Mendampingi Anak Belajar Di Rumah Selama Masa PSBB
Masa Pembatasan Sosial Berskala Besar
Memasuki hari ke-43 sejak Covid-19 menginfeksi Indonesia, banyak sudah surat edaran, instruksi, dan imbauan untuk bekerja dari rumah dikeluarkan pihak-pihak terkait guna memutus penularan virus berbahaya ini. Bahkan akhir Maret lalu terbit Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19. Kurang lebih tiga pekan pula sekolah-sekolah telah merumahkan semua siswanya dan menggantinya dengan sekolah jarak jauh. Sebagai ibu yang memiliki anak-anak usia sekolah, tentunya saya pun mengambil peranan penting dalam mendampingi anak belajar di rumah selama masa PSBB ini.
Mendampingi anak belajar di rumah / Freepik |
Meskipun kota Medan belum ditetapkan menjadi daerah berstatus PSBB, namun menurut info dari media daring, hal ini telah menjadi topik pembahasan di Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Sumatera Utara yang langsung diketuai Gubernur Sumatera Utara. Berdasarkan Pasal 3 ayat (2) PP No. 21 Tahun 2020, PSBB untuk suatu daerah akan disetujui oleh Menteri Kesehatan RI atas usulan dari pemerintah setempat, dengan kriteria sebagai berikut:
- pertimbangan epidimiologis
- besarnya ancaman
- efektivitas
- dukungan sumber daya
- teknis operasional
- pertimbangan poleksosbudhankam
Adapun daerah-daerah yang telah menerapkan PSBB di Indonesia adalah DKI Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Tangsel. Sangat terbuka kemungkinan bertambahnya daerah-daerah yang menerapkan PSBB jika korban Covid-19 terus menerus berjatuhan. DKI Jakarta sendiri lewat gubernurnya Anies Baswedan langsung merespons PP 21 tersebut di atas dengan segera menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) No. 33 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan PSBB.
Penerapan PSBB sendiri minimal meliputi:
- peliburan sekolah dan tempat kerja
- pembatasan kegiatan keagamaan, dan/atau
- pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum
Media Proses Pembelajaran
Terkait dengan peliburan sekolah dan tempat kerja, dengan sendirinya anak-anak menjalani school from home. Berbagai macam kebijakan dan metode dilaksanakan para guru demi melanjutkan proses pembelajaran anak didiknya. Apa saja media pembelajaran yang paling sering digunakan?
- WhatsApp (WA)
- Telegram
- Zoom
- Google Classroom
Penggunaan media pembelajaran daring / Freepik |
Untuk ukuran siswa sekolah dasar, kebetulan sekolah anak saya mempunyai peraturan yang melarang siswa-siswi memiliki ponsel pintar. Jika ponsel cuma buat menelepon dan berkirim pesan singkat kepada orang tua atau pengantar-jemput sekolah, masih ditolerir. Mengakses aplikasi pembelajaran tatap muka daring lainnya seperti Skype, Google Meet atau Cisco Webex, tentunya dirasa agak rumit. Meski mereka dikategorikan digital native yang diajari sebentar pasti langsung bisa, media pembelajaran sebisa mungkin yang paling lazim, familiar dan user friendly digunakan orang tuanya. Jadilah anak-anak saya memahami materi pelajaran dari guru-gurunya lewat Grup WA (GWA).
Apa saja yang diberikan guru-gurunya?
- flyer tentang suatu topik bahasan
- foto-foto pendukung materi
- voice note
- audio file
- video beserta instruksi yang harus dikerjakan siswa
- tambahan penjelasan melalui chat panjang di GWA
Lalu bagaimana dengan tugas ibunya dalam mendampingi anak belajar di rumah?
Nah, pada kondisi normal sebelum merebaknya wabah Covid-19 ini, biasanya saya dan suami bergantian menjadi pendamping anak-anak dalam mengerjakan PR-nya (sepertinya lebih banyak ibunya deh yang mendampingi, hehe).
Tips Mendampingi Anak Belajar di Rumah
Sesuai dengan tips dari pakar homeschooling Ira Puspitasari dan Aar Sumardiono, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam mendampingi anak belajar di rumah. Meskipun sepanjang pengetahuan saya, school from home dan homeschooling itu adalah dua hal yang berbeda. Tetapi saya setuju sekali dengan tips-tips berikut:
- Orang tua tidak sekadar memberi perintah pada anak; "Ayo, kerjakan nomor 1 sampai 5 sekarang ya!" seru ibu, lalu si ibu asyik dengan chit-chat teman seGWA-nya di samping anak. Jangan salahkan kalau anak demo tidak mau mencari sendiri jawabannya. Sebab lebih nyaman didengar jika ibu mengatakannya seperti ini."Eh ini yang nomor satu jawabannya yang ini, bukan ya, Dek? sembari ibu sibuk ikut membuka-buka halaman buku tematiknya. Dijamin, pasti anak akan bertambah semangat belajarnya.
- Belajar tidak terikat tempat, waktu dan orang pendampingnya; belajar di rumah bisa dilakukan kapan saja. Berbeda dengan di sekolah yang rinci jamnya. Belajar di rumah sepanjang hari. Selama anak tidak dalam keadaan lelah atau sakit. Belajar bersama ibu bisa dilakukan di dapur, mengenal sayuran, belajar menakar bahan kue, belajar pecahan saat membagi-bagi potongan daging, dan sebagainya. Apakah harus sama ibu dan ayah? Dengan kakak juga bisa. Bahkan putri sulung kami saya minta belajar cara mengepel lantai yang bersih dan kinclong sama Nek Ta, orang yang bantu-bantu di rumah.
- Jadilah orang tua fasilitator, motivator dan pemantik ide; hubungan anak dan orang tua tentunya lebih dekat dibandingkan anak dengan gurunya di sekolah. Ada ikatan emosional yang kuat dengan ibunya. Maka sebisa mungkin ayah dan ibu memfasilitasi belajar anak-anaknya, selain memenuhi kebutuhan belajar anak, juga menjalin komunikasi yang intens serta menjadi pemantik ide-ide kreatif untuk menggali potensi diri anak.
- buat kesepakatan (aturan main) dengan anak; Meski belajar bersama orang tuanya di rumah, bukan berarti anak bisa seenaknya memperlakukan waktu. Ada waktu serius, ada pula waktu santai. Jangan semua waktu dibikin serius atau malah sebaliknya seharian cuma santai-santai tak jelas. Sebaiknya buat kesepakatan.
- susun menu kegiatan harian; hal ini berkaitan dengan aturan main, jika sudah memiliki jadwal harian maka patuhi bersama-sama. tidak boleh dilanggar, agar semuanya berjalan dengan baik.
Tantangan Mendampingi Anak Belajar di Rumah
Tentunya mendampingi anak belajar di rumah mempunyai tantangan-tantangan tersendiri. Ingat, tantangan ya, bukan kesulitan. Demikian orang optimis menyebutnya. Apa saja tantangannya...
- Anak membanding-bandingkan ibu dengan gurunya, ibu dengan temannya, dan lain-lain. Hal ini wajar terjadi sebab selama ini anak sudah terbiasa berinteraksi dalam rangka belajar di sekolah dengan gurunya, bermain dengan teman-teman sekelasnya. Tidak apa-apa, lama kelamaan dengan pendekatan kasih sayang seorang ibu insyaallah anak akan bisa merasakan nikmatnya belajar didampingi ibunya sendiri.
Saat anak-anak bermain dengan teman-teman sekolahnya / Freepik |
2. Fasilitas internet harus prima. Bayangkan dalam sehari anak ditugasi membuat 2 sampai 3 video dan foto-foto oleh masing-masing guru mata pelajarannya. Jika sambungan internet di rumah tidak baik, maka anak akan kehilangan mood belajarnya dan khawatir guru tidak menerima hasil kerja anak. Ibu bisa meminta ayah mempersiapkan fasilitas ini sebaik-baiknya.
3. Bagi orang tua yang sampai saat ini tak kunjung WFH, dan tidak punya seseorang untuk mengawasi anak-anak yang ditinggalkan di rumah, peliburan sekolah ini malah menjadi problem. Solusinya minta tolong orang yang dipercaya untuk menengok mereka sampai orang tua pulang ke rumahnya.
4. Rentan terkena stress; pada sebagian orang tua mendampingi anak belajar bisa menjadi pemicu munculnya perasaan tertekan atau stress pada dirinya. Sebab belum lagi pekerjaan utamanya selesai, sudah harus membantu anak membuatkan video, misalnya. Di sinilah fungsi delegasi, menurut saya. Pekerjaan domestik kerumahtanggaan bisa diserahkan kepada orang yang khusus bekerja untuk itu semisal ART. Jadi ibu bisa fokus mendampingi anaknya belajar. Kalau tidak punya ART, mungkin bisa dibicarakan dengan kepala dingin bersama suami, mengenai pembagian tugas-tugasnya.
5. Berkurangnya waktu istirahat; hal ini dimaklumi sebab anak-anak membutuhkan pendampingan belajar ini-itu sehingga mau tidak mau, orang tua mengorbankan waktu istirahatnya. Sebaiknya tetap mencari waktu untuk rehat sejenak. Sehabis salat misalnya, tidur sebentar, atau sekadar merebahkan badan di kasur, sudah cukup membantu ibu menghilangkan penatnya.
Demikian sharing saya tentang mendampingi anak belajar di rumah selama masa PSBB. Semoga kita semua senantiasa diberikan kesehatan dan semangat dalam mendampingi anak belajar. Silakan bagi ceritamu di kolom komentar ya.
1.https://nasional.kompas.com/read/2020/04/13/09493201/ini-9-daerah-yang-tetapkan-status-psbb-setelah-disetujui-menkes?page=2
2. https://www.tagar.id/sumut-belum-perlu-terapkan-psbb-ini-penyebabnya
3.https://penaberperi.blogspot.com/2020/03/efek-anak-anak-belajar-di-rumah-membuat.html?showComment=1586681270479#c5530737026629385430
4. pengalaman pribadi
Kita semua merasakan banget ya mbak, adanya stres saat mendampingi anak belajar.
BalasHapusBiasanya anak saya belajar di bimbel kalo sekarang mak nya yg ndampingi.
Kadang bingung juga apalagi saya riweh sama bayik juga.
Hihi, sama... saya ada yang bungsu usia 2 tahunan. Jadilan bikin video PR rebutan perhatian ama kakaknya ^^
HapusMaunya sih anak dengan kesadarannya bisa mengerjakan tugas-tugas sendiri ya...tapi tetep deh harus ada ibunya. Jadilah si ibu sibuk luar biasa, apalagi saya juga ada si bungsu yang masih 23 bulan..hihi...butuh me time nih..
BalasHapusKita bs pegang hp udah kehitung me time juga sih sebenarnya, Mbak... Hehe
HapusSetuju banget, ngga seharusnya proses Belajar terkendala karena pandemic
BalasHapusSebetulnya problem utama nya adaptasi dan penyesuaian jadwal ya?
Iya nih udah sebulan juga mudah2an ortu dan anak terbiasa ya Ambu
HapusDalam keadaan seperti, belajar tetap harus diutamakan. Apalagi medianya dan adanya koneksi internet nggak lagi menjadi penghalang
BalasHapusHarus siap belajar di mana dan kapan pun yes
HapusBerdasarkan cerita teman2 yg hd guru dadakan, ada suka dukanya ya mba. Dan tak jarang juga jadi pemicu stres ortu. Semangaaaat semuanya ...
BalasHapusKl ibu ada yg bantuin di rumah gpp,, jd gak terbebani ke ibu semua
HapusDalam kondisi apapun belajar anak harus di utamakan tapi biar gak jenuh terkadang Aku buat game😊
BalasHapusBetul Mbak,, jangan sampe anak stress jg ya
HapusIya bahaya ya kak kalau anak-anak stress, itu bisa menurunkan imun mereka juga.
HapusKeliatannya seru juga ya mendamping anak belajar dari rumah walau tantangan dan dramanya pasti ada. Anak-anak saya sendiri belum sekolah jadi nggak tahu keseruannya.
BalasHapusWah bentar lagi deh kl sekolah, nikmat sekali,, hihi
HapusIya Mbak pasti kalau anak2 udah sekolah pasti rasanya beda ya. Kalau sekarang saya masih menikmati masa-masa mengasuh bayi hehe
HapusWah, Medan belum ya. Bandung Raya kemungkinan 22 April PSBB. Memang anak saat di rumah akan mencontoh ortunya dan juga kakaknya. Termasuk saat mengerjakan tugas sekolah. Kalau saya sih bagaimana membuat mood mereka selalu happy entah itu sambil makan snack, mendengarkan musik, dsb. Kalau jenuh pun setop dulu, tapi ga main gadget, diarahkan untuk bermain di taman, memelihara hewan peliharaan atau rebahan sejenak. Jadi ga bikin mata lelah hehe.. Nice info
BalasHapusSaya di awal merasa ga punya me time..duh, semua 24 jam di rumah, kwkw. Makin ke sini sudah bisa menyesuaikan jadwal. Apalagi yang perlu dibimbing hanya satu, si Adik kelas 5, kakaknya kelas 9 minggu ini kelar Ujian Sekolah. Sudah sering saya minta bantu ajarin adiknya..haha, jadi mengurangi tingkat stres mamak
BalasHapusBener sekali mbak mendampingi anak belajar cenderung memunculkan stress. Apalagi jika sudah dijelaskan masih gak paham-paham selain itu ada saja alasan saat disuruh belajar.
BalasHapusMakasih sharingnya nanti mau saya praktekkan....
Kalo awak jadinya kurang tidur kak..
BalasHapusKarena si nomer 3 belajar lebih mood mendekati waktu tidur .sementara emaknya udah ringkih di jam segitu. Pengen marah bawaannya.. hiksss
Makasih tipsnya kak, saya mengalami semuanya. Rentan stress betul sekali. Ya Allohhhh sabarkan, sabarkan, sabarkan❤️
BalasHapusTok kak.. berasa pengen download aplikasi peningkat kesabaran.. hahaha
HapusSemangat Mbak. Ini masanya dituntut untuk berjuang lebih lagi ya dalam membersamai anak-anak. Semoga para orangtua diberi kesabaran dalam mendapingi belajar anak-anaknya di rumah.
BalasHapusAnak-anak pasti gembira bisa belajar bareng orang tuanya.
Anak saya masih balita jadi belum ngerasain yang kayak gini. Tapi tipsnya bagus mbak, bisa jadi bekal saya kelak. Terima kasih 😊
BalasHapusTapi kalau aku pribadi ma nerapin waktu belajar pelajaran sekolah sih kakak. jadi anak-anak lebih gampang dan terbiasa, tak jarang malah minta belajar pada jam 8-10. Nah, kalau diluar itu kami tetap belajar pelajaran umum kayak ekperimen sains, membaca, dan lainnya..tapi ini waktunya fleksibel.
BalasHapusSaya gak ngitung lagi sudah berapa hari WfH. Senin besok Makassar efektif berlakukan PSBB. Hari ini Sulsel tertinggi kelima "perolehannya".
BalasHapusBTW, saya suka metode belajar anak Mbak Mia, gak makan kuota ya.
Menurutku tantangan terbesar adalah mengelola stres anak balita karena anak saya belum bisa menyampaikan maksudnya. Berbeda dengan kakaknya kelas 3 SD yang sudah bisa menyampaikan emosi anak saya yang TK muma rewel aja. heheh
BalasHapusDalam setiap kejadian akan selalu ada hikmahnya, adanya pandemi Covid-19 ini bisa mendekatkan orangtua dengan anak-anaknya, terutama dalam menemani belajar, dan tentunya ketika anak-anak membandingkan antara orang tua dan guru, akhirnya semoga menjadi sebuah kesadaran dari orang tua, mengajar itu tidak semudah yg dibayangkan tapi juga tidak sesulit yang dialami. Tetap strong buat ibu-ibu yang merasakan rewelnya anak
BalasHapusselama 40 hari ini memang terasa sekali ya, Mbak Mia. Dan khusus bagi anak-anak, pastinya sudah ada kejenuhan juga, apalagi tugas sekolah sangat banyak dan terkadang ribet. jadi memang orang tua harus mencari cara, agar anak-anak terus semangat belajar di rumah.
BalasHapusGak cuma kreatif ya mb, kita di rumah saat mendampingi anak-anak harus tetap waspada juga sama orang yang sesekali datang ke rumah. Sedang pandemi gini bawaannya parnoan hiks semoga segera berlalu
BalasHapusSebelum PSBB bahkan di wilayahku sudah banyak yang diliburkan, kak. Sudah sebulan lebih tapi masih belum ada perubahan. Semoga saja hari ini bisa tampak perubahan yang baik. Soalnya anak anak udah kangen sekolah
BalasHapusMbak Mia merangkum semua kesah saya. Wkwkwk
BalasHapusSelama ini saya terbantu sekali krn anak sekolah. makanya, seabsurd apapun kebijakan sekolah, saya diam saja. Saat anak dibully pun saya hanya ajarkan anak caranya. Tidak menyalahkan sekolah.
Karena saya tahu itu tidak mudah.
Latihan tes dan pra UN, itu yang saya hadapi tiap hari, untuk si sulung dan si tengah. Kelas 6 dan 9.
Ampuuuun....
WKwkwkwk Curhat, saya.
Aku termasuk sebel nih belajar di rumah, secara uang sekolah 2 anakku tetap 😫 dan akupun paling malas mengajarkan anak belajar, ga sabaran. Duh semoga segera berakhir pandemi corona ini 😞
BalasHapusBener banget banyak tantangannya belajar di rumah, internet harus kenceng dah gitu kita nya juga harus sabar sih dampinginnya.
BalasHapusNah iya bener kak, keluhan hampir sebagian besar ibu2 dampingi anaknya belajar saat wfh bikin stress sendiri ya ..krna tugas dari sekulah nya kyk lari maraton ga slesai2 mana klo ga didampingi si anak ga bisa buat sendiri ..semangat ya kak..
BalasHapusSaya pengennya kegiatan si sulung, satu2nya anak yang sudah SD terjadwal.
BalasHapusTapi kurang jalan jadwalnya.
memang sehari itu pasti ada tugas yang kita selesaikan.
tapi kok ya rasanya ndak maksima;.
namun demikian, saya ndak stress Alhamdulillah. Mengalir sajalah.
cuma fenomena PR dan tugas anak menumpuk terjadi di rumah kami
#inhale #exhale
Semangat ya mba mendampingi putra putrinya belajar dari rumah...
BalasHapusWaktu untuk mendampingi anak belajar di rumah bagi ibu tumah tangga biasa dengan yang beroleh tambahan sebagai pekerja di luar rumah pasti lebih berat. Saya yang habis dari kecamatan untuk belanja ke pasar saja pulangnya merasa lelah teramat sangat karena pengaruh jarak yang harus ditempuh dengan ojek dan kegiatan belanjanya.
BalasHapusMbak Mia yang harus mengajar pasti lebih berat lagi, menghadapi banyak mahasiswa dan sederet tugas lainnya. Semoga saja pandemi ini lekas berlalu.
Saya juga sibuk di rumah dengan tugas tambahan untuk bantu anak belajar selain urus jagung yang dipanen dan Indonesia Saling Follow, tetapi berupaya senang karena sistem belajarnya lebih fleksibel. Guru memberi tugas lewat WA dengan cara yang mudah bagi semua. Tidak pakai teknologi canggih karena takutnya akan membebani.
Wah sama mbak, sebagai mahasiswa berbagai macam metode dicoba satu-satu sama dosen wkwkwkwk, lumayan puyeng sih semua serba dadakan, ya dijalani aja sih intinya mbak hehehe
BalasHapusJadi orang tua fasilitator selama masa school from home ini memang ujian juga buat orang tua. Tapi sesungguhnya guru dan orang tua sama sama repot ya mba. Teman saya yg guru juga pusing itu nyiapin bahan. Belum lagi kalo gurunya juga punya anak yg sekolah. Hahaha. Dobel deh rempongnya.
BalasHapusUh sebel nih belajar di rumah ini, mana SPP tetap pula, maklum 2 anak sekaligus sekolah, jd berasa bgt. Mana ga sabaran pula aku ngajarinnya 🙈 jd curhat nih aku
BalasHapusTarik nafas, hembuskan lalu minum segelas juice biar adem pikirannya ya kak mia wkwkwk.
BalasHapusDimana-mana nih teman-teman ngaku stress waktu mendampingi belajar anaknya. Padahal itu sebenarnya moment langka yang harus dijaga agar qnak-anak merasa nyaman selama proses belajar dirumah ya
Kalo dirumah, biasanya untuk yang gede-gede saya siapin limit waktu kak Mia. Jadi mereka sudah belajar meng-arrange schedule dan kebutuhan didampingi. Untuk yang adik2, biasanya saya bergantian dengan suami. Dan biasanya kalo saya udah mulai stag karena kefikiran harus menyelesaikan agenda domestik, suami masuk menggantikan. Hehe, inpal
BalasHapuskarena mama papa ku masih kerja, jadi aku yang dampingin adek adek ku selama wfh.. tugasnya beragam sampe bikin youtube :D
BalasHapusSejak ada sosial distancing ini jadi sedikit tau ttg media pembelajaran lewat internet, jadi banyak membantu anak belajar ya kak
BalasHapusBagus tips nya kak, kalau kami sendiri anak-anak ssudah lama homeschooling jadi gak gitu pengaruh kali dengan PSBB ini
BalasHapusBagi mamak yg kerja lalu WFH trus ada ank sekolah 3, ini jd tantangan sendiri yaaa
BalasHapusSpt kawanku, ampun2 dia haha
Tips nya ok kak, bisa di terapkan ini hehe
semangat kak miaa! pengalaman, hp mmk dipake adek buat kerjain tugas, mmk harus ngirim tugas jg ke anak muridnya, alhasil hp ngheng, jd hp awaklah yg berkorban, dimasukkan ke grup anak SD wkwk
BalasHapushihi memang banyak suka dukanya ya kalau anak-anak belajar di rumah. tapi orangtuanya jadi belajar lagi ya mau enggak mau untuk mendampingi anak-anaknya. semangat terus mba semoga anak-anaknya dipermudah belajarnya selama pandemi ini.
BalasHapusSaat anak mulai membanding-bandingkan ibu mereka dengan guru dan teman kayaknya bikin gemas ya Mbak. Jadi saya pernah dapat cerita ada ibu yang malah diatur-atur anaknya saat anak-anak sekolah dari rumah. Maklum anak-anaknya cowok dan masih SD.
BalasHapuskarena saya belum punya anak, jadi saya semangatin aja ya mba, semoga tetap sabar dan semangat ya mba
BalasHapusChayo!
Tantangannya besar sekali ya, apalagi jika anak masih kecil. Pemikiran mereka namanya di rumah berarti libur... Emak-emak mesti strong, mari semangat kak dan tahan uji kesabaran
BalasHapusProblem krusial di rumah kami saat WFH adalah jaringan internet yang tidak stabil. Untung pas si sulung ujian akhir sekolah, jaringan internetnya pas lancar jaya. Eh, giliran saya ada kelas online dan rapat, sinyal bermasalah. Di situ saya merasa ngenees..
BalasHapusberhubung aku belum punya anak jadi aku tidak tau bagai mana suka dukanya mendampingi anak belajar di rumah, semoga tips ini berguna buat aku kelak. semangat ya
BalasHapusKebayang yang anaknya lebih dari satu huhu, stay strong ya kak 👌
BalasHapus