Saudara Kandung Tak Akan Meninggalkanmu
Sumber foto: Dok. Pribadi Keterangan foto: Saya dan adik nomor empat |
Saya juga maklum beberapa minggu terakhir ini performa Nek Nong juga jauh dari fit. Kebanyakan saya yang menuntaskan pekerjaan rumah tangga. Ia cuma duduk menjaga anak. Bagi saya tak masalah, saya bisa berangkat ke kampus dengan tenang meninggalkan bayi saja, rasanya sudah luar biasa bersyukur.
Saya pun berpikir keras bagaimana mengatasi kekosongan orang di rumah. Sementara jadwal mengajar saya empat hari dalam seminggu. Teringat kembali ingin menitipkan anak di daycare dekat kampus. Maka sorenya saya dan suami survey melihat lokasi. Tempatnya nyaman, bersih, ownernya seorang lulusan psikologi. Saya membayangkan pergi dan pulangnya bersama Ocean.
Bayi yang sedang lasak-lasaknya, sedangkan di pangkuan saya pada saat pergi bersama ayahnya saja ia bergerak ke sana kemari. Bagaimana saat berada di dalam baby car seat-nya ya? Sebelumnya dia anteng, menginjak usia delapan bulan ini masyaAllah, aktif sekali.
Satu lagi yang menjadi pikiran saya, Ririn putri ketiga. Saya masuk mengajar pukul 7.30 WIB. Berangkat dari rumah jika menggunakan mobil sekitar pukul 06.50 WIB. Nah, bagaimana nasib Ririn yang sekolahnya masuk pukul 09.45 WIB? Kasihan bila Ririn mesti ikut abangnya yang masuk pagi sama-sama naik kendaraan antar jemput.
Menunggu di manakah Ririn nanti di antara jam-jam itu? Pos satpam? Oh, tidak. Saya tak bisa membayangkan apa-apa lagi. Pikiran saya yang setiap harinya menonton berita di TV langsung terhubung dengan kejadian pelecehan anak di bawah umur oleh tukang becak, dan orang-orang iseng lainnya di sekitar sekolah.
Sebelumnya saya mengirim pesan WA ke adik saya yang nomor empat. Dari lima bersaudara hanya kami berdua yang tinggal satu kota. Yang lainnya di lain kota beda provinsi bahkan si adik bungsu di luar pulau. Kebetulan sebab masih mengurus balitanya, adik keempat saya itu berhenti dari pekerjaan sebelumnya di sebuah SDIT. Saya bermaksud sharing dengannya.
Dikaruniai tiga saudara perempuan dan satu lelaki merupakan hal yang saya syukuri. Saat kecil telah dididik untuk mengutamakan kebersamaan. Termasuk jika salah satu di antara kami ada masalah, biasanya akan saling bercerita dan berusaha mencari jalan keluarnya.
Adik saya Ulfa, dengan seizin suaminya, menyetujui jika ia saja yang datang ke rumah untuk menjaga keponakannya. Saya tahu persis betapa repotnya dia. Memiliki dua anak dengan selisih usia yang hanya 1 tahun 6 bulan, pasti sudah melelahkan ditambah pula mesti jauh-jauh datang ke rumah saya.
Merasa tak punya pilihan lain dalam waktu yang mendesak ini, akhirnya adik saya yang menjaga anak-anak kami di rumah beserta kedua anaknya. Jadilah beberapa hari ini rumah kami menjadi arena kumpul bocah mirip tempat penitipan anak.
Dalam perjalanan ke kampus, saya merenungi peristiwa yang terjadi. Benarlah apa yang disimpulkan cerita yang dibagikan di laman Facebook atas nama Tubagus Abd Karim Ssi. Bulan Juli tahun lalu saya turut me-repost statusnya yang menurut saya amat sangat menarik dan inspiratif.
Diceritakan di wall Facebook-nya, alkisah ada sumur tua yang angker di suatu desa. Saking kesannya yang sangat menakutkan, orang-orang tidak berani mendekati sumut itu. Dipercaya ada jin atau roh jahat yang berada di dasar sumur. Namun karena kebutuhan akan air yang semakin meningkat, warga bersepakat akan mengirim satu utusan yang akan masuk ke sumur dan melihat apa yang sebenarnya terjadi. Beberapa kali warga mencoba menurunkan timba, selalu putus dan tidak kunjung sampai ke dasar sumur.
Akhirnya ada seorang pemuda yang bersedia diturunkan ke dasar sumur tetapi dengan satu syarat, yaitu saudara laki-lakinya harus ikut serta. Warga menawarkan bantuan pemuda desa yang gagah untuk dapat menolongnya sewaktu-waktu. Ia tetap bersikeras dengan syaratnya. Akhirnya dijemputlah abang si pemuda untuk memegangi tali di atas sumur sementara ia masuk menuju dasar sumur.
Sesampainya di bawah ada batu tempat berpijak sebelum mencapai dasar sumur. Ternyata ada seekor monyet yang selalu membuka tali timba setiap kali warga mencoba mengambil air. Si pemuda bermaksud membawa monyet itu ke atas. Namun belum sempat ia menangkapnya, monyet telah lebh dahulu menaiki tali timba. Spontan saat ia tiba di atas, semua warga berlarian karena kaget.
Ternyata benar kabar burung yang mengatakan bahwa di dalam sumur ada sebangsa jin sakti. Buktinya pemuda yang turun tadi telah berubah menjadi seekor monyet! Demikian anggapan warga sambil pontang panting berlari menjauhi sumur. Hanya tinggal satu orang saja yang tidak ikut meninggalkan sumur. Abang si pemuda tadi.
Sangkaan si pemuda tidak meleset. Inilah jawaban mengapa sebelumnya ia keukeuh minta ditemani oleh saudara kandungnya. Andaikan bukan abangnya yang memegangi tali di atas, pasti akan ikut pergi berlari. Ia pun terhempas ke dasar sumur, dan terperangkap di bawah sana selamanya. Saat semua orang meninggalkannya, hanya saudara kandung yang dapat diandalkan menyelamatkan hidupnya.
Lebih dan kurang, begitu juga yang saya alami. Di saat orang yang enam bulan terakhir ini sangat saya andalkan untuk menjaga bayi selama saya bekerja di kampus, minta berhenti tiba secara tiba-tiba, tidak ada yang bisa saya harapkan kecuali adik saya. Saudara kandung, seibu dan seayah, sedarah.
Masih teringat pesan almarhumah ibunda saat beliau masih hidup. Saling menolonglah di antara kalian kakak adik. Kalau saudara kandung pun tidak bisa dimintai tolong, amat parahlah tipisnya persaudaraan kalian. Kira-kira demikian poinnya. InsyaAllah selama hayat masih dikandung badan, sekuat tenaga akan diusahakan untuk selalu membantu saudara kandung. Karena saudara kandunglah yang tak akan meninggalkanmu.
Salam literasi
Posting Komentar untuk "Saudara Kandung Tak Akan Meninggalkanmu"
Pesan dimoderasi, terima kasih telah meninggalkan komentar yang santun. Sebab bisa jadi Anda dinilai dari komentar yang Anda ketikkan.