Cara Nabi Mendidik Anak Perempuan
Wujud bukunya / dokpri |
Judul: Prophetic Parenting For Girls dengan judul besar Cara Nabi Muhammad SAW Mendidik Anak Perempuan
Penulis: Misran Jusan, Lc, M.A dan Armansyah, Lc., MH. Nama terakhir dulu pernah menjadi teman sekantor suami (sebelum dimutasi), beliau hakim di pengadilan agama. Kedua penulis merupakan sama-sama lulusan Universitas Al Azhar, Mesir.
Penerbit: Pro-U Media, Yogyakarta
Tebal halaman: 323 temasuk daftar pustaka dan profil penulis.
Harga buku: Rp. 56.000,-
***
Parenting islami menjadi tren di zaman sekarang ini. Salah satu sebabnya adalah bukti yang bersliweran di depan mata kita, bahwa cara-cara pengasuhan yang tidak utuh-komprehensif sebagaimana yang ada di dalam prophetic parenting, ternyata gatot alias gagal total.
Maraknya kenakalan remaja, tawuran, penyalahgunaan narkoba, miras, seks bebas, tingginya angka kehamilan di luar nikah, aborsi, bahkan bunuh diri pada remaja.
Semuanya menyampaikan pesan bahwa amat sangat penting untuk serius mendidik anak-anak, baik anak laki-laki, maupun anak perempuan.
Buku ini dimulai dengan pertanyaan mengapa putri kita harus dididik? Penulis menjawabnya dari dua perspektif, yaitu dari cara pandang orang tua yang memiliki anak perempuan, dan dari PoV-nya si anak itu sendiri.
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa diuji dengan anak-anak perempuan, lalu dia memberi asuhan yang baik kepada mereka, maka anak-anak perempuan itu akan menjadi penghalang antara dirinya dari api neraka." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari perspektif orang tua, alasan kenapa anak-anak perempuan kita mestilah dididik dengan baik adalah:
1. Bagian dari kewajiban
Banyak orang tua terkungkung paradigma kewajiban-kewajiban duniawi. Bahwa mendidik anak perempuannya hanya sebatas memenuhi tempat tinggal yang layak, pakaian yang bagus, makanan yang bergizi dan sekolah yang mahal.
Jika isi kepala masih didominasi hal-hal seperti ini sulit untuk berkomitmen mendidik anak dengan baik. Padahal yang jauh lebih bernilai daripada semua itu adalah pengajaran norma-norma keislaman sebagai upaya orang tua menjaga anak-anak perempuannya.
Jika isi kepala masih didominasi hal-hal seperti ini sulit untuk berkomitmen mendidik anak dengan baik. Padahal yang jauh lebih bernilai daripada semua itu adalah pengajaran norma-norma keislaman sebagai upaya orang tua menjaga anak-anak perempuannya.
2. Pendidikan anak adalah wujud cinta kepada Allah SWT
Anak adalah titipan yang diberikan Allah kepada kita. Dengan menyayangi dan mengasihi titipan-Nya sepenuh hati, mendidiknya dengan baik, itulah wujud cinta seorang manusia kepada Tuhannya.
Kelak semua pengajaran yang ditanamkan ke anak, akan menjadi pedoman bertindak untuknya di masa depan. Ia pun akan cinta pada Rabb-nya.
Kelak semua pengajaran yang ditanamkan ke anak, akan menjadi pedoman bertindak untuknya di masa depan. Ia pun akan cinta pada Rabb-nya.
3. Harapan terbaik
Semua orang yang menyandang predikat sebagai orang tua pastilah mempunya harapan terbaik agar memperoleh keturunan yang saleh.
Sekelas nabi sendiri pun (Nabi Ibrahim AS dan Nabi Zakaria AS) tetap berusaha dan berdoa supaya diberi anak yang baik.
Sekelas nabi sendiri pun (Nabi Ibrahim AS dan Nabi Zakaria AS) tetap berusaha dan berdoa supaya diberi anak yang baik.
Rabbi habli minash shaalihiin "Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku anak-anak yang saleh" (QS. Ash Shaffat: 100)
4. Penyejuk hati
Anak yang bagaimanakah yang dikatakan penyejuk hati (qurratu a'yun)? Anak yang membuat kita senang melihatnya. Tidak hanya dengan yang tampak oleh mata berupa kelincahan, keceriaan, kepintaran, namun juga yang dirasakan oleh hati.
Budi pekerti yang mulia, sopan santun, tutur kata yang baik, semua itulah yang menyejukkan hati orang tua. Memberikan kepuasan dan kebahagiaan batin luar biasa yang tak tergambarkan bagi ayah dan bunda.
Budi pekerti yang mulia, sopan santun, tutur kata yang baik, semua itulah yang menyejukkan hati orang tua. Memberikan kepuasan dan kebahagiaan batin luar biasa yang tak tergambarkan bagi ayah dan bunda.
5. Dambaan dan harapan orang tua
Orang tua yang sukses adalah orang tua yang mampu membuat anak-anaknya beriman kepada Allah SWT, mengenal dengan baik para nabinya, senantiasa mencintai kitab suci dan ber-akhlaqul karimah. Itulah dambaan dan harapan orang tua.
6. Agar orang tua tak rugi
Sebenarnya mendidik anak bukanlah soal untung-rugi. Mungkin yang dimaksudkan dalam buku ini agar orang tua tak rugi, kelak di akhirat banyak orang tua yang terjerumus masuk neraka karena gagal mendidik anak perempuannya. Kerap kita saksikan di TV ada orang tua yang ditelantarkan anaknya di usia senja.
Terlepas dari berbagai macam faktor, ada dua kerugian orang tua jika tidak mendidik anak perempuannya sebaik-baiknya. (1) menjadi penyebab orang tua masuk neraka, (2). tidak mendapatkan bakti dari anak saat ia tua renta.
Sebagai orang timur, tidak dimungkiri orang tua masih mengharapkan agar di masa-masa ia menjadi lansia, anak-anaknya khususnya anak perempuan tetap mencurahkan kasih sayangnya untuk orang tua.
Sebagai orang timur, tidak dimungkiri orang tua masih mengharapkan agar di masa-masa ia menjadi lansia, anak-anaknya khususnya anak perempuan tetap mencurahkan kasih sayangnya untuk orang tua.
Menurut saya, masuk neraka pada poin nomor satu bisa diperluas maknanya menjadi neraka dunia. Orang tua yang mengalami neraka sebelum neraka sebenarnya.
Dicueki anak-anak, dibiarkan jadi pengemis di jalanan, bahkan ada yang meninggal berhari-hari tanpa sepengetahuan anak-anaknya.
Dicueki anak-anak, dibiarkan jadi pengemis di jalanan, bahkan ada yang meninggal berhari-hari tanpa sepengetahuan anak-anaknya.
Liputan6 |
7. Alasan masuk surga
Sudah banyak kita baca literatur tentang janji Allah, bahwa dengan kesalehannya, anak menjadi penyebab orang tuanya masuk ke dalam surga kelak di hari akhir.
Ingat cerita Muthi'ah? Istri yang sangat patuh pada suaminya. Ayahnya sakit dan suami berpesan agar tidak keluar rumah (suaminya gak tahu kalau sang ayah sakit parah dan zaman itu belum ada alat komunikasi).
Hingga ayahnya dimakamkan, ia memegang teguh perintah suaminya meski sangat bersedih. Rasulullah SAW pun menyampaikan kabar gembira bahwa Allah SWT berfirman sang ayah diganjar surga sebab ketaatan putrinya.
Ingat cerita Muthi'ah? Istri yang sangat patuh pada suaminya. Ayahnya sakit dan suami berpesan agar tidak keluar rumah (suaminya gak tahu kalau sang ayah sakit parah dan zaman itu belum ada alat komunikasi).
Hingga ayahnya dimakamkan, ia memegang teguh perintah suaminya meski sangat bersedih. Rasulullah SAW pun menyampaikan kabar gembira bahwa Allah SWT berfirman sang ayah diganjar surga sebab ketaatan putrinya.
Poin 1 sampai 7 tadi perspektif orang tua, lalu bagaimana dengan perspektif si anak perempuan, apa kira-kira alasannya sehingga ia membutuhkan pendidikan cara nabi dari orang tuanya?
1. Sumber daya umat
Di zaman modern ini tidak ada lagi diskriminasi gender antara perempuan dan laki-laki. Anak perempuan yang mendapatkan pendidikan yang baik, nantinya bisa berkiprah di berbagai bidang. Menjadi dokter kandungan, hakim, pejabat di pemerintahan, ilmuwan bahkan astronot.
Menurut saya, perempuan yang tidak bekerja di sektor publik pun tetaplah sumber daya umat yang potensial. Dengan kompetensi yang baik diharapkan ia bisa lebih fokus mendidik anak-anak dengan tangannya sendiri. Dengan model pengasuhan terbaik yang sering saya sebut pengasuhan kelas satu, VVIP, langsung dari tangan ibunya sendiri.
2. Hak memperoleh pendidikan
Tidak hanya anak laki-laki, anak perempuan pun memiliki hak yang sama, memperoleh pendidikan setinggi-tingginya. Sebab dalam Islam sendiri, wajib hukumnya menuntut ilmu.
3. Peran sentralnya kelak dalam keluarga
Anak perempuan harus disiapkan sebaik-baiknya. Ketika ia kelak berumah tangga, di tangannyalah peran sentral keluarga.
Ibu sebagai manajer keluarga, merangkap profesi yang banyak sekali, selain sebagai ratu rumah tangga, ibu juga sebagai guru les terbaik bagi anak-anaknya.
Koki, bendahara dan akuntan keluarga, "dewan pertimbangan agung-nya" pak suami, bahkan saya sendiri kadang merangkap driver anak-anak, mengantar-jemput dari dan ke sekolah jika kendaraan jemputan anak berhalangan hadir.
Ibu sebagai manajer keluarga, merangkap profesi yang banyak sekali, selain sebagai ratu rumah tangga, ibu juga sebagai guru les terbaik bagi anak-anaknya.
Koki, bendahara dan akuntan keluarga, "dewan pertimbangan agung-nya" pak suami, bahkan saya sendiri kadang merangkap driver anak-anak, mengantar-jemput dari dan ke sekolah jika kendaraan jemputan anak berhalangan hadir.
4. Mereka adalah calon pendidik (ibu)
Ibu adalah madrasah, bila engkau persiapkan dengan baik, maka engkau tengah mempersiapkan sebuah bangsa yang bermartabat.
Sukses mendidik anak perempuan merupakan sukses yang multi-effects, punya efek berantai, sebab akan berpengaruh pada generasi selanjutnya terus di bawah kita.
Anak perempuan kita baik, maka insyaallah ia pun akan menghasilkan anak-anak yang baik. Lalu demikian seterusnya cucu-cucu kita akan berusaha pula mendidik anak-anaknya dengan baik.
Anak perempuan kita baik, maka insyaallah ia pun akan menghasilkan anak-anak yang baik. Lalu demikian seterusnya cucu-cucu kita akan berusaha pula mendidik anak-anaknya dengan baik.
5. Calon istri
Seorang anak perempuan nantinya akan bertemu dengan jodohnya, dan menjadi istri seseorang. Diharapkan laki-laki yang mempersuntingnya kelak adalah orang yang sekufu kebaikannya.
Untuk memperoleh lelaki yang saleh maka kuncinya anak perempuan kita mestilah salehah juga. Sebab biasanya jodoh itu cerminan diri.
Untuk memperoleh lelaki yang saleh maka kuncinya anak perempuan kita mestilah salehah juga. Sebab biasanya jodoh itu cerminan diri.
Tips parenting ala nabi, 7 kriteria yang harus dimiliki orang tua:
1. Ikhlas
2. Ilmu
3. Kasih sayang
4. Sabar
5. Teladan
6. Adil
7. Pemaaf
Fase-fase parenting
Islam memberikan tuntunan bahwa mendidik anak itu bukanlah dimulai dari lahirnya si anak. Namun jauh sebelum itu adalah dari mencari calon ibu yang baik bagi anak.
Maka salah satu ikhtiar mendapatkan anak yang saleh-salehah adalah ia lahir dari rahim perempuan yang salehah pula.
Menurut saya hal ini berlaku pula bagi perempuan dalam memilih calon ayah yang baik bagi anaknya kelak. Bukankah benih anak-anak yang baik berasal dari ayah yang baik pula.
Maka ayah dan ibu yang baik insyaallah akan menghasilkan keturunan yang baik-baik pula. Mungkin inilah sebabnya orang tua kita dahulu sangat selektif menetapkan standar calon menantu.
Sangat diperhatikan bibit, bobot dan bebetnya. Namun sayangnya, sebagian masyarakat kita salah kaprah. Hanya memprioritaskan unsur materialistisnya saja. Sementara faktor kesalehan si calon kurang diutamakan.
Jadilah anak perempuannya menjadi istri horang kayah namun jauh dari agama. Lebih ideal lagi kalau dunia-akhiratnya dapat. Anak perempuan kita dilamar oleh pria tampan, mapan, dan beriman, hehe.
Islam memberikan tuntunan bahwa mendidik anak itu bukanlah dimulai dari lahirnya si anak. Namun jauh sebelum itu adalah dari mencari calon ibu yang baik bagi anak.
Maka salah satu ikhtiar mendapatkan anak yang saleh-salehah adalah ia lahir dari rahim perempuan yang salehah pula.
Menurut saya hal ini berlaku pula bagi perempuan dalam memilih calon ayah yang baik bagi anaknya kelak. Bukankah benih anak-anak yang baik berasal dari ayah yang baik pula.
Maka ayah dan ibu yang baik insyaallah akan menghasilkan keturunan yang baik-baik pula. Mungkin inilah sebabnya orang tua kita dahulu sangat selektif menetapkan standar calon menantu.
Sangat diperhatikan bibit, bobot dan bebetnya. Namun sayangnya, sebagian masyarakat kita salah kaprah. Hanya memprioritaskan unsur materialistisnya saja. Sementara faktor kesalehan si calon kurang diutamakan.
Jadilah anak perempuannya menjadi istri horang kayah namun jauh dari agama. Lebih ideal lagi kalau dunia-akhiratnya dapat. Anak perempuan kita dilamar oleh pria tampan, mapan, dan beriman, hehe.
1. Fase kelahiran
Saat ananda lahir ke dunia ini, sebelum dan proses kelahirannya mestilah diiiringi dengan doa. Agar lancar dan selamat. Dalam Islam malah saat akan "membuat" anak pun mesti berdoa, agar nantinya lahir anak-anak yang saleh.
Setelah anak lahir, dianjurkan bersyukur, azan dan iqamah (sesuai jenis kelamin), menempelkan kurma ke langit-langit, menyebarkan berita bahagia dan melantunkan doa selamat.
Secara hukum, implikasi kelahiran adalah timbulnya hak dan kewajiban anak, ia mulai terhitung sebagai subjek hukum. Contohnya hak warisan dan kewajiban zakat fitrah.
Setelah anak lahir, dianjurkan bersyukur, azan dan iqamah (sesuai jenis kelamin), menempelkan kurma ke langit-langit, menyebarkan berita bahagia dan melantunkan doa selamat.
Secara hukum, implikasi kelahiran adalah timbulnya hak dan kewajiban anak, ia mulai terhitung sebagai subjek hukum. Contohnya hak warisan dan kewajiban zakat fitrah.
2. Fase 7 hari
Saat anak berusia tujuh hari ada beberapa hal yang perlu dilakukan orang tuanya, antara lain:
a. memberikan nama terbaik
b. mencukur rambut
c. aqiqah
d. khitan
3. Fase hingga 2 tahun
Ayah dan ibu memiliki kewajiban untuk menyusui bayi, menindik dan memasang anting, menyapih, berbagi peran, mengasuh, mencukupkan nafkah.
Beberapa tahun lalu ngehits tentang breastfeeding dad, ayah yang mendukung ibu menyusui. Saat ibu menyusui buah hati, ayah memijat bahu, punggung dan pinggang ibu.
Hal ini dimaksudkan untuk memperlancar ASI, memberikan rasa nyaman dan menghilangkam kelelahan yang biasa diderita ibu menyusui. Ayah juga berjuang menyediakan aneka makanan bergizi bagi ibu.
Beberapa tahun lalu ngehits tentang breastfeeding dad, ayah yang mendukung ibu menyusui. Saat ibu menyusui buah hati, ayah memijat bahu, punggung dan pinggang ibu.
Hal ini dimaksudkan untuk memperlancar ASI, memberikan rasa nyaman dan menghilangkam kelelahan yang biasa diderita ibu menyusui. Ayah juga berjuang menyediakan aneka makanan bergizi bagi ibu.
4. Fase 2 tahun hingga usia balita
Menurut ahli tumbuh kembang, anak usia dua tahunan hingga lima tahun sedang berada pada periode emas. Maka baik sekali membangun hubungan emosional dengan anak melalui aktivitas-aktivitas yang:
1. menunjukkan kasih sayang
2. menghargai anak
3. memotivasi anak
5. Fase 5-9 tahun
Fase ini disebut fase takwin atau fase pembentukan. Kalau fase sebelumnya lebih banyak mengedepankan penguatan sisi emosional orang tua dan anak, di fase ini saatnya menanamkan nilai-nilai yang diinginkan pada anak, antara lain:
Mematrikan akidah:
1. penanaman tauhid
2. pengenalan konsep halal-haram
3. penanaman cinta Rasul
4. penanaman cinta keluarga Nabi
5. mengajarkan hadits Rasulullah
6. penanaman cinta Alquran
7. mempertahankan akidah
Membiasakan Ibadah:
1. membangun kebiasaan shalat. Mengajarkan shalat ada tahapannya, tidak bisa secara instan.
Ada 3 tahap dalam membiasakan anak untuk mau melaksanakan shalat. (a). Tahap pertama: mengenalkan shalat; (b). Tahap kedua: mengajarkan shalat dengan benar; (c). Tahap ketiga: mulai memberikan sanksi kalau bolos shalat.
Di setiap tahap ini orang tua harus hadir sebagai pengajar, sebagai teladan., Tidak bisa hanya menyuruh-nyuruh saja tetapi ayah atau ibunya tidak menunaikan shalat.
Ada 3 tahap dalam membiasakan anak untuk mau melaksanakan shalat. (a). Tahap pertama: mengenalkan shalat; (b). Tahap kedua: mengajarkan shalat dengan benar; (c). Tahap ketiga: mulai memberikan sanksi kalau bolos shalat.
Di setiap tahap ini orang tua harus hadir sebagai pengajar, sebagai teladan., Tidak bisa hanya menyuruh-nyuruh saja tetapi ayah atau ibunya tidak menunaikan shalat.
2. melatih anak puasa. Sedari dini anak perempuan sebaiknya diajarkan berpuasa, baik puasa wajib maupun puasa sunnah.
3. mengajak berhaji, disesuaikan dengan kemampuan orang tua. Namun anak tetap dikenalkan dengan perintah melaksanakan haji ke baitullah.
4. mengajak berzakat/bersedekah
5. membiasakan membaca Alquran
Menanamkan Akhlak
1. melatih kejujuran
2. melatih amanah
3. melatih menjaga rahasia
4. melatih beretika
Melatih mental dan jiwa sosial
1. mengikis mental negatif
2. memupuk mental positif
3. mencarikan lingkungan yang baik
Menempa intelektualitas
1. memperhatikan (calon) guru
2. belajar Alquran
3. belajar baca-tulis
4. belajar berhitung
5. pengetahuan agama dasar
6. budaya dan kejayaan Islam
7. menjauhkan anak dari TV dan gawai, atau membuat aturan penggunaannya.
8. menggali minat, bakat dan spesialisasi sejak dini
9. mengajarkan keterampilan
10. mengatur dan mengelola waktu
Melatih fisik dan menjaga kesehatan
1. membiasakan hidup sehat
2. beristirahat yang cukup
3. jika sakit segera berobat
6. Fase haid
Pentingnya pengetahuan tentang fikih haid dimiliki oleh anak perempuan kita. Tugas orang tua membantu anak untuk mengakses informasi mengenai hal tersebut.
Bisa melalui pelajaran di sekolah, namun sebaiknya konfirmasi, bila dirasa belum memadai, maka ayah dan ibu wajib mengajarkannya.
Sebab haid adalah tanda kedewasaan. Yang membedakan putri kita masih anak-anak atau sudah dewasa, terkait dengan kewajiban-kewajiban. Dengan datangnya haid maka terbuka pula peluang kehamilan.
Maka membekali anak dengan do and don't dalam pergaulannya dengan lawan jenis, sangat dibutuhkan.
Menurut saya, jangan serahkan anak bulat-bulat pada search engine. Usahakan anak tahu informasi sensitif mengenai tubuhnya dari sang ibunda.
Bisa melalui pelajaran di sekolah, namun sebaiknya konfirmasi, bila dirasa belum memadai, maka ayah dan ibu wajib mengajarkannya.
Sebab haid adalah tanda kedewasaan. Yang membedakan putri kita masih anak-anak atau sudah dewasa, terkait dengan kewajiban-kewajiban. Dengan datangnya haid maka terbuka pula peluang kehamilan.
Maka membekali anak dengan do and don't dalam pergaulannya dengan lawan jenis, sangat dibutuhkan.
Menurut saya, jangan serahkan anak bulat-bulat pada search engine. Usahakan anak tahu informasi sensitif mengenai tubuhnya dari sang ibunda.
Aspek-aspek pendidikan fase haid yang harus ditransfer orang tua pada anak:
1. aspek khusus pertama: fisiologi haid dan dampak hukum
2. aspek khusus kedua: aurat, jilbab, dan hijab
3. aspek sosial
4. aspek mental
5. aspek intelektual
7. Fase Pranikah
Pendidikan pranikah, prinsip-prinsipnya:
1. anak memahami kriteria calon suami yang sesuai tuntunan Rasulullah SAW.
2. setelah paham krieria, anak bisa memilih pasangan yang saleh melalui perantaraan orang yang juga diketahui kesalehannya semisal guru, kerabat, sahabat dan orang tua sendiri.
3. pasangan serasi dan sekufu, dalam hal ini boleh sepadan dari segi harta-benda, keturunan, fisik, namun sangat ditekankan untuk menomorsatukan agamanya.
4. saling kenal sebelum menikah bisa dilakukan dengan dua cara, ta'aruf (saling mengenal) dan nazhor (saling melihat) ta'aruf bukan pacaran. Ta'aruf tidak menolerir kontak fisik, berkhalwat berduaan di tempat sepi apalagi sampai berzina.
Diperbolehkan saling mengetahui latar belakang masing-masing calon, visi misinya dalam berkeluarga, yang hal ini dengan perkembangan teknologi informasi bisa diperoleh di dunia maya. Saling melihat dilakukan di tempat terbuka yang ada orang lain juga di sana sebagai perantara.
5. Jika anak tidak suka, sebaiknya orang tua pun tidak memaksakannya.
Diperbolehkan saling mengetahui latar belakang masing-masing calon, visi misinya dalam berkeluarga, yang hal ini dengan perkembangan teknologi informasi bisa diperoleh di dunia maya. Saling melihat dilakukan di tempat terbuka yang ada orang lain juga di sana sebagai perantara.
5. Jika anak tidak suka, sebaiknya orang tua pun tidak memaksakannya.
8. Fase Pascanikah
Sebenarnya di bukunya sendiri hanya mencukupkan pendidikan anak perempuan itu sebatas fase pranikah. Mungkin hal ini maksudnya, setelah menikah, telah terjadi ijab-qabul antara ayah sang anak perempuan dengan lelaki yang menjadi suaminya.
Sehingga berpindah pula tugas, kewajiban dan tanggung jawab ayahanda kepada sang suami. Suaminyalah yang melanjutkan pendidikan istrinya.
Telah menjadi tugas suami membina dan mendidik istrinya agar senantiasa taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Sehingga berpindah pula tugas, kewajiban dan tanggung jawab ayahanda kepada sang suami. Suaminyalah yang melanjutkan pendidikan istrinya.
Telah menjadi tugas suami membina dan mendidik istrinya agar senantiasa taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Peran domestik (rumah tangga)
1. jihad ibu di dalam rumah tangganya
2. berbakti dan menjaga hak-hak suami
3. jauh dari sikap durhaka
4. santun berbicara
5. pandai menjaga diri
6. mendukung suami mencari nafkah yang halal
7. mendukung suami dalam kebaikan
8. pandai mengontrol rasa cemburu
9. telaten mengasuh dan mendidik anak
Ibu adalah taman, tempat berseminya kehidupan. Tanamannya akan tumbuh subur bila kau sirami dengan baik.
Ibu adalah mahaguru yang pertama. Jasanya akan tetap abadi membentang di cakrawala. (Hafiz Ibrahim, penyair Mesir)
Menurut saya buku ini sebaiknya dimiliki para orang tua yang ingin mendidik anak perempuannya dengan mengikuti cara-cara nabi.
Sebab dari awal sampai akhir berisikan tuntunan berupa ayat Alquran, hadits nabi dan cerita-cerita inspiratif dari orang-orang saleh di zaman Rasulullah SAW. Buku ini sangat kaya referensi. Kita jadi bisa mendapatkan kalimat, pernyataan, quote, langsung dari pangkal ilmunya.
Bukan semata teori parenting, tetapi telah kita ketahui bersama hasil didikan ibunya Imam Syafi'i, Uwais Al Qarni, Mus'ab bin Umair serta sederet ilmuwan dan sahabat nabi yang berkualitas kadar keimanannya. Karena memiliki sosok ibu yang salehah.
Buku sejenis sebenarnya sudah ada beberapa, namun masih merupakan terjemahan dari bahasa Arab, misalnya Tarbiyatul Awlad karya Dr. Abdullah Nashih Ulwan.
Sebagai orang Indonesia, sepantasnyalah kita berbangga sebab ada dua orang anak bangsa yang bisa mengarang buku bermutu seperti ini. Lebih tepatnya menurut saya, laksana kamus mendidik anak bagi keluarga Indonesia.
Hanya saja ada beberapa sub judul yang menurut saya tumpang tindih dengan sub judul lainnya. Baiknya dipadatkan saja. Mungkin kalau berkesempatan berdiskusi dengan para penulisnya bisa lebih mengetahui alasan dibuat sedemikian rupa.
Demikian review buku Cara Nabi Mendidik Anak Perempuan, mudah-mudahan tulisan ini bisa membantu kita semua dalam membesarkan anak-anak khususnya anak perempuan sesuai dengan tuntunan yang diajarkan Rasulullah SAW.
Dari 5 bintang, saya vote 5. Recommended!
5/5
Sebab dari awal sampai akhir berisikan tuntunan berupa ayat Alquran, hadits nabi dan cerita-cerita inspiratif dari orang-orang saleh di zaman Rasulullah SAW. Buku ini sangat kaya referensi. Kita jadi bisa mendapatkan kalimat, pernyataan, quote, langsung dari pangkal ilmunya.
Bukan semata teori parenting, tetapi telah kita ketahui bersama hasil didikan ibunya Imam Syafi'i, Uwais Al Qarni, Mus'ab bin Umair serta sederet ilmuwan dan sahabat nabi yang berkualitas kadar keimanannya. Karena memiliki sosok ibu yang salehah.
Buku sejenis sebenarnya sudah ada beberapa, namun masih merupakan terjemahan dari bahasa Arab, misalnya Tarbiyatul Awlad karya Dr. Abdullah Nashih Ulwan.
Sebagai orang Indonesia, sepantasnyalah kita berbangga sebab ada dua orang anak bangsa yang bisa mengarang buku bermutu seperti ini. Lebih tepatnya menurut saya, laksana kamus mendidik anak bagi keluarga Indonesia.
Hanya saja ada beberapa sub judul yang menurut saya tumpang tindih dengan sub judul lainnya. Baiknya dipadatkan saja. Mungkin kalau berkesempatan berdiskusi dengan para penulisnya bisa lebih mengetahui alasan dibuat sedemikian rupa.
Demikian review buku Cara Nabi Mendidik Anak Perempuan, mudah-mudahan tulisan ini bisa membantu kita semua dalam membesarkan anak-anak khususnya anak perempuan sesuai dengan tuntunan yang diajarkan Rasulullah SAW.
Dari 5 bintang, saya vote 5. Recommended!
5/5
***
Duh lengkap sekali Mba Mia. Makin terasa berat ketika dibaca. Memang benar jadi orang tua itu pekerjaan seumur hidup ya.
BalasHapusIya Mbak,, ortu hrs punya ilmu n gak berhenti belajar
HapusMbak, apa ada buku untuk cara mendidik anak laki-laki? Soalnya anak saya laki-laki nih hehe. Pengen saya didik pakai cara nabi juga :)
BalasHapusAda Mbak Nuna, tp msh karya penulis Arab, Abu Abdurrahman Faruq. Kl yg saya bahas di atas kan sudah karya orang Indonesia
HapusPertanyaan yg sama nih. Anak saya lelaki semua soalna.
HapusBtw saya salfok nih sama potonya baby ririn.
Hihi mbul bangetzzz.
Pengen gigit pipinya hehehe
Hihi, kl sekarang udah gadis usia 9 tahun anaknya Mom Linrana, udah sok kakak2, diliatin foto ini gak ngaku dia ahaha
Hapusmemang orang tua yang the best ni mbak mia. Anak-anak harus dirawat dengan baik, dibekali ilmu yakan mbak. Banyak sekali manfaat menjadi seorang ibu yang teliti. Semangat mbak mia makasih atas informasinya
BalasHapusInsyaallah, makasih Nuraini...
HapusMasya Allah terima kasih mba resensinya, mencerahkan sekali. Semoga kita semua bisa mendidik anak2 perempuan kita sesuai tuntunan Nabi Muhammad Saw.
BalasHapusAamiin yra. Gak hanya Nabi Muhammad SAW aja,, ada jg Nabi Ibrahim AS dan Nabi Zakaria AS, Mbak...
HapusYa Allah Mbak Mia, terima kasih resumenya. ini buku wishlist aku begitu tahu anak keduaku perempuan...terima kasih oengingatnya juga Mbak
BalasHapusSemangat Mbak Shafira,, kuy sama² belajar terus jd ortu yg baik buat putri kita
HapusWow lengkap banget mba ilmunya. Makasih banyak lho, jadi nambah ilmu dari blog yang mba tulis.
BalasHapusPunya anak emang amanah terbbesar yang harus di jaga sebaik mungkin yaa.
Bener Mbak, efeknya buat si ortu sendiri kok nantinya
BalasHapusKak Mia, pengen pinjam hahaha.
BalasHapusBagus kali sebagai bahan buat mendidik anak perempuan. Literasi yang berbobot kak
Boleh,, kapan jumpa kita yaa... mudah2an suatu saat bs ikutan WBC atau gathering Blogsum. Aamiin
HapusBoleh boleh boleh.. jangan lupa dibawa ya kak.. dengan senang hati pengen banget bacanya
HapusNanti udah pernah bacaaa.... Hihi
HapusAnak perempuan juga punya hak pendidikan yang sama ya kak, meski pada prakteknya tetep saja kalah
BalasHapusSebenarnya "kalah" pun ada alasannya pasti ya Mbak,, mendahulukan saudara lelakinya krn faktor biaya mgkin...
Hapusalhamdulillah mas untuk review nya ini lengkap dan enak banget buat dibacanya. Kalo kita hidup ini sudah ada role modelnya ya Rosul, jadi insya Allah untuk mendidik anak perempuan pun sudah ada step-step nya
BalasHapusWakss,, saya perempuan lohh Mbak Grandys, hihi... Kan kita srg ketemu pas setoran blog challenge BPN
HapusLengkap sekali, Dan ada bahasan dari sudut pandang anak pula. Jadi pengen punya bukunya juga, punya anak perempuan 1 soalnya, boar makin terarah kasih pendidikannya
BalasHapusbener Mbak Nanik, makanya di pesantren2 ada "tarbiyah lilbanat" (pendidikan utk perempuan).
HapusLengkap ya Islam itu memberi panduan. Termasuk dalam mendidik anak. Memang mendidik anak perempuan itu berbeda dengan anak laki-laki. Keberhasilan mendidik anak perempuan akan berdampak kepada generasi mendatang.
BalasHapuskarena peran perempuan itu mengasuh ya Mbak,, menghasilkan generasi terbaik utk masa depan
HapusMendidik anak perempuan tidak mudah...syukurnya hadir buku ini yang memberikan panduan....jdi ga ada alasan ga tau lagi cara utk mendidiik anak perempuan ya ..... 👍🏾👍🏾
BalasHapusiyes bang lius, kl para ortu mendidik baik2 smua anak perempuannya, gak ada lagi kasus aneh2 yg bikin bergidik ya kan Bg
HapusSaat ini, anak perempuan saya sedang dalam fase takwin. Mohon doanya agar saya dan istri sukses mendidiknya. Semoga pondasi yang kami bangun kuat dalam menghadapi zaman akhir ini.
BalasHapusAamiin... sama-sama saling berusaha deh kita smua yaah
Hapusaku to mba, terus terang lebih takut punya anak perempuan. Khawatir aku tidak bisa menjaganya dengan baik...
BalasHapuskelak mantu putri juga anak kok Mas, hehe... btw melatih anak puasa juga bagian mendidik anak baik laki2 maupun perempuan kan...
HapusLengkap sekali mba isinya, semua tahapan periode anak bisa diketahui. Orangtua bisa banyak pengetahuan gimana tentang anak. Bukunya bisa jadi kado ultah teman nih mba
BalasHapusIya Mbak, saya juga dikadoin sama penulisnya yg teman kantor suami. Waktu itu saya lahiran anak keempat, yg lahir laki2 padahal hehe... gpp saya blg, toh kami jg udah punya 2 anak perempuan. Trus bagi teman2 yg ga punya anak cewek ya ntar buat mantunya, buat cucu kelak jg bs
HapusWaaahhh gilaa lengkap bgt mbak review bukunya..
BalasHapusYa alloh, berat bgtbternyata tugas dan kewajiban org tua perkara mendidik anak ini. Salut
Hihi, ampe kaget gitu ekspresi Mbak Rini yaa... itulah Mbak jd ortu gak cm krn udah ngelahirin anak kan yaa huhuu
HapusIsi bukunya komplit ya.. hmm, peran perempuan banyak ya terutama setelah berkeluarga.
BalasHapusBangettt sebab ibu adalah pembentuk peradaban
HapusJadi pengen baca bukunya, buat bekal kalau udah punya anak. Saya pernah baca/dengar cerita tentang Uwais al Qarni, ya Allah, benar-benar membuat merinding. Apalagi beliau itu hidup di zaman Rasulullah, tapi tak pernah sempat bertemu langsung dengan baginda. Ketaatannya kepada orang tuanya membuat Uwais dipuji oleh Rasulullah.
BalasHapusSemoga kelak anak-anak kita semua menjadi anak yang shalih, qurrota a'yun dan tentu saja bermanfaat bagi umat
Iya Uda,, anak² yang menyejukkan mata dan juga hati ortunya
HapusDulu, kata orang lebih sulit mendidik anak perempuan daripada anak laki. Sekarang sama aja sih, mau laki atau perempuan. Tapi ada benernya, cara mendidiknya yang berbeda. Setiap fase pendekatannya berbeda. Belum nanti si anak remaja, memilih pasangan. Naah ini, walaupun ortu berbusa-busa, kalau anak engga mau dengerin, waduh...gawat...
BalasHapusHihi pengalaman pribadi ya mbak Hani
HapusMemang sedikit berbeda ilmunya antara anak perempuan dengan anak laki-laki. Lengkap banget resumenya. Makasih Bu . .
BalasHapusIya Pak sebagai bekal tanda sayangnya ortu ke anak, dididik dg baik
HapusKomplit banget ulasannya Mbak. pas banget buah kami nih karena anak kami perempuan semua. Makasih Mbak Mia.
BalasHapusHayuk semangat Mbak Ida...
Hapusluar biasa sekali buku yang satu ini ya semoga bisa menjadi bahan rujukan bagi para ibu dan bapak dalam mendidik anak untuk selalu ikhlas
BalasHapusIya mbak kayak kamus gitu hehe
HapusAnak perempuan selalu dipandang sebagai tempat pulang bagi orang tuanya. Untuk itu pendidikannya perlu benar-benar diperhatikan. Begitu kan ya mbak.
BalasHapusYa Rabb bener banget Mbasayy
HapusLihat reviewnya. Terasa kalau buku ini berkualitas. PoV dari dua sisi. Itu adalah nilai plus juga sih.
BalasHapusStatus masih belum berkeluarga sih mbk.hehe. Tapi sedikit demi sedikit belajar soal parenting. Buku yg bagus untuk dibaca ..
BalasHapusPendidikan untuk anak perempuan memang harus ekstra hati-hati, harus dijaga dan selalu diperhatikan supaya gk keblabssan
BalasHapusWah jadi pengen baca bukunya juga, makasih udah dibikin ringkasannya mbak.
BalasHapusEmang katanya mndidik anak perempuan tu berat ya? Krn selama dia blm menikah (aslinya sih pas udah nikah jg) tetep aja kita kepikiran terus.
Blm lagi kita harus membekali dengan ilmu agama supaya anak kita selalu berada di jalan yang lurus, sunguh tantangan.
Ada yang versi mendidik anak laki-laki gak yaa, soalnya belum punya anak perempuan adanya anak lakik dua orang 😁
BalasHapusJadi pengin baca bukunya. Kalo untuk anak laki-laki ada atau tidak ya? Kebetulan dua anak saya laki-laki semua. Masih banyak ilmu yang saya butuhkan dalam membesarkan mereka.
BalasHapusMeskipun judulnya untuk anak perempuan, rasanya masih bisa diterapkan ke anak laki-laki ya Mba. Penting banget untuk di baca nih.
BalasHapusBuku buku seperti ini sangat dibutuhkan sekali. Biar saya dan para orangtua bisa mendapat masukan mengenai apa saja hal yang harus diajarkan pada anak perempuan. Jafi ingat, belum tuntas memberi pengenalan mengenai haid dan hal yang terjadi pada wanita.
BalasHapusMendidik anak perempuan itu kompleks banget ya kak. Kok dv jadi baper kayak blom kasi pendidikan sesuai yang ada di review buku ini? Semoga kita bisa mendidik anak-anak kita supaya menjadi anak sholeh dan sholeha.
BalasHapusKenyang sekali Baca artikel ini..
BalasHapusSaya tertarik dengan Kata Ikhlas d atas..
Ikhlas dengan apa yang dilakukan anak Harus benar2 sausages.. Biar g nggrundel heheh.
Saya belum menikah sih.. Kata Ikhlas ini saya terrapin k murid2..
buku itu dulu sempat pengen aku beli, tapi akhirnya gak jadi karena banyak buku yang belum khatam ternyata dan masih terbungkus rapi
BalasHapusSemoga anak-anak kita dijauhkan dari perbuatan yang dilarang agama ya mba, jadi daftar list buat dibaca nih bukunya..thanks reviewnya mba Mia
BalasHapusTerima kasih atas uraian ini mbak. Saya mau terapkan untuk mendidik anak perempuan saya.
BalasHapusLuar biasa ilmunya kak
BalasHapusKebetulan anakku keduanya perempuan
Aku jadi belajar banyak nih
Yang masih single baca aja dulu ah. Sapa tau ketemu jodo. hahahaha
BalasHapus