Menjadi Penerjemah, Mengapa Tidak?
Rabu siang, 16 Oktober 2019 kemarin saya diutus Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (Fahum Umsu) untuk mengikuti Seminar Penerjemahan dan Penjurubahasaan di ruang pertemuan FKIP UMSU, Medan. Acara ini diselenggarakan oleh Pusat Bahasa UMSU bekerjasama dengan Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI) pusat, yang ditujukan kepada seluruh dosen bahasa, baik bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia di lingkungan UMSU. Seperti biasanya di semester ganjil saya diamanahi mengampu mata kuliah Bahasa Indonesia Hukum (BIH) maka saya pun diminta menghadiri acara ini.
Narasumber/ Dokpri |
Selaku narasumber adalah Ibu Anna Wiksmadhara, Sekretaris Umum HPI dari Jakarta. Banyak sekali wawasan yang diberikan Bu Anna yang membagikan pengalaman-pengalaman menariknya selama 30 tahun menjadi penerjemah. Beliau yang juga seorang dosen mengatakan, "Dalam seminggu saya cuma dua hari saja jadi dosen, selebihnya menerjemahkan. Selain bisa dilakukan di mana saja, menerjemahkan ini bisa menjadi pilihan profesi untuk pensiun. Orderan yang tidak ada berhentinya dan dari segi finansial amat sangat menyejahterakan."
Bu Anna memiliki rekam jejak pernah bekerja di Law Firm dan Kementerian ESDM, jadi jam terbang menerjemahkan dokumen-dokumen penting terkait hukum dan migasnya sudah tinggi. Memasuki usia pensiun, gaji penerjemah di kantor migas mentok mencapai Rp. 39 juta. Sementara dengan kapasitasnya beliau, yang setiap harinya kebanjiran orderan terjemahan dari berbagai instansi membuatnya tetap sibuk dan menjadi Project Manager di aktivitas penerjemahan ini. Lebih banyak penghasilan dari luar dong, hehe.
Adapun honor bagi penerjemah yang ditetapkan pemerintah sebagai berikut:
Sumber: Dokpri |
Angka-angka di atas tidak mengikat, sebab tergantung situasi dan kondisi. Jika klien butuh hasil terjemahan cepat, maka jangan heran fee-nya menjadi lebih mahal, bahkan dihitung per jam. Satu ketika ia menerima orderan dari perusahaan nasional yang butuh menerjemahkan kontrak, klien meminta sesegera mungkin terjemahan diselesaikan, kalau bisa dua jam saja. Maka Bu Anna bernegoisasi, yang tadinya honor standarnya 300 ribu, maka 500 ribu per lembarnya pun klien oke. Yang penting pekerjaan benar-benar siap dalam dua jam.
Profesi penerjemah tidak perlu khawatir ikut terdisrupsi sebagaimana prediksi banyak orang. Presiden (Perpres) Nomor 63 Tahun 2019 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia yang baru diundangkan 30 September lalu juga tidak menggulung profesi penerjemah, Hanya menjadi payung hukum Presiden, Wakil Presiden dan seluruh pejabat negara agar menggunakan bahasa Indonesia di forum-forum internasional. Namun jika ingin memakai bahasa asing juga tidak ada sanksinya dan di poin itu juru bahasa tetap dibutuhkan.
Mengenai semakin mudahnya menerjemahkan di era perkembangan IT zaman sekarang, tidak semuanya orang bersedia menggunakan aplikasi translator atau kamus-kamus daring yang sekarang banyak beredar di dunia maya. Bisa dikatakan yang menggunakan aplikasi populer namun sering salah menerjemahkan itu, adalah orang-orang yang malas. Belajar dari Bapak Ali Audah, maestro penerjemah Indonesia yang pernah menjabat jadi Ketua HPI. Beliau mulai menerjemahkan dengan modal hanya ijazah Madrasah Tsanawiyah.
Namun jangan ditanya kemampuannya. Selain piawai menerjemahkan Indonesia-Inggris, Inggris-Indonesia, almarhum juga mahir menerjemahkan teks dari bahasa Prancis, Arab, Jerman, dan Mandarin. Kuncinya terletak pada kemauan diri sendiri untuk mau terus berlatih dan belajar. Bahkan di akhir hayatnya pada usia 93 tahun, beliau masih mengerjakan orderan terjemahan. Dengan mesin tik pula. Luar biasa kegigihan dan kapabilitasnya.
Mengenai semakin mudahnya menerjemahkan di era perkembangan IT zaman sekarang, tidak semuanya orang bersedia menggunakan aplikasi translator atau kamus-kamus daring yang sekarang banyak beredar di dunia maya. Bisa dikatakan yang menggunakan aplikasi populer namun sering salah menerjemahkan itu, adalah orang-orang yang malas. Belajar dari Bapak Ali Audah, maestro penerjemah Indonesia yang pernah menjabat jadi Ketua HPI. Beliau mulai menerjemahkan dengan modal hanya ijazah Madrasah Tsanawiyah.
Namun jangan ditanya kemampuannya. Selain piawai menerjemahkan Indonesia-Inggris, Inggris-Indonesia, almarhum juga mahir menerjemahkan teks dari bahasa Prancis, Arab, Jerman, dan Mandarin. Kuncinya terletak pada kemauan diri sendiri untuk mau terus berlatih dan belajar. Bahkan di akhir hayatnya pada usia 93 tahun, beliau masih mengerjakan orderan terjemahan. Dengan mesin tik pula. Luar biasa kegigihan dan kapabilitasnya.
Ali Audah, legend-nya penerjemah Indonesia/ Sumber: Batarfie |
Narasumber sendiri juga bukan berasal dari Sastra Inggris atau Pendidikan Bahasa Inggris. Beliau memiliki latar belakang disiplin ilmu Sastra Indonesia. Lalu bagaimana prosesnya bisa menjadi penerjemah yang ulung? Setiap hari Bu Anna menghapalkan dan belatih menggunakan lima kosa kata dari kamus bahasa Inggris Hassan Shadily.
Hingga tak heran jika seluruh isi kamus tersebut sudah berhasil dikuasainya. Bu Anna belajar secara otodidak, menurut saya hal ini pasti diawali dengan rasa ketertarikan yang sangat besar terhadap bahasa Inggris. Sehingga dari beragam background bidang ilmu pun dapat menjadi penerjemah.
Hingga tak heran jika seluruh isi kamus tersebut sudah berhasil dikuasainya. Bu Anna belajar secara otodidak, menurut saya hal ini pasti diawali dengan rasa ketertarikan yang sangat besar terhadap bahasa Inggris. Sehingga dari beragam background bidang ilmu pun dapat menjadi penerjemah.
Apa saja pilihan profesi dari kegiatan menerjemahkan ini?
Jika Anda tertarik menjadikan kegiatan menerjemahkan sebagai alternatif pekerjaan setelah pensiun, berikut beberapa profesi yang bisa digeluti bahkan dimulai dari sekarang.
Pilihan Profesi / Dokpri |
Penerjemah (translator) itu ada penerjemah dokumen, penerjemah buku, penerjemah nondokumen-nonbuku (film, game, menu masakan dan iklan), pelokal/localizer (menerjemahkan bahasa asing hingga sesuai dengan istilah yang sering dipakai masyarakat setempat.
Adapula Juru Bahasa (interpreter) yang pilihan-pilihannya ada Juru Bahasa Simultan (yang sering di-hire di pertemuan-pertemuan internasional para pejabat, Juru Bahasa Konsekutif (biasa dipakai di persidangan pengadilan), Juru Bahasa Berbisik (whispering) biasa duduk di antara pejabat negara dengan pejabat negara asing yang sedang bertemu empat mata. Juru Bahasa Isyarat, Juru Istilah, Editor Terjemahan, Transkripsionis, Linguis, Periset Bahasa, Manajer Penerjemahan dan Pemilik Jasa Penerjemahan/Agensi.
Ada hal lucu yang diceritakan narsum, khusus untuk juru bahasa simultan, bisa dibilang dampak kekeliruannya sangat minim dan sangat aman bagi interpreter. Sebab juru bahasa harus terus menerus menerjemahkan kalimat demi kalimat si pejabat, dan jika ada yang salah atau kurang tepat menerjemahkannya, sulit untuk dideteksi karena tidak bisa diulang kembali. Yang berlalu biarlah berlalu, namun juru bahasa simultan dan berbisik tetap menerima pembayaran yang cukup tinggi.
Berbeda dengan penerjemah buku yang bisa berujung penjara karena jika terdapat kesalahan yang fatal dalam terjemahannya, bukti tercetak dan dengan mudah dipidanakan. Risiko besar, honornya kecil lagi. Sekelas penerbit mayor saja hanya berani membayar 75 ribu per lembar. Bahkan masih ada saat ini penerbit yang membayar 10 ribu per lembarnya. Bandingkan dengan penerjemah dokumen pertambangan, hukum dan kedokteran yang honor tertingginya bisa 2 juta rupiah per lembarnya. Per lembar lho yaa.
Minusnya, tidak ada nama Anda di sana, Anda bekerja di belakang layar. Kalau di penerjemahan buku, meski konsekuensi hukumnya besar, upahnya kecil namun nama Anda tertera selamanya di buku yang dialihbahasakan. Sebagai warisan untuk anak dan cucu. Semua punya sisi plus-minusnya.
Kita tentu masih ingat film Hollywood ini, kan... hehe. Film yang dibintangi oleh Nicole Kidman, berkisah tentang seorang juru bahasa yang bekerja di PBB. Kalau menonton film tersebut, kira-kira demikianlah profesi seorang interpreter bahasa. Seru!
Kembali ke pilihan profesi menjadi penerjemah, meski ada perdebatan beda antara pekerjaan (job), profesi dan karir, paling tidak jika Anda berminat menekuni dunia penerjemahan, Anda sudah punya income yang orderannya tiada habis-habis. Bisa dikerjakan dari rumah, sambil bekerja bahkan saat pergi berlibur.
Pekerjaan katanya terkait dengan yang Anda lakukan untuk menghabiskan waktu dan dari aktivitas itu Anda memperoleh uang. Profesi, memerlukan investasi berupa keterampilan dan mendapatkannya pun butuh waktu. Tentunya menghasilkan uang juga.
Sementara karir berupa perjalanan panjang dan berjenjang, yang selain mensyaratkan keterampilan, juga mengharuskan adanya pengalaman. Katanya, manakala tak ada tangga yang bisa didaki, maka itu bukanlah karir.
Pilihan karir penerjemah dan juru bahasa amat sangat banyak. Selain menjadi penerjemah lepas, menjadi karyawan permanen bahkan ASN. Tergantung pada minat dan kemampuan masing-masing. Yang menarik menurut saya pribadi adalah menjadi penerjemah lepas. Asalkan bahasa Inggris kita bagus, (bagus relatif ya, bisa terus menerus ditingkatkan sesuai keseriusan), kita sudah bisa mulai menerima orderan.
Untuk dosen seperti saya misalnya, bisa mengawali dengan menerima terjemahan Academic Text seperti abstrak artikel ilmiah, jurnal, buku teks dan banyak lagi. Promosi tak perlu repot-repot mengumumkan ke mana-mana.
Sebab klien akan datang dengan sendiri. Iklan dari mulut ke mulut jauh lebih efektif ketimbang opsi promosi lainnya. Yang penting positioning dahulu, berani menerjemahkan dengan profesional. Pertanyaannya, siap membagi waktu, tidak? So, menjadi penerjemah... Why not?
Adapula Juru Bahasa (interpreter) yang pilihan-pilihannya ada Juru Bahasa Simultan (yang sering di-hire di pertemuan-pertemuan internasional para pejabat, Juru Bahasa Konsekutif (biasa dipakai di persidangan pengadilan), Juru Bahasa Berbisik (whispering) biasa duduk di antara pejabat negara dengan pejabat negara asing yang sedang bertemu empat mata. Juru Bahasa Isyarat, Juru Istilah, Editor Terjemahan, Transkripsionis, Linguis, Periset Bahasa, Manajer Penerjemahan dan Pemilik Jasa Penerjemahan/Agensi.
Ada hal lucu yang diceritakan narsum, khusus untuk juru bahasa simultan, bisa dibilang dampak kekeliruannya sangat minim dan sangat aman bagi interpreter. Sebab juru bahasa harus terus menerus menerjemahkan kalimat demi kalimat si pejabat, dan jika ada yang salah atau kurang tepat menerjemahkannya, sulit untuk dideteksi karena tidak bisa diulang kembali. Yang berlalu biarlah berlalu, namun juru bahasa simultan dan berbisik tetap menerima pembayaran yang cukup tinggi.
Berbeda dengan penerjemah buku yang bisa berujung penjara karena jika terdapat kesalahan yang fatal dalam terjemahannya, bukti tercetak dan dengan mudah dipidanakan. Risiko besar, honornya kecil lagi. Sekelas penerbit mayor saja hanya berani membayar 75 ribu per lembar. Bahkan masih ada saat ini penerbit yang membayar 10 ribu per lembarnya. Bandingkan dengan penerjemah dokumen pertambangan, hukum dan kedokteran yang honor tertingginya bisa 2 juta rupiah per lembarnya. Per lembar lho yaa.
Minusnya, tidak ada nama Anda di sana, Anda bekerja di belakang layar. Kalau di penerjemahan buku, meski konsekuensi hukumnya besar, upahnya kecil namun nama Anda tertera selamanya di buku yang dialihbahasakan. Sebagai warisan untuk anak dan cucu. Semua punya sisi plus-minusnya.
Kita tentu masih ingat film Hollywood ini, kan... hehe. Film yang dibintangi oleh Nicole Kidman, berkisah tentang seorang juru bahasa yang bekerja di PBB. Kalau menonton film tersebut, kira-kira demikianlah profesi seorang interpreter bahasa. Seru!
The Interpreter / Rogerebert |
Pekerjaan katanya terkait dengan yang Anda lakukan untuk menghabiskan waktu dan dari aktivitas itu Anda memperoleh uang. Profesi, memerlukan investasi berupa keterampilan dan mendapatkannya pun butuh waktu. Tentunya menghasilkan uang juga.
Sementara karir berupa perjalanan panjang dan berjenjang, yang selain mensyaratkan keterampilan, juga mengharuskan adanya pengalaman. Katanya, manakala tak ada tangga yang bisa didaki, maka itu bukanlah karir.
Dokpri |
Untuk dosen seperti saya misalnya, bisa mengawali dengan menerima terjemahan Academic Text seperti abstrak artikel ilmiah, jurnal, buku teks dan banyak lagi. Promosi tak perlu repot-repot mengumumkan ke mana-mana.
Sebab klien akan datang dengan sendiri. Iklan dari mulut ke mulut jauh lebih efektif ketimbang opsi promosi lainnya. Yang penting positioning dahulu, berani menerjemahkan dengan profesional. Pertanyaannya, siap membagi waktu, tidak? So, menjadi penerjemah... Why not?
dulu pun saya berminat untuk jadi ahli bahasa.
BalasHapustapi ayah saya dulu pengennya saya masuk arsitekur itb
tapi realisasinya, saya kuliah di poltek itb jurusan tata niaga hehehehehe
anak saya mau gak ya jadi ahli bahasa...
Ini saya juga mau cerita2 soal kans jadi translator dan juru bahasa buat anak ketiga. Soalnya anaknya suka dengan pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia
Hapuspacarku juga penerjemah. diambil untuk side job
BalasHapusbiasanya dia nerjemahin film, hoho.
nerjemahin sambil cari hiburan
Uwoww cepet "diikat" itu Mbak biar gak kemana², ke hati mbaknya aja 😉
HapusWeis keren ya kedia senior itu kapan saya bisa begitu. Pengen juga bisa nerjemahin buku buku anak 🤣🤣🤣
BalasHapusHayuk Mbak dimulai ajahh
HapusAku biasanya nerjemahin lagu. Dan banyak salahnya. Ya udah, bukan jalurku 😂
BalasHapusYang penting sudah dicoba kan Mbak Tari
HapusPenerjemah ini memang profesi yang menjanjikan ya, Mbak. Soalnya fee tidak mengikat. Jadi memang tergantung sikon. Misalnya tebal tipisnya naskah. cepat atau tidaknya. Dan penerjemah ini bisa masuk ke mana saja. Misalnya menerjemahkan novel bahasa asing ke bahasa Indonesia.
BalasHapusTerima kasih sharingnya, Mbak Mia. Saya jadi tau seputar profesi penerjemah.
Yup, bisa jadi opsi profesi di hari tua hehe
HapusAda temanku yang jadi penerjemah juga mbak, kalau ga salah per papernya di bawah 100ribu untuk artikel inggris ke indonesia gitu. Lumayan bisa buat pekerjaan sampingan juga.
BalasHapusAKu takjub sama sosok Bpk Ali Audah, kiprahnya besar banget sebagai penterjemah. Perlu ditiru semangatnya beliau ini
Makasih sharingnya mba
Iya semangat alm. bpk Ali Audah sangat luar biasa
HapusLumayan banget honor penerjemah ya kak. Baru tau aku. Enaknya lebih fleksibel karena tidak terikat institusi. Makasi sharingnya, dv jadi tau profesi penerjemah.
BalasHapusBs jd side job ya kann
HapusWow, ternyata menjadi seorang penerjemah itu gajinya nggak main-main ya mba.
BalasHapusSaya baru tau kalau honor yang didapat sangat menggiurkan mata, tapi tetap harus konsisten dalam pekerjaan ya mba supaya klien puas dengan hasil kerja kita.
Iya mesti profesional jg
HapusSaya tuh suka kagum sama penerjemah lho, bisa anteng berjam-jam di depan lapi tanpa suara apa pun. Selain itu, kagum sama kemampuan yang dimiliki. Jadi, bersyukurlah para penerjemah.
BalasHapusDulu waktu kuliah sering diminta bantuan sm bu Dosen untuk menerjemahkan. Dibayarnya per lembar hihi. Klo sekarang sih sdh gak pede lagi. Fokus di nulis aja deh hehe
BalasHapusartikel yang unik. Ya, diluar sana banyak banget anak muda kreatif yang menawarkan jasa penerjemah juga secara online. Aku pikir mereka kreatif dan menggunakan kemampuannya dgn baik. Kalau saya sendiri tertarik untuk bisa mengenal lebih jauh bahasa mandarin. Ya syukur2, bisa mahir dan juga bisa jadi penerjemah bahasa mandarin juga sih. :)
BalasHapusKeren ya profesi penterjemah. Kalau aku kayaknya gak bakat ha..ha.. Perlu keterampilan bahasa asing yang mumpuni. Sementara bahasa inggrisku kurang bagus. Kudu belajar lagi.
BalasHapusBergelut di bidang penulisan, rasanya ingin sesekali mencoba penerjemahan. Tapi bingung cara memulainya hehe
BalasHapusTerima kasih sudah berbagi
Fee penerjemah B. Inggris, lumayan, ya. Jadi penasaran berapa fee penerjemah B. Perancis. Dulu pernah 5x lipatnya, bahkan ada yang 7x lipat. Ah.. sayang, bahasa Perancisku sudah berkarat. Kalau ketemu buku b. inggris juga asal baca dan mengerti. Kalau masuk ke tulisan yang diniatkan bernilai akademis (menurut jutlak, harus ditulis kutipan aslinya, baru diterjemahkan), terpaksa deh minta dicek ulang oleh teman yang pinter B. Inggris. Hihihihihi
BalasHapusWah bisa menghasilkan ya. Bukan hanya bisa jadi side job tapi main job juga ya... alhamdulillah
BalasHapusSaya setuju, web atau aplikasi penerjemah masih blm bisa menggantikan manusia mbak :D
BalasHapusSaya sendiri jg skrng sdng belajar bahasa asing, trus itu aja msh dicemooh "kan ada gugel translate" saya cuma bisa senyum haha.
Belajar bahasa itu menyenangkan apalagi kalau bisa menguasai banyak bahasa asing, makanya saya jg dorong anak2 supaya bahasa asingnya lbh ok dari ibunya :D
aku baru tau ternyata gaji dari penerjemah itu lumayan sekali ya.
BalasHapuskalau aku pasti gak cocok jadi penerjemah, wong bahasa asing ku acak-acakan . kalau ngomong juga masih suka belibet.
salut banget sama almarhum ali audah di usia 93 tahun masih jadi penerjemah
Waahhh aku terpukau dengan fee per lembar dokumen selain yang penerbit hahaha
BalasHapusBtw kalau misal dokumen migas, kedokteran,kementrian atau apapun selain penerbit,
Jalan awalnya kemana kak mi ? Maksud Una apa ada buka lowongan kek dicari penerjemah gitu atau harus ada channel di dalam dulu baru bisa
Aih keren, dr dulu kalau lihat acara yg ada penerjemahnya berasa pingin bgt punya talenta seperti dia, bs beberapa bahasa, pinter aja gitu dilihatnya 😁
BalasHapusSaat melihat penerjemahan dari sisi profesional seperti ini, ah.. aku mah apah atuh yang masih amatir. Jadi (masih) tidak berani pasang fee setinggi itu.
BalasHapusApa Mbak ada saran untuk meningkatkan kemampuan penerjemahan ini?
numpang promote ya min ^^
BalasHapusAyo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
terimakasih ya waktunya ^.^