Menulis Lepas Tanpa Beban
Sumber foto: Google |
Bagi saya menulis adalah "me time". Yang namanya me time mestilah berkaitan dengan refreshing, melepas penat, me-recharge baterai pikiran, juga memperbaiki suasana hati. Jadi saya bebas menuangkan apa saja yang tebersit di pikiran tanpa takut ada konsekuensi apapun atau suatu efek atas tulisan itu.
Tentunya yang saya maksud di sini adalah free writing. Kalau untuk menulis ilmiah, saya tak bisa menganggapnya sebagai me time. Perlu kecermatan tingkat tinggi dalam penelusuran literatur, kaidah penulisan, penyusunan kalimat dan sebagainya.
Menulis sebagai me time saya kerjakan di sela-sela kegiatan saja. Sebagai dosen, ibu rumah tangga dan anggota masyarakat. Menulis itu tidak untuk ikut-ikutan tren literasi yang kekinian. Sejak 2009 saya sudah memiliki blog pribadi dan menjadi kompasianer. Sekian lama absen karena fokus menulis untuk kepentingan akademik.
Jadi kalau ART saya tidak datang, kemudian ada pekerjaan kampus yang belum tuntas dan mesti dibawa pulang, bayi saya menangis minta disusui, anak nomor dua menuntut diajari PR Matematikanya, putri nomor tiga merajuk ingin diambilkan makanan, apakah saya tetap memaksakan harus menulis di saat-saat demikian?
Saya pilih tidak. Alangkah tidak pada tempatnya, demi mengejar target satu hari harus menyetorkan satu tulisan, kewajiban saya yang lebih penting menjadi tak sempurna pelaksanaannya.
Sama seperti hari Sabtu kemarin, di saat akan pergi bersama rombongan pengantin ponakan kami, ada kabar duka. Rencana diubah, mesti takziyah dahulu. Kemudian setelahnya ke pesantren mengunjungi anak sulung yang mondok di sana. Sampai hatikah saya di suasana yang beraneka ragam itu asik sendiri dengan gadget, pokoknya menulis, menulis dan menulis?
Saya pikir perlu kebijaksanaan menentukan waktu. Tak perlu kaku, jangan merasa terbebani. Menjadi orang yang fleksibel. Luwes, elastis. Saat ide datang, dicatat dahulu, ketika waktu memungkinkan, langsung tulis. Saya tak ingin menjadi orang yang tidak sadar ruang.
Tak bijak jika tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya. Saya berusaha proposional. Saya menyadari kondisi saya memang sedang sibuk-sibuknya. Multitasking. Tak bermaksud mengeluhkannya, paling tidak selama ini saya berusaha menulis dengan tanpa beban. Saya percaya bahwa menulis dengan hati akan sampai ke hati pula.
Salam literasi
Posting Komentar untuk "Menulis Lepas Tanpa Beban"
Pesan dimoderasi, terima kasih telah meninggalkan komentar yang santun. Sebab bisa jadi Anda dinilai dari komentar yang Anda ketikkan.