Menyukseskan Gerakan Zero Waste Lewat Undangan Pernikahan Antimainstream
Saat sedang bersosialisasi dengan teman-teman daring di Facebook, saya menemukan foto-foto unik. Yup, undangan pernikahan yang lain dari biasanya.
Secarik kertas HVS dibagi empat, diketik informasi tentang mempelai, hari/tanggal, alamat, nama keluarga yang turut mengundang. Sepotong "undangan" itu direkatkan ke kopi instan atau deterjen.
Ternyata hal seperti ini sudah menjadi suatu tradisi di masyarakat setempat. Seperti Tangerang, Subang dan sebagian Bogor.
Bagi saya yang baru mengetahui, bentuk undangan seperti ini sungguh menarik. Pertama, hemat dari segi biaya cetak. Hanya perlu menge-printnya di selembar kertas lalu bisa difotokopi sebanyak orang yang mau diundang.
Kedua, produk yang dilampirkan di undangan tersebut amat berfaedah bagi orang yang diundang. Setelah menyimpan atau mencatat informasi waktu dan alamat pestanya, calon undangan langsung bisa merasakan manfaat dengan menikmati kopi atau mencuci dengan sabun yang diberikan. Kreatif, bukan.
Bandingkan dengan undangan mainstream yang kita temui setiap minggunya. Jujur saja, akan berakhir di tong sampah saat tanggalnya sudah lewat. Walaupun ada juga beberapa sahabat saya yang berkreasi dengan undangan miliknya. Dijadikan kalender, misalnya.
Dan saya pun menemukan berbagai macam jenis kreativitas undangan pernikahan di dunia maya, seperti berikut ini:
Atau seperti ini:
Bisa juga begini, nih...
Kreatif yaa... tapi pastinya ongkos cetaknya lebih mahal daripada yang berbonus kopi sachet atau deterjen tadi. Dari perspektif gaya hidup Zero Waste, sebenarnya undangan berhadiah seperti di awal saya sebutkan di atas, sebenarnya sih tidak juga seratus persen aman. Dari segi penggunaan kertas okelah irit.
Namun bagaimana dengan sampah yang dihasilkan si kopi instan dan kemasan deterjen? Tahu sendiri, kan... kalau komposisi deterjen malah mengandung zat berbahaya bagi lingkungan, Phospat yang sulit terurai, campuran lainnya juga terbuat dari senyawa turunan minyak bumi.
Kalau dalam jumlah buanyak sih, kemasannya di-recycle. Yup, salah satu dari 6 cara yang bisa diterapkan jika ingin membantu menyelamatkan lingkungan.
Yang dikenal dengan 6R:
1. Refine
2. Reuse
3. Reduce
4. Recycle
5. Recovery
6. Retrive Energy
atau seperti ini:
Wah, kalau mau benar-benar pure zero waste, apakah harus mengganti zat kimia dalam deterjen menjadi zat yang ramah lingkungan seperti baking soda? Atau membagikan bubuk pencuci dan dikemas buatan sendiri? Kedengarannya merepotkan ya. Hmm, jadi pikir-pikir lagi deh, kalau mau meniru cara mengundang seperti itu.
Prinsip 6R tersebut di atas pada dasarnya menerapkan metode zero waste. Yaitu berusaha tidak meninggalkan sampah sama sekali. Jadi, kesimpulannya, apakah undangan berhadiah kopi instan atau deterjen sachet bisa dikatakan turut serta menyukseskan gerakan zero waste dalam rangka menyelamatkan bumi? Bisa dijawab sendiri yaa, hehe.
Secarik kertas HVS dibagi empat, diketik informasi tentang mempelai, hari/tanggal, alamat, nama keluarga yang turut mengundang. Sepotong "undangan" itu direkatkan ke kopi instan atau deterjen.
Ternyata hal seperti ini sudah menjadi suatu tradisi di masyarakat setempat. Seperti Tangerang, Subang dan sebagian Bogor.
Bagi saya yang baru mengetahui, bentuk undangan seperti ini sungguh menarik. Pertama, hemat dari segi biaya cetak. Hanya perlu menge-printnya di selembar kertas lalu bisa difotokopi sebanyak orang yang mau diundang.
Kedua, produk yang dilampirkan di undangan tersebut amat berfaedah bagi orang yang diundang. Setelah menyimpan atau mencatat informasi waktu dan alamat pestanya, calon undangan langsung bisa merasakan manfaat dengan menikmati kopi atau mencuci dengan sabun yang diberikan. Kreatif, bukan.
Bandingkan dengan undangan mainstream yang kita temui setiap minggunya. Jujur saja, akan berakhir di tong sampah saat tanggalnya sudah lewat. Walaupun ada juga beberapa sahabat saya yang berkreasi dengan undangan miliknya. Dijadikan kalender, misalnya.
Undangan berbentuk kalender/ Undanganmu |
Dan saya pun menemukan berbagai macam jenis kreativitas undangan pernikahan di dunia maya, seperti berikut ini:
Wow, mungkin pasangan ini ketemunya dulu di Facebook ya/Kitamuda |
Hmm, bankirkah keduanya?/Duniaq |
Bisa juga begini, nih...
Kerja di perusahaan telekomunikasi kali yaa^^ / Duniaq |
Kreatif yaa... tapi pastinya ongkos cetaknya lebih mahal daripada yang berbonus kopi sachet atau deterjen tadi. Dari perspektif gaya hidup Zero Waste, sebenarnya undangan berhadiah seperti di awal saya sebutkan di atas, sebenarnya sih tidak juga seratus persen aman. Dari segi penggunaan kertas okelah irit.
Namun bagaimana dengan sampah yang dihasilkan si kopi instan dan kemasan deterjen? Tahu sendiri, kan... kalau komposisi deterjen malah mengandung zat berbahaya bagi lingkungan, Phospat yang sulit terurai, campuran lainnya juga terbuat dari senyawa turunan minyak bumi.
Kalau dalam jumlah buanyak sih, kemasannya di-recycle. Yup, salah satu dari 6 cara yang bisa diterapkan jika ingin membantu menyelamatkan lingkungan.
Yang dikenal dengan 6R:
1. Refine
2. Reuse
3. Reduce
4. Recycle
5. Recovery
6. Retrive Energy
Tas dari bungkus kopi instan/ Zona Kreatif |
atau seperti ini:
Tas dan dompet dari kemasan kopi / UII |
bungkus bekas deterjen/ Nupinupi |
Wah, kalau mau benar-benar pure zero waste, apakah harus mengganti zat kimia dalam deterjen menjadi zat yang ramah lingkungan seperti baking soda? Atau membagikan bubuk pencuci dan dikemas buatan sendiri? Kedengarannya merepotkan ya. Hmm, jadi pikir-pikir lagi deh, kalau mau meniru cara mengundang seperti itu.
Prinsip 6R tersebut di atas pada dasarnya menerapkan metode zero waste. Yaitu berusaha tidak meninggalkan sampah sama sekali. Jadi, kesimpulannya, apakah undangan berhadiah kopi instan atau deterjen sachet bisa dikatakan turut serta menyukseskan gerakan zero waste dalam rangka menyelamatkan bumi? Bisa dijawab sendiri yaa, hehe.
Yuk, ambil bagian dalam gerakan selamatkan bumi/ Maskusno |
Waktu kawan nikah ada kasi ucapan terima kasih berupa bibit pohon kak, 😍
BalasHapusInspiringly ya... They go green, hehe
HapusAku juga kepikiran sih sial undangan ini,
BalasHapusSemua hanya akan berakhir di tong sampah dan makin banyakin sampah hiks
Kalau mau zero waste sekalian undangan yg dicetak jadi goodybag kak,
Tapi mihil yaa hahha
Tapi jadi gak dibuang sih malah bisa dipake..
Yupz Una... Tas spundbond, tas vuring, tas kain, sangat mendukung green job. Btw, bs jd ide buat pesta Una nanti tuhh, mana baju² yg gak dipake lg dijadiin goodiebag/souvenir, hehe
HapusTeu na naon atuh, Deeyy... Kreatipisan 😅
BalasHapusPernah tau kayak gini kak mia, di facebook kalo gak salah. Dia update status soal undangan dgn bubuk kopi atau detergent. Maksudnya bukan zero waste yang pernah dibaca, tapi maksud mereka Itu undangan lebih berfaedah karena bisa digunakan. Bukan cuma dibaca trus dibuang.
BalasHapusKalo undangan zero waste yang awak tau, mihil kak. Misalnya undangan dalam bentuk mug.
Paling murah ya undangan bentuk kalender meja.
Dia dialah, awak ya awak, hehe
HapusSetuju bgt kak. Bahkan udh ancang2 mau bikin dr kertas daur ulang aja kalo terpaksa kudu kertas wkwk
BalasHapusBaru kemarin dapet souvenir pernikahan sabun cuci piring kak, hehe.. Memang pilihan zerowaste juga berdampak ke hal lainnya sih. Dan nggak semua orang bisa menerima dampak itu. Tergantung dari sudut mana kita memandang,,, #aseekkk
BalasHapusXixixi.. bener banget kak, selain zero waste lebih hemat juga ya kan. Kadang bikin undangan dari ribuan sampe ratuasan ribu eh berakhir dikotak sampah doank.
BalasHapusKeren bgt ini kak, dulu sempat mau bikin undangan nikah dengan menggunakan tas kain spunbound tapi apa daya gak dapat izin dr ortu, memang lebih baik seperti ini banyak manfaatnya ya
BalasHapusKlo undangan digital termasuk gerakan zero waste kan
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapushaha.. kearifan lokal :')
BalasHapus