Peran Ayah Dalam Mendampingi Anak Di Masa Pubertas
Membaca artikel drg. Nining Pujianti tentang mengembalikan ayah ke singgasananya. Saya teringat draf tulisan yang sudah lama mengantre minta dipublikasikan. Kebetulan saya memiliki anak yang beranjak remaja. Sehingga merasa penting untuk membekali diri untuk membersamai anak sebaik-baiknya.
Masa pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis dan pematangan fungsi seksual. Masa pubertas biasanya dimulai sejak usia 8-10 tahun dan berakhir di usia 15-16 tahun.
Di masa ini anak-anak sangat membutuhkan panduan dan bimbingan dari kedua orang tua. Tulisan ini membahas peran orang tua khususnya ayah dalam mendampingi anak di masa pubertas. Masa-masa transisi dari anak ke remaja.
Penuh kegamangan, namun tidak memahami bahwa ia gamang. Galau tetapi ia sendiri tidak mengerti cara mengatasinya. Dan sederet problem lain yang menuntun hadirnya ayah di dalam masa beranjak remaja mereka.
By the way, di antara pembaca ada yang masih suka galau-galau tak jelaskah? Waspadalah, jangan-jangan masa pubernya belum tuntas-tas-tasss! Haha.
Pentingnya kehadiran ayah/ The Times |
Dari materi kuliah daring kelas Bunda Sayang tahun 2018 lalu, saya menemukan butiran peran-peran ayah yang perlu dicermati baik-baik. Apa saja? Simak yaa...
Peran-peran ayah dalam mendampingi anak di masa pubertas
1. A Man of Mission and Vision
Ust. Harry Santosa banyak menuliskan tentang pendidikan anak berbasis fitrah (fitrah based education), termasuk tentang peran ayah yang sangat krusial bagi anak-anaknya di masa puber. A man of mission an vision, ayah sebagai penanggung jawab terhadap visi dan misi keluarga. Meski pencapaiannya dilaksanakan bersama ibu, tetapi tanggung jawab tetap bermuara ayah. Bayangkan kalau ayahnya tidak memiliki visi dan misi yang jelas atau bahkan tidak punya misi sama sekali, arah tujuan keluarga menjadi blur dan penuh keraguan.
2. Pensuplai ego
Siapa lagi yang mengajarkan pada anak tentang kepemimpinan kalau bukan ayahnya sendiri. Ayah berperan sebagai pensuplai ego kepada anak-anaknya, teutama di masa puber. Memberikan teladan tentang tanggung jawab, pembelaan terhadap keluarga dan leadership. Sementara ibu pensuplai empati dan followership. Sehingga tercapai keseimbangan jiwa anak.
3. Pembangun struktur berpikir dan rasionalitas
Ayah sebagai pembangun struktur berpikir dan rasionalitas terhadap seluruh anggota keluarga. Berbeda dengan ibu yang biasanya mengedepankan emosionalitas, ayah mampu tetap berpikir logis dalam memecahkan masalah. Ayah menjadi referensi yang baik bagi anak-anaknya dalam belajar mencari jalan keluar yang terbaik bagi problem yang dihadapi anak. Terlebih di masa rawan, anak sangat membutuhkan bimbingan untuk bersikap lebih baik di masa pubernya.
4. Pensuplai maskulinitas
Bagi anak lelaki yang sedang menginjak masa pubertas, peran ayah sebagai pensuplai maskulinitas ini amat sangat dibutuhkan. Membantu anak menjaga kepercayaan diri di masa-masa labil. Kedekatannya pada ayah semakin menguatkan fitrah kelelakiannya. Sehingga diharapkan nantinya saat ia dewasa fitrah itu tidak menyimpang. Sebab ia mendapatkannya secara berlimpah, proporsional dari sang ayah.
5. Ayah sang raja tega
Ayah dengan kemampuannya bersikap tegas, mengajari anak untuk mulai memikul beban (mukallaf). Teganya ayah bukanlah sembarang tega. Namun ketegaan yang penuh dengan kecintaan seorang ayah kepada anaknya. Ada kalanya anak remaja merasa lelah dengan beban-beban tersebut, di sinilah peran ibu sebagai sang pembasuh luka. Menjadi penawar dari segala kegelisahan anak dalam menjalani masa pubertasnya.
Nakindonesia |
6. Ayah penanggungjawab pendidikan
Menurut Ust. Bendri Jaisyurrahman, ayah adalah kepala sekolah dan ibu sebagai guru bagi anak-anak. Ayah merancang arah dan tujuan pendidikan anak-anaknya. Meski faktanya lebih banyak waktu ibu membersamai anak. Ayah memberikan garis besarnya dan ibu yang membuatnya lebih detail untuk bisa diterjemahkan ke dalam program harian pendidikan keluarga. Bersama-sama mengisi hari mendampingi si puber.
7. Ayah konsultan pendidikan
Ayah sebagai tempat ibu berkonsultasi masalah kependidikan anak-anak. Waktu ayah yang lebih banyak di luar sebenarnya membawa hal positif juga. Keberadaan ayah yang di luar masalah bisa melihat setiap persoalan menjadi lebih adil dan jernih. Sehingga diharapkan dapat menemukan solusi terbaik bagi problem mengajari anak yang tengah memasuki masa pubertasnya.
Bahaya jika ayah tidak hadir dalam pengasuhan
Berikut sejumlah bahaya yang akan terjadi jika peran ayah tidak maksimal atau malah kosong melompong;
- There is a true or role model, anak remaja akan mencari dan terus mencari kekosongan peran ayah dalam hidupnya. Beruntung jika ia bertemu dengan peran pengganti ayah yang mampu menjadi suri teladan baginya. Sialnya, banyak anak terjerumus ke lingkungan yang buruk, kenakalan remaja, dan berujung pada sindikat narkoba.
- Mudah terlibat kriminalitas dan kekerasan, tak ada ayah tak ada si raja tega. Yang bisa tegas dan keras menegakkan disiplin pada anak. Akhirnya dari penjahat kelas sandal jepit ia meningkat menjadi kriminal sungguhan, tanpa ada yang mengendalikan.
- Anak-anak cenderung memiliki hasil tes dan prestasi yang rendah, peran ayah sebagai penanggung jawab dan konsultas pendidikan nihil. Tak heran jika sekolahnya sepi prestasi bahkan putus sekolah. Tidak ada suporter pemicu semangatnya untuk meraih segala sesuatu.
- Remaja yang tumbuh hanya dengan ibu maka cenderung lebih aktif secara seksual, anak remaja baik laki-laki dan perempuan, terutama perempuan, kehilangan sosok "cinta pertamanya" yaitu ayah. Akibatnya ia rentan menjadi gadis yang kehausan kasih sayang, mudah dibujuk rayu dan akhirnya terjebak ke dalam pergaulan bebas.
- Mentally broken, ketiadaan peran ayah bisa menyebabkan kerusakan mental yang terdiri dari tidak stabilnya emosi, pola pikir dan perubahan perilaku pada anak remaja.
- Lebih besar kecenderungan bercerai saat dewasa, meski tidak selalu tetapi pada sebagian kasus, seseorang mudah sekali memutuskan untuk berpisah dari pasangan, kemungkinan dulunya ia kehilangan peran ayah dan tidak ada yang menggantikannya. Sehingga solusi dari setiap pertengkaran adalah bercerai.
Secara fisik bukan berarti para ayah ini sudah meninggal dunia. Dirinya ada hanya perannya yang tiada. Ada tetapi tak berperan. Alasan sibuk mencari nafkah mestinya tak menjauhkannya dari amanah menjalankan peran. Pandanglah anak yang sedang membutuhkan genggaman tangan ayahnya, dalam menjalani masa pubertas dengan sebaik-baiknya.
Semua amanah akan ada laporan pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Ayah, dahulu kamu ke mana sehingga anakmu menjadi orang yang tidak berguna, di dunia dan di akhirat.
Na'udzubillahi min dzalik.
Cocok sekali untuk saya yang memiliki Anak-anak masih kecil. Artikelnya keren dan inspiratif. Siap menjadi Ayah mendampingi di masa pubertas anak-anakku nanti.
BalasHapusSiap, saya hanya menuliskan hasil bacaan dari tulisan2 Ajo Bendri dan Ust Harry Santosa
HapusSetuju banget mb mia, peran ayah besar banget memang yaa dalam masa pubertas anak-anak. Terutama untuk membangun kepercayaan dirinya anak-anak.
BalasHapusIyep, anak² percaya dirinya bagus, insyaallah ortunya banyak mendampingi dg baik yaa
HapusSelama ini anggapannya ibu yang harus mendampingi anak saat memasuki masa pubertas. Ternyata peran ayah juga sangat dibutuhkan dalam mendampingi anak saat memasuki masa pubertas. Terima kasih atas sharingnya mbak, sangat bermanfaat sekali..
BalasHapusbetul sekali peran ayah sangat menentukan kepribadian anak. sy sering lihat kenakalan anak remaja yg diluar batas biadanya tdk ada pendamping ayah saat anak masuk masa pubertas . Semoga ulasan artikel ini mencerahkan ortu terutama ayah untuk lbh perhatian pd anak yg sedang pubertas
BalasHapusPeran orang tua memang sangat penting dalam pertumbuhan anak apalagi di masa puberitas dimana anak lagi pingin mencari jati diri mereka
BalasHapusAyah adalah salah satu penopang keluarga didampingi oleh ibu maka bangunan akan semakin kokoh berdiri. Tulisan ini mengingatkan putri satu-satunya dalam keluarga saya yang ketika kecil sangat dekat dengan ayahnya, setelah beranjak dewasa mulai sedikit jaga jarak. Entah itu bagus atau tidak, wallahualam
BalasHapusBanyak sekali nih aku lihat para ayah yang belum menerapkan peran ini. Mereka hanya berperan sebagai pencari nafkah saja dan berpikir bahwa itu sudah cukup. Peran pendidikan dan pengasuhan semua diserahkan kepada Ibu. Sayangnya, saat terjadi sesuatu ibu juga yang disalahkan seorang diri.
BalasHapusAyah dan masa-masa dulu saya sangat kompleks sehingga wajar jika saya masih dalam proses pubertas haha ini mah pembelaan :D
BalasHapusBaca ini aku jadi inget sabtu bersama bapak. Baik novel maupun filmnya bener2 bagusss banget. Apalagi waktu tokoh utamanya kehilangan ayah. Takjub sama single parent yang mampu kasih waktu buat anak2nya. Jadi ibu sekaligus ayah
BalasHapusanak anak lebih dekat dengan ayahnya, kalau marah sesekali. Ada Inner yang buat anak cewek lebih dekat dengan ayah dari pada ibu kayaknya.
BalasHapusAyah tu kadang fokus cari uang. Tapi kl ada hal2 / masalah urgent, biasanya baru ikut campur. Harusnya memang pendapatnya didengar. Mamak2 emang pintar2 ya, jd bisa koordinasi bagi2 tugas hehe
BalasHapusKadang para ayah abai terhadap pendidikan dan pendampingan kepada anak. JAdi para ibu/istri sangat dibutuhkan untuk selalu mengingatkan dan meminta para ayah ini untuk ikut berperan ddalam pendidikan anak
BalasHapussuper sekali bunda ipers kita satu ini. aku setuju banget ayah harus terlibat dalam pengasuhan, meski anak perempuanku masih satu tahun, ia pasti selalu jatuh cinta sama perhatian ayahnya. semoga kami bisa medampingi mereka sampe dewasa. aamiin
BalasHapusPeran ayah emang sangat penting. Khusus point pensuplai maskulinitas, saya jd teringat kisah bbrp org yg saya kenal. Ayahnya sangat jarang ada di rumah, sedangkan dikeluarga tsb ada anak laki2 masih sd. Akhirnya krn si anak laki2 tersebut selalu tinggal sama ibu dan kakak2 perempuannya, dia jd "kemayu". Kayaknya itu krn dia nggk ketemu sosok laki2 di rumahnya ya. Mudah2an kita dijauhkan dr hal semacam itu
BalasHapusSuka sekali pembahasan parenting begini. Jadi pembelajaran buat saya pra nikah agar kelak bisa lebih siap dan paham dalam pola pengasuhan.
BalasHapusSegitu pentingnya peran seorang ayah ya kak. Nggak cuma memberi nafkah fisik tapi juga harus memberi nafkah mental ke keluarga, khususnya anak-anak.
BalasHapusSaya juga sslah satu anak yg jauh dari peran ayah karena kedua ortu LDM. Nggak ada figur kakak juga yang bisa menjaga. Dalam hasil akademik mungkin saya baik namun dalam mental dan sifat, selalu ada kekosongan sosok dan peran ayah dalam hidup saya. Btw thanks for sharing kak ^^
BalasHapusSedih kak Mia.. karena zaman now banyak anak di luar fitrahnya apalagi fitrah seksual. Semua dikarenakan ayahnya sudah mati padahal ajal bekum datang. Hiksss
BalasHapusNaudzubillahi mindzalik. ayah berperan besar ya untuk perkembangan anaknya. ngeri bin serem kalau gak bisa jawab pertanyaan malaikat di alam kubur nanti. tanggung jawab terbesar di ayah. kalau anak gak terima, masuk neraka deh. Ya Allah jangan sampai ya
BalasHapusEmang peran ayah itu penting banget ya kak. sedih dengan generasi sekarang banyak jadi generasi fatherless. Hiks, aku salah satunya. Tapi aku karena takdir. Makanya sekarang aku terus menyemangati paksu buat dekat ma anak-anak sedini mungkin.
BalasHapusMaka dari itu, seorang ayah itu harus cerdas yhaa... Tyda bisa hanya ibu saja yang cerdas, pintar, bisa apa saja...
BalasHapusDuh, maaf, mom, curhat dikit.. kmrin barusan dapet ceramah, ibu harus bisa ini itu...
Hm, tapi sebaliknya, ayah juga harus bisa, fair...
Artikel ini cocok banget untuk bahan bacaan untuk ayah, atau calon ayah, dan semua laki-laki.