Toilet Training Untuk Si Bungsu
Dua hari ini saya terkapar tak berdaya. Saya yang selalu lincah bagaikan gasing ke sana kemari mengurusi suami dan anak-anak serta melaksanakan kewajiban Tri Dharma Perguruan Tinggi, ternyata harus mengalah pada radang tenggorokan. Demam tinggi, hidung tersumbat, susah menelan, mata terasa panas, badan lemas, sendi paha dan betis nyeri sekali, nafsu makan lenyap dan hanya bisa rebahan di ranjang.
Meski demikian tak menyurutkan niat saya untuk turut serta mengerjakan NHW kelas BunSay level 2 yaitu melatih kemandirian anak. Kali ini saya memilih si bungsu sebagai subjek pelatihan. Melewati usia setahun, Faid Ahmad Rausyan sudah bisa diajari BAK di kamar mandi. Jika dibandingkan dengan kakak sulungnya berhasil menjalani toilet training dalam usia belum mencapai satu tahun! Mungkin terkait usia saya yang waktu itu masih 23 tahun, sehingga bisa selalu sigap mengantarkan anak ke kamar mandi.
Anak kedua sukses tidak mengompol lagi pada usia setahun pas. Suami kebagian tugas dengan tangkas membopongnya ke kamar mandi begitu ia terbangun di pagi hari. Anak ketiga berhasil pipis secara mandiri dan tidak memakai pospak lagi sejak usia setahun lebih, tepatnya 1,3 tahun. Agak lambat mengingat kemampuan finansial membeli diaper sudah semakin baik. Jadi kami sebagai orang tua merasa tak bersalah jika sedikit bersantai menikmati fasilitas yang diberikan tampon penahan pipis itu.
Apalagi anak keempat seperti saat ini, Rausyan sudah berusia 1,4 tahun masih saja ber-diaper ria. Tanpa rasa bersalah kami tak lupa memasukkan pants diaper ke daftar belanja bulanan dan membeli dalam kemasan berjumlah besar buat stok. Alasannya lebih simpel dan tenaga orang tuanya sudah tak seperti dahulu. Saya bulan depan menginjak 37 tahun dan ayahnya tahun depan genap 44 tahun.
Padahal dari segi melatih kemandirian sebenarnya kami mengalami kemunduran. Sebulan lalu saya mulai membicarakan hal ini dengan suami. Oke, kita coba katanya. Seharian lepas diaper cukup menguras tenaga bolak-balik mengganti celana. Namun terbentur saya yang akhirnya mesti menitipkan Rausyan pada tetangga pada saat mengajar, dan tidak mungkin mengharapkan kualitas yang sama antara orang tua dengan pengasuh anak untuk toilet trainingnya, proses penting ini dipending untuk sementara waktu.
Hari ini saat suami terpaksa izin lagi tidak ke kantor untuk mengurusi Rausyan sebab saya masih belum bisa banyak bergerak, suami mencoba melepaskan diaper-nya. Toilet training hari ini terasa menyenangkan sebab ada dua ajudan yaitu si abang nomor dua dan si kakak ketiga yang dengan senang hati membantu mengantarkan adiknya untuk berkemih. Meski hanya bertahan setengah hari saja, proses ini patut disyukuri. Telah ada starting point untuk melatih kemandiriannya.
#Harike1
#Gamelevel2
#Tantangan10hari
#KuliahBundaSayang
#InstitutIbuProfesional
#Melatihkemandirian
Meski demikian tak menyurutkan niat saya untuk turut serta mengerjakan NHW kelas BunSay level 2 yaitu melatih kemandirian anak. Kali ini saya memilih si bungsu sebagai subjek pelatihan. Melewati usia setahun, Faid Ahmad Rausyan sudah bisa diajari BAK di kamar mandi. Jika dibandingkan dengan kakak sulungnya berhasil menjalani toilet training dalam usia belum mencapai satu tahun! Mungkin terkait usia saya yang waktu itu masih 23 tahun, sehingga bisa selalu sigap mengantarkan anak ke kamar mandi.
Anak kedua sukses tidak mengompol lagi pada usia setahun pas. Suami kebagian tugas dengan tangkas membopongnya ke kamar mandi begitu ia terbangun di pagi hari. Anak ketiga berhasil pipis secara mandiri dan tidak memakai pospak lagi sejak usia setahun lebih, tepatnya 1,3 tahun. Agak lambat mengingat kemampuan finansial membeli diaper sudah semakin baik. Jadi kami sebagai orang tua merasa tak bersalah jika sedikit bersantai menikmati fasilitas yang diberikan tampon penahan pipis itu.
Apalagi anak keempat seperti saat ini, Rausyan sudah berusia 1,4 tahun masih saja ber-diaper ria. Tanpa rasa bersalah kami tak lupa memasukkan pants diaper ke daftar belanja bulanan dan membeli dalam kemasan berjumlah besar buat stok. Alasannya lebih simpel dan tenaga orang tuanya sudah tak seperti dahulu. Saya bulan depan menginjak 37 tahun dan ayahnya tahun depan genap 44 tahun.
Padahal dari segi melatih kemandirian sebenarnya kami mengalami kemunduran. Sebulan lalu saya mulai membicarakan hal ini dengan suami. Oke, kita coba katanya. Seharian lepas diaper cukup menguras tenaga bolak-balik mengganti celana. Namun terbentur saya yang akhirnya mesti menitipkan Rausyan pada tetangga pada saat mengajar, dan tidak mungkin mengharapkan kualitas yang sama antara orang tua dengan pengasuh anak untuk toilet trainingnya, proses penting ini dipending untuk sementara waktu.
Hari ini saat suami terpaksa izin lagi tidak ke kantor untuk mengurusi Rausyan sebab saya masih belum bisa banyak bergerak, suami mencoba melepaskan diaper-nya. Toilet training hari ini terasa menyenangkan sebab ada dua ajudan yaitu si abang nomor dua dan si kakak ketiga yang dengan senang hati membantu mengantarkan adiknya untuk berkemih. Meski hanya bertahan setengah hari saja, proses ini patut disyukuri. Telah ada starting point untuk melatih kemandiriannya.
#Harike1
#Gamelevel2
#Tantangan10hari
#KuliahBundaSayang
#InstitutIbuProfesional
#Melatihkemandirian
Posting Komentar untuk "Toilet Training Untuk Si Bungsu"
Pesan dimoderasi, terima kasih telah meninggalkan komentar yang santun. Sebab bisa jadi Anda dinilai dari komentar yang Anda ketikkan.