Penulisan Artikel Ilmiah Pada Jurnal Internasional Terindeks Scopus
Alhamdulillah hari ini digelar workshop dan mentoring penulisan artikel ilmiah pada jurnal internasional oleh Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU).
Selaku narasumber adalah Prof. Dr. Edy Lisdyono, SH., M.Hum., guru besar Fakultas Hukum Universitas Tujuhbelas Agustus (UNTAG), Semarang. Beliau juga sedang menjabat sebagai dekan di kampus yang sama.
Program penting ini dibuka oleh Dekan Fakultas Hukum UMSU, Dr. Ida Hanifah, SH., MH yang menyambut pembicara dan peserta sekalian. Bu Ida menekankan sangat urgennya menulis di jurnal internasional sebab sudah banyak dosen yang pangkatnya jalan di tempat. Tidak meningkat sebab terhalang belum memiliki artikel yang dimuat di jurnal internasional bereputasi.
Fakultas Hukum UMSU bangga bisa menghadirkan Prof. Edy sebab jenjang akademik tertinggi beliau pun dicapai melalui sepuluh artikel ilmiah yang dimuat di jurnal internasional terindeks Scopus. Semoga keaktifan Prof. Edy ini bisa menular pada dosen-dosen UMSU, khususnya dosen Fakultas Hukum.
Selaku narasumber adalah Prof. Dr. Edy Lisdyono, SH., M.Hum., guru besar Fakultas Hukum Universitas Tujuhbelas Agustus (UNTAG), Semarang. Beliau juga sedang menjabat sebagai dekan di kampus yang sama.
Prof. Edy dan Wakil Rektor I UMSU, Dr. Arifin |
Program penting ini dibuka oleh Dekan Fakultas Hukum UMSU, Dr. Ida Hanifah, SH., MH yang menyambut pembicara dan peserta sekalian. Bu Ida menekankan sangat urgennya menulis di jurnal internasional sebab sudah banyak dosen yang pangkatnya jalan di tempat. Tidak meningkat sebab terhalang belum memiliki artikel yang dimuat di jurnal internasional bereputasi.
Fakultas Hukum UMSU bangga bisa menghadirkan Prof. Edy sebab jenjang akademik tertinggi beliau pun dicapai melalui sepuluh artikel ilmiah yang dimuat di jurnal internasional terindeks Scopus. Semoga keaktifan Prof. Edy ini bisa menular pada dosen-dosen UMSU, khususnya dosen Fakultas Hukum.
Sambutan Dekan Fakultas Hukum UMSU, Dr. Ida Hanifah, SH., MH |
Berikutnya sambutan dari Wakil Rektor I Dr. Muhammad Arifin Gultom, mewakili rektor yang sedang ada acara di Solo. WR I memotivasi para dosen agar lebih mempersiapkan diri dengan kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat.
Luaran dari aktivitas tersebut bisa diarahkan ke jurnal internasional bereputasi. UMSU sendiri telah menyediakan insentif bagi dosen yang berhasil menerbitkan karya ilmiahnya di jurnal internasional terindeks Scopus.
Tidak tanggung-tanggung, jika mampu mencapai jurnal dengan ranking quartile 1 (Q1), UMSU memberikan insentif sebesar Rp. 50 juta. Q2 sebesar Rp. 35 juta dan Q3 sebesar Rp. 15 juta.
Luaran dari aktivitas tersebut bisa diarahkan ke jurnal internasional bereputasi. UMSU sendiri telah menyediakan insentif bagi dosen yang berhasil menerbitkan karya ilmiahnya di jurnal internasional terindeks Scopus.
Tidak tanggung-tanggung, jika mampu mencapai jurnal dengan ranking quartile 1 (Q1), UMSU memberikan insentif sebesar Rp. 50 juta. Q2 sebesar Rp. 35 juta dan Q3 sebesar Rp. 15 juta.
Arahan WR I UMSU |
Prof. Edy Lisdyono yang ternyata adalah sahabat karib WR 1 dan pernah tinggal di kawasan Padang Bulan Medan ini memaparkan hal-hal sebagai berikut, yang saya rangkum menjadi tips menulis artikel pada jurnal internasional:
- Menulis artikel itu harus fokus dan serius.
- Tidak mesti hasil penelitian, konsep juga bisa.
- FH UNTAG memiliki jurnal dengan Sinta 3, dosen Fahum UMSU bisa memasukkan artikelnya di UNTAG nanti akan diseleksi oleh tim.
- Dosen jangan tergiur memasukkan tulisannya ke "IPB" (India, Pakistan, Bangladesh) ada yang predator.
- Disertasi diramu sedemikian rupa tetapi jangan sama persis karena khawatir termasuk auto-plagiat. Ambil datanya saja, itu sudah bisa jadi naskah untuk jurnal internasional.
- Ada jurnal yang gratis Q1 di Kolombia. Penulis dari Indonesia belum ada yang masuk. Masalahnya karena tidak lolos, abstrak tidak menarik, substansi tidak mengena dan teori sudah out of date.
- Usahakan mengutip dari referensi artikel ilmiah terbaru, jangan buku-buku terbitan tahun 1970-an, misalnya.
- Bahasa Inggrisnya harus teliti, wajib di-proofread oleh English native.
- Mengutip pasal jangan sama persis karena akan terkena plagiarisme pada saat Check Turnitin.
- Paper ditolak penyebabnya dicari dahulu, perbaiki baru bisa dipindahkan ke jurnal lainnya.
- Nama mitra bestari tidak boleh dicantumkan namanya untuk menjaga objektivitas dan agar tidak melanggar kode etik jurnal dalam melakukan peer review.
- IMRaD, Introduction, Methods, Results, and Discussion. Ada juga yang mewajibkan teori.
- Kedepannya akan ada peraturan yang mengharuskan calon profesor membimbing delapan calon doktor untuk menulis artikel di jurnal internasional terindeks Scopus atau Thomson Reuters.
- Masukkan tulisan sebaiknya author tunggal dahulu, selanjutnya baru tim.
- Jika minta bantuan orang, history-nya harus ada. Submit, revision, accepted dan publish.
- Submit paper sendiri, kuasai materi dengan baik.
Sessi Interaktif (Jawaban-Jawaban Prof. Edy)
- Peraturan yang berlaku (mengenai terindeks Scopus atau tidak/ mengalami down-grade) adalah yang saat itu memang berlaku (tidak berlaku surut).
- Jangan mengutip dari surat kabar, utamakan dari hasil penelitian.
- Pandai-pandai menggunakan kutipan, kalimat aktif jadi pasif, demikian sebaliknya.
- Penulis harus semangat!!!
Author dan ketiga rekan sejawat berfoto bersama seusai acara |
Wah keren nih seminarnya bu. Semoga semakin semangat berkarya dengan tulisan khususnya Jurnal Ilmiah ya.
BalasHapusMakasih Mba Anda...
Hapuskeren ya bisa nulis jurnal terindeks scopus..semangat ya mbak Mia..
BalasHapusHarus bisa Mbak, hihi
HapusIsi seminarnya pasti daging semua nih...
BalasHapusTerima kasih sudah memberikan rangkumannya, mak...
Walaupun saat ini, saya lebih sering menulis artikel populer dibandingkan jurnal...
Semoga artikel ini bermanfaat buat para pembacanya...
Podho2 Mba Nisya
HapusDosen sekarang dituntut untuk lebih kreatif dalam menulis ya mba. Apalagi untuk perguruan tinggi yang dosennya aktif menulis jurnal pasti bisa meningkatkan grade perguruan tinggu tersebut. Sukses selalu untuk mbak Mia.
BalasHapusInsyaallah iya Mba Maria... makanya insentif kl berhasil menembus Q1 itu 50 jeti
BalasHapusDulu ketika masih kuliah selalu ingin punya karya tulisa yang dimuat secara internasional, tapi tampaknya saya tidak berbakat di bidang KTI, jadi sekarang fokusnya di sastra saja hehe
BalasHapusMudah-mudahan aku bisa dapat kesempatan sekolah lagi kalau anak udah agak besar hehehe. Asli daridulu pengen lanjut sekolah, tapi blm ada kesempatan. Apalagi mau nerbitin journal international kek gini. Mauu banget. Thanks for sharing kak
BalasHapusWow, insentif untuk jurnal dengan ranking quartile 3, 2, sampai 1 lumayan juga ya uni, 15-50 juta. Sesuai lah dengan effort dosennya. Gak gampang tembus jurnal internasional.
BalasHapusSeminarnya keren Buk.
BalasHapusSatu yg saya catat tidak boleh mengutip dari sirat kabar dan utamakan hasil penelitian.
Ini baru tau aturan ini Mba.
Mencari referensi untuk jurnal itu kalau nggak salah maksimal 10 tahun ke belakang ya mba? Prosesnya lumayan juga ya mba..
BalasHapusPengajar memang perlu menulis, minimal jurnal untuk bisa meningkatkan keprofesionalannya. Syukur2 bisa buku. Seminarnya berbobot nih Mba pasti.,
BalasHapusWaktu aku baca jangan tergiur menerbitkan di IPB awak langsung bertanya.. kenapa..
BalasHapusOalah.. rupanya bukan IPB Institute pertanian Bogor. Hahaha.
Ternyata India, Pakistan, Banglades.
Wow jurnal internasional ya kak. Keren nih. Pasti untuk bisa sampe ke titik itu, butuh proses yang lumayan panjang. Semangat terus ya kak.
BalasHapusImpian semua akademisi jurnalnya biar masuk Scopus. Aku bagikan juga nih artikelnya temenku juga nyari tentang Scopus.
BalasHapusSukses selalu ya kak. Saya salut yg berkutat dlm akademisi n bs buat jurnal2 an. Karena beda dgn dunia saya and sy blm pernah buat hal2 semacam itu haha
BalasHapusWaah keren sekali seminarnya kak. Jadi pengin ikutan, pasti isinya 'daging' semua nihh...
BalasHapusMbak Mia keren banget. Tampaknya saya harus belajar membuat jurnal yang bagus nih, dan dimana bisa mengirimkannya. di mana bisa mengirim jurnal sejarah sementara saya bukan akademisi.
BalasHapusScopus yaa,, ini salah satu referensi waktu skripsian nih,hehe
BalasHapusBtw ttg dosen2 yg bikin jurnal ilmiah, itu keren yaa.. apalagi kalau ada lebih banyak pengabdian masyarakat,, hidupp tri dharma perguruan tinggi
Waduh ini kekurangan saya kak, nggak paham sama jurnal jadi salut sama kak mia yang nggak pernah berhenti gali ilmu ya .
BalasHapusSemangat banget tuh kalau bisa tembur jurnal internasional dikasih insetif hingga 50 juta
BalasHapussemoga makin banyak anak indonesia yang menulis jurnal internasional
Wah keren bgt bisa keindex Scopus.. Salut sama kak mia sama uda fadli yg concern bgt ke jenjang pendidikan yg lbih tinggi
BalasHapusSetuju banget kalau artikel itu gak harus penelitian. konsep juga bisa. nah ini yang jarang dipraktekkan ya. hehe
BalasHapusMenulis jurnal tidak mudah tapi bukan berarti mustahil... kalau yg hobi nulis mah ga ada masalah... lah saya tugas dikampus kalau ga dipaksa selesai.. ngga kelar2. Heheh...
BalasHapusKeren banget mbak bisa terindex scopus, pekerjaan yang tidak mudah tapi yakin bisa. semoga bisa melhirkan banyak jurnal ya mbak.
BalasHapusMantap banget, menginspirasi pembacanya
BalasHapus