengkalai karena serba manual.
BalasHapusDua anak saya kelas 6 dan 9, juga ujian online Mbak. Semua ini pengalaman baru bagi kita, ya. Nggak nyangka akan ada peristiwa semacam ini, terjadi.
BalasHapusKita tuh seperti direstart. Dibolak-balik.
Karena corona, kita semua jadi harus melek teknologi ya, tukang sayurpun harus belajar aplikasi agar tetap dapat rezeki
BalasHapusWah nambah wawasan baru lagi nih soal tempat belajar online. Dan ternyata WAG bisa juga dimanfaatin buat belajar online. Kalo saya belajar online lewat aplikasi Ruangguru buat anak saya, wkwkwkwk... Jadi terpaksa install, padahal sebelumnya gak pernah nyobain.
BalasHapushikmah corona ya... dosen/guru/orang tua jadi melek IT. Meskipun awalnya terpaksa, berikutnya jadi mahir dan professional
BalasHapusWahh disaat pandemi begini semua app media sosial dimaksimalkan ya bu dosen. Biasanya gak pake zoom sekarang pake.. begitupun aplikasi yg lain. Yg penting safe our privacy
BalasHapusWaah ternyata banyak juga aplikasi yang mendukung untuk kegiatan belajar daring. Meskipun saat ini kegiatan belajar di sekolah ataupun dikampus-kampus untuk sementara dialihkan di rumah, namun dengan pemanfaatan media sosial dapat membantu proses pembelajaran jarak-jauh
BalasHapusSaya sebentar lagi mau buat ujian online, dan terbantu dengan artikel ini. Namun yang jadi pertanyaan saya, bagaimana kita bisa menjamin bahwa mahasiswa mengerjakan ujiannya sendiri (tidak mencontek)?
BalasHapusTernyata banyak juga platform yang bisa digunakan untuk mengadakan ujian online ya Mbak, kalau di kampus biasanya disarankan untuk menggunakan e-Learning.
BalasHapusByk bgt platform yg dimanfaatkan utkbelajar online dan ujian online yaa.. Aku baru denger yang edmodo kak... Nyari tau ahh
BalasHapusLoh ngajar di univ muhammadiyah juga ya. Istri saya juga tapi di malang. Sama juga si ngajar daring. Perubahan drastis dr tatap muka ke daring
BalasHapusBanyak banget aplikasi / program yang bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran...
BalasHapusSebagai orang tua, tyda boleh gaptek ya supaya bisa mengawasi aktivitas daring anak...
Dengan kemajuan teknologi, belajar bisa jalan terus..meskipun di awal pasti semua butuh adaptasi. Tapi lumayanlah, bisa sekalian berjumpa dengan kawan meskipun secara virtual.
BalasHapusSebentar lagi Google meet gratis, dan aku bahagia banget lho Mba. Bisa pakai produk Google tuh terasa lebih aman bagiku.
BalasHapusbanyak juga ya metode e learning yang bisa diterapin. jadi ingat sama teman guru sd yang curhat soal kasih tugas ke muridnya lewat video. keren emang guru guru itu. makin dicerdaskan aja dengan beragam metode e learning yang ada.semangat semuanya
BalasHapusMumet kepalaku mbak, saat ujian online eh tuh koneksi enggak stabil bikin esmosi tingkat dewa. Namun, terkadang disaat pandemi ini tidak bisa melakukan apa-apa lagi termasuk ujian harus dirumah.
BalasHapus